Setelah Inggris dan Afsel, Varian Virus COVID-19 Juga Ditemukan di Nigeria

Jum'at, 25 Desember 2020 - 02:28 WIB
loading...
Setelah Inggris dan...
Setelah muncul di Inggris dan Afsel, varian baru virus COVID-19 juga ditemukan di Nigeria. Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
ADDIS ABABA - Varian baru dari virus Corona baru yang menyebabkan penyakit COVID-19 telah muncul di Nigeria . Hal itu diungkapkan kepala badan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika pada hari Kamis, memperingatkan diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Berita itu muncul setelah Inggris dan Afrika Selatan (Afsel) sama-sama melaporkan varian baru virus SARS-CoV-2 yang tampaknya lebih menular, yang mengarah pada pembatasan perjalanan baru dan gejolak di pasar.

“Itu adalah garis keturunan terpisah dari Inggris dan garis keturunan Afrika Selatan,” jelas John Nkengasong, Direktur CDC Afrika pada konferensi pers secara online dari Addis Ababa.



"Deteksi varian baru di Nigeria dan Afrika Selatan memicu pertemuan darurat CDC Afrika minggu ini," kata Nkengasong seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/12/2020).(Baca juga: Tidak Hanya di Inggris, Mutasi Baru COVID-19 Juga Muncul di Afsel )

Berita itu muncul saat kasus COVID-19 melonjak di Nigeria dan Afsel. Dalam sepekan terakhir, kata Nkengasong, Nigeria melaporkan peningkatan kasus sebesar 52% dan Afsel meningkat 40%.

Dia mengatakan tidak ada bukti bahwa varian baru berkontribusi pada peningkatan penularan di Nigeria, tetapi memperingatkan negara itu melakukan pengawasan genom yang lebih sedikit daripada Inggris.

Setelah Inggris dan Afsel, Varian Virus COVID-19 Juga Ditemukan di Nigeria


CDC Nigeria dan Pusat Perbedaan Genomik Penyakit Menular untuk Afrika di Nigeria akan mempelajari lebih banyak sampel.

"Beri kami waktu...ini masih sangat awal," ujarnya, menanggapi pertanyaan tentang varian tersebut.

"Penyelidik utama COVID-19 Nigeria baru saja merilis kepada publik urutan genom dari varian baru tersebut," tambahnya.

Varian baru yang menyebar lebih cepat yang terdeteksi Afsel pada 18 Desember sekarang menjadi yang dominan di sana, kata Nkengasong, meskipun - seperti varian baru di Inggris - tidak ada bukti bahwa hal itu mengarah pada penyakit yang lebih parah.

Tingkat infeksi virus Corona di Afsel akan segera melampaui puncak yang dihantam gelombang pertama awal tahun ini, kata kementerian kesehatan Afsel pada Rabu lalu.(Baca juga: WHO: Mutasi Virus COVID-19 Lebih Mudah Menular pada Anak Muda )

Nkengasong mengatakan CDC Afrika tidak percaya mutasi di Afsel akan mempengaruhi penyebaran vaksin COVID-19 di benua itu.

CDC Nigeria tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan Nkengasong.

“Selama beberapa minggu terakhir, kami mengalami peningkatan besar dalam jumlah sampel ke laboratorium referensi (CDC Nigeria),” ucap Direktur Jenderal CDC Nigeria Chikwe Ihekweazu dalam tweet.

“Ini telah menyebabkan penundaan yang tidak biasa dengan pengujian, tetapi kami bekerja sepanjang waktu," ia menambahkan.

Nigeria, negara terpadat di Afrika dengan lebih dari 200 juta orang, mengalami lebih sedikit kasus virus Corona daripada banyak negara lain di benua itu. Total kasus merangkak melewati 80.000 pada hari Rabu. Kasus harian tercatat melebihi 1.000 untuk pertama kalinya pada bulan ini.

Menurut CDC Afrika, benua itu telah melaporkan lebih dari 2,5 juta kasus virus Corona, merupakan 3,3% dari kasus global.(Baca juga: Muncul di Antartika, COVID-19 Kini Telah Menginfeksi Setiap Benua )
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2339 seconds (0.1#10.140)