Masuk Eropa Harus Miliki Paspor Imun Covid-19
loading...
A
A
A
LONDON - Pandemi corona akan segera berakhir. Tapi, warga di seluruh dunia dihadapkan dengan realitas baru yakni paspor imunitas virus corona (Covid-19) yang menunjukkan bukti bahwa mereka sudah mendapatkan vaksin.
Negara-negara di Eropa sedang membahas bagaimana prosedur dan penerapan paspor imunitas tersebut. Namun demikian, tak semua pihak sepakat dengan kehadiran paspor imunitas tersebut. Alasannya, paspor imunitas tidak menjamin bahwa kekebalan tubuh seseorang memang tahan terhadap infeksi virus korona. (Baca: 5 Doa Ketika Mengalami Kesulitan)
Pemerintah Inggris kembali merundingkan keuntungan dan kekurangan paspor imunitas kekebalan tubuh dalam memulihkan aktivitas masyarakat antar-kota. Konsep tersebut sempat ditolak karena dianggap terlalu berisiko sebelum akhirnya kembali diperhatikan menyusul rendahnya kepercayaan diri masyarakat.
Penerapan paspor kekebalan tubuh diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri masyarakat, terutama bagi mereka yang rutin melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Sebagai pelengkap, pemerintah Inggris juga akan mendistribusikan vaksin virus corona Covid-19. Tapi, vaksin itu akan di prioritaskan bagi kelompok paling rentan.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson optimistis situasi akan kembali normal seperti semula setelah vaksin tersedia. Sampai kemarin, ada 1,7 juta warga Inggris positif Covid-19. (Baca juga: 14 SMP Gelar Simulasi TatapMuka Bersama Siswa)
“Pemerintah berjuang keras dan mengambil berbagai cara agar masyarakat dapat kembali melakukan aktivitas seperti semula,” ujar sumber pemerintah Inggris tanpa ingin disebutkan namanya, dikutip Reuters.
Bagaimanapun, Inggris bukanlah satu-satunya negara yang akan menerapkan paspor kekebalan tubuh. Langkah serupa juga diambil Jerman, Swiss, dan Chile. Ketiga negara itu berharap paspor kekebalan tubuh dapat memulihkan perputaran roda ekonomi dan menghilangkan kecemasan masyarakat atas Covid-19.
Di Jerman, para ilmuwan sudah menyiapkan kajian massal paspor imunitas untuk menyiapkan kembali kehidupan normal, di mana orang bisa kembali bekerja dan anak-anak bisa kembali sekolah. Menurut pakar kesehatan publik dari German Centre for Infection Research, paspor imunitas akan memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan publik.
Hal senada diungkapkan Gerard Krause, kepala epedimologi di Helmholtz Centre for Infection Research di Braunschweig. Dia mengungkapkan, bagi mereka yang memiliki paspor imunitas atau orang yang sudah divaksin akan bebas melaksanakan aktivitas. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
Sedangkan Estonia menjadi negara Eropa yang cukup lama telah mengusulkan paspor imunitas . Tavvet Hinrikus, pendiri firma pertukaran uang TransferWise, membantu mengembangkan sistem aplikasi ponsel sebagai basis untuk paspor imunitas.
"Paspor ini sebagai upaya untuk menjaga orang tua dan kesehatan,"kata Hinrikus, dilansir BBC. Bagi orang yang memiliki paspor imunitas, menurut dia, mereka bisa bekerja dengan manula dan harus diberlakukan bagi pekerja di garda depan.
Lantas apa dampak dari paspor imunitas itu?Pakar psikologi kesehatan dari Universitas College London Robert West mengatakan, kalau paspor imunitas akan memecah belah masyarakat. "Bisa dibayangkan jika seseorang memiliki paspor imunitas, maka orang akan membukakan pintu. Tapi, bagi yang tidak memiliki paspor imunitas, dia tidak akan diterima di sebagian kalangan," ujarnya. (Baca juga: Peneliti Korea Buat Biodiesel dari Kardus Bekas)
Paspor imunitas , menurut West, dipastikan akan menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan. Namun, hal itu bisa diatasi ketika semua warga sudah memiliki paspor imunitas. "Paspor imunitas bukan dari kajian sains yang kuat. Itu hanya berdasarkan kemungkinan saja yang dilandasi faktor komersial," tuturnya.
Sebelumnya, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah mengembangkan aplikasi smartphone Travel Pass untuk memantau status kesehatan para penumpang, termasuk status vaksinasi. Travel Pass akan dipakai di berbagai negara.
IATA akan memulai uji coba penerapan Travel Pass di Inggris bekerja sama dengan British Airways. Aplikasi ini rencananya akan tersedia di Apple Store pada awal 2021 dan di Play Store pada April 2021. Dengan adanya aplikasi itu, para pelanggan dapat menunjukkan status kesehatannya kepada petugas. (Lihat videonya: Petugas Razia Protokol Kesehatan di Jakarta)
Selain IATA, Forum Ekonomi Dunia (WEF) bersama Commons Project Foundation juga menciptakan aplikasi serupa bernama Common Pass. Common Pass saat ini diuji coba dalam penerbangan London-New York.
Usul yang senada pernah diungkapkan Presiden China Xi Jinping. Dia mengusulkan sistem pelacakan Covid-19 dengan menggunakan QR code untuk membantu bisnis perjalanan dan penerbangan selama pandemi korona. China sendiri sudah menggunakan sertifikat berbasis QR sejak awal tahun ini. (Muh Shamil)
Negara-negara di Eropa sedang membahas bagaimana prosedur dan penerapan paspor imunitas tersebut. Namun demikian, tak semua pihak sepakat dengan kehadiran paspor imunitas tersebut. Alasannya, paspor imunitas tidak menjamin bahwa kekebalan tubuh seseorang memang tahan terhadap infeksi virus korona. (Baca: 5 Doa Ketika Mengalami Kesulitan)
Pemerintah Inggris kembali merundingkan keuntungan dan kekurangan paspor imunitas kekebalan tubuh dalam memulihkan aktivitas masyarakat antar-kota. Konsep tersebut sempat ditolak karena dianggap terlalu berisiko sebelum akhirnya kembali diperhatikan menyusul rendahnya kepercayaan diri masyarakat.
Penerapan paspor kekebalan tubuh diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri masyarakat, terutama bagi mereka yang rutin melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Sebagai pelengkap, pemerintah Inggris juga akan mendistribusikan vaksin virus corona Covid-19. Tapi, vaksin itu akan di prioritaskan bagi kelompok paling rentan.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson optimistis situasi akan kembali normal seperti semula setelah vaksin tersedia. Sampai kemarin, ada 1,7 juta warga Inggris positif Covid-19. (Baca juga: 14 SMP Gelar Simulasi TatapMuka Bersama Siswa)
“Pemerintah berjuang keras dan mengambil berbagai cara agar masyarakat dapat kembali melakukan aktivitas seperti semula,” ujar sumber pemerintah Inggris tanpa ingin disebutkan namanya, dikutip Reuters.
Bagaimanapun, Inggris bukanlah satu-satunya negara yang akan menerapkan paspor kekebalan tubuh. Langkah serupa juga diambil Jerman, Swiss, dan Chile. Ketiga negara itu berharap paspor kekebalan tubuh dapat memulihkan perputaran roda ekonomi dan menghilangkan kecemasan masyarakat atas Covid-19.
Di Jerman, para ilmuwan sudah menyiapkan kajian massal paspor imunitas untuk menyiapkan kembali kehidupan normal, di mana orang bisa kembali bekerja dan anak-anak bisa kembali sekolah. Menurut pakar kesehatan publik dari German Centre for Infection Research, paspor imunitas akan memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan publik.
Hal senada diungkapkan Gerard Krause, kepala epedimologi di Helmholtz Centre for Infection Research di Braunschweig. Dia mengungkapkan, bagi mereka yang memiliki paspor imunitas atau orang yang sudah divaksin akan bebas melaksanakan aktivitas. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
Sedangkan Estonia menjadi negara Eropa yang cukup lama telah mengusulkan paspor imunitas . Tavvet Hinrikus, pendiri firma pertukaran uang TransferWise, membantu mengembangkan sistem aplikasi ponsel sebagai basis untuk paspor imunitas.
"Paspor ini sebagai upaya untuk menjaga orang tua dan kesehatan,"kata Hinrikus, dilansir BBC. Bagi orang yang memiliki paspor imunitas, menurut dia, mereka bisa bekerja dengan manula dan harus diberlakukan bagi pekerja di garda depan.
Lantas apa dampak dari paspor imunitas itu?Pakar psikologi kesehatan dari Universitas College London Robert West mengatakan, kalau paspor imunitas akan memecah belah masyarakat. "Bisa dibayangkan jika seseorang memiliki paspor imunitas, maka orang akan membukakan pintu. Tapi, bagi yang tidak memiliki paspor imunitas, dia tidak akan diterima di sebagian kalangan," ujarnya. (Baca juga: Peneliti Korea Buat Biodiesel dari Kardus Bekas)
Paspor imunitas , menurut West, dipastikan akan menciptakan diskriminasi dan ketidakadilan. Namun, hal itu bisa diatasi ketika semua warga sudah memiliki paspor imunitas. "Paspor imunitas bukan dari kajian sains yang kuat. Itu hanya berdasarkan kemungkinan saja yang dilandasi faktor komersial," tuturnya.
Sebelumnya, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) telah mengembangkan aplikasi smartphone Travel Pass untuk memantau status kesehatan para penumpang, termasuk status vaksinasi. Travel Pass akan dipakai di berbagai negara.
IATA akan memulai uji coba penerapan Travel Pass di Inggris bekerja sama dengan British Airways. Aplikasi ini rencananya akan tersedia di Apple Store pada awal 2021 dan di Play Store pada April 2021. Dengan adanya aplikasi itu, para pelanggan dapat menunjukkan status kesehatannya kepada petugas. (Lihat videonya: Petugas Razia Protokol Kesehatan di Jakarta)
Selain IATA, Forum Ekonomi Dunia (WEF) bersama Commons Project Foundation juga menciptakan aplikasi serupa bernama Common Pass. Common Pass saat ini diuji coba dalam penerbangan London-New York.
Usul yang senada pernah diungkapkan Presiden China Xi Jinping. Dia mengusulkan sistem pelacakan Covid-19 dengan menggunakan QR code untuk membantu bisnis perjalanan dan penerbangan selama pandemi korona. China sendiri sudah menggunakan sertifikat berbasis QR sejak awal tahun ini. (Muh Shamil)
(ysw)