Dilanda Gelombang Ke-3 COVID-19, Ibu Kota Korsel Bak Zona Perang
loading...
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) dilanda gelombang ketiga wabah virus corona baru ( COVID-19 ) yang dinyatakan lebih parah dari dua gelombang sebelumnya. Menteri Kesehatan Park Neung-hoo mengatakan gelombang ketiga wabah virus tersebut telah menjadikan Ibu Kota Korsel, Seoul, seperti zona perang.
Negara ini pernah dipandang sebagai salah satu negara di dunia yang sukses mengalahkan COVID-19 dengan jurus "trace, test and treat (lacak, tes dan pengobatan)". Taktik itu juga didukung masyarakatnya yang disiplin menjaga jarak sosial dan penggunaan masker. (Baca: Media Israel: Indonesia Sangat Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel )
Namun, Korsel kini berada cengkeraman gelombang ketiga wabah tersebut karena rekor harian infeksi dan rumah sakit mulai kewalahan.
Korsel melaporkan rekor 950 kasus infeksi virus coronaharian pada hari Sabtu, melebihi puncak pada akhir Februari lalu, yakni 909 kasus. Presiden Moon Jae-in menyebut gelombang ketiga COVID-19 di negaranya sudah "darurat".
"Daerah ibu kota sekarang menjadi zona perang COVID-19," kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo pada hari Senin (14/12/2020) saat menyampaikan peringatan bahaya wabah tersebut pada pertemuan pemerintah.
Pejabat di Korea Selatan sedang mempertimbangkan apa yang bisa mendekati penguncian Covid-19 pertama di negara itu setelah dua hari rekor kasus infeksi tercatat. Tindakan baru akan membatasi pertemuan hingga 10 orang dan menutup beberapa toko di Seoul untuk pertama kalinya sejak pandemi ini dimulai.
Negara ini melaporkan 1.030 kasus baru infeksi COVID-19 pada Minggu, rekor tertinggi untuk hari kedua berturut-turut.
Rekor hari Sabtu dipecahkan dengan950 kasus baru yang ditularkan secara lokal, dengan 786 di antaranya ditemukan di wilayah Seoul. Wilayah ibu kota tersebut merupakan rumah bagi setengah dari 52 juta orang di negara itu. (Baca juga: Bos Geng Motor Rebels Ditembak Mati Picu Kekhawatiran Perang Besar-besaran )
Kebangkitan COVID-19 yang berpusat di ibu kota dan daerah sekitarnya telah mendorong Presiden Moon Jae-in untuk meminta maaf di Facebook atas kegagalan pemerintahannya untuk menahan gelombang terbaru.
Pada hari Sabtu ia menyebut situasi "sangat parah" setelah pihak berwenang melaporkan 950 infeksi baru, peningkatan harian terbesar sejak dimulainya pandemi.
"Punggung kami menempel di dinding," kata Moon.
“Ini adalah momen penting untuk mencurahkan semua kemampuan pengendalian virus dan kekuatan administratif kami untuk menghentikan penyebaran virus corona," ujarnya, seperti dikutip AFP, Senin (14/12/2020).
"Kecuali wabah dapat diatasi sekarang, itu telah sampai pada titik kritis mempertimbangkan untuk meningkatkan tindakan jarak sosial ke tingkat berikutnya."
Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan dia akan mengirim 800 petugas militer, polisi dan pemerintah ke setiap distrik di Seoul untuk mendukung tindakan terbaru dalam penghentian penyebaran virus corona SARS-CoV-2 tersebut.
Negara ini pernah dipandang sebagai salah satu negara di dunia yang sukses mengalahkan COVID-19 dengan jurus "trace, test and treat (lacak, tes dan pengobatan)". Taktik itu juga didukung masyarakatnya yang disiplin menjaga jarak sosial dan penggunaan masker. (Baca: Media Israel: Indonesia Sangat Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel )
Namun, Korsel kini berada cengkeraman gelombang ketiga wabah tersebut karena rekor harian infeksi dan rumah sakit mulai kewalahan.
Korsel melaporkan rekor 950 kasus infeksi virus coronaharian pada hari Sabtu, melebihi puncak pada akhir Februari lalu, yakni 909 kasus. Presiden Moon Jae-in menyebut gelombang ketiga COVID-19 di negaranya sudah "darurat".
"Daerah ibu kota sekarang menjadi zona perang COVID-19," kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo pada hari Senin (14/12/2020) saat menyampaikan peringatan bahaya wabah tersebut pada pertemuan pemerintah.
Pejabat di Korea Selatan sedang mempertimbangkan apa yang bisa mendekati penguncian Covid-19 pertama di negara itu setelah dua hari rekor kasus infeksi tercatat. Tindakan baru akan membatasi pertemuan hingga 10 orang dan menutup beberapa toko di Seoul untuk pertama kalinya sejak pandemi ini dimulai.
Negara ini melaporkan 1.030 kasus baru infeksi COVID-19 pada Minggu, rekor tertinggi untuk hari kedua berturut-turut.
Rekor hari Sabtu dipecahkan dengan950 kasus baru yang ditularkan secara lokal, dengan 786 di antaranya ditemukan di wilayah Seoul. Wilayah ibu kota tersebut merupakan rumah bagi setengah dari 52 juta orang di negara itu. (Baca juga: Bos Geng Motor Rebels Ditembak Mati Picu Kekhawatiran Perang Besar-besaran )
Kebangkitan COVID-19 yang berpusat di ibu kota dan daerah sekitarnya telah mendorong Presiden Moon Jae-in untuk meminta maaf di Facebook atas kegagalan pemerintahannya untuk menahan gelombang terbaru.
Pada hari Sabtu ia menyebut situasi "sangat parah" setelah pihak berwenang melaporkan 950 infeksi baru, peningkatan harian terbesar sejak dimulainya pandemi.
"Punggung kami menempel di dinding," kata Moon.
“Ini adalah momen penting untuk mencurahkan semua kemampuan pengendalian virus dan kekuatan administratif kami untuk menghentikan penyebaran virus corona," ujarnya, seperti dikutip AFP, Senin (14/12/2020).
"Kecuali wabah dapat diatasi sekarang, itu telah sampai pada titik kritis mempertimbangkan untuk meningkatkan tindakan jarak sosial ke tingkat berikutnya."
Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan dia akan mengirim 800 petugas militer, polisi dan pemerintah ke setiap distrik di Seoul untuk mendukung tindakan terbaru dalam penghentian penyebaran virus corona SARS-CoV-2 tersebut.
(min)