Tank-tank Ethiopia Kepung Tigray, Ancam Warga Sipil 'Tak Ada Ampun'
loading...
A
A
A
TPLF mendominasi koalisi yang berkuasa di Ethiopia selama seperempat abad sebelum Abiy menjabat dan memperkenalkan reformasi politik yang dramatis. Pada akhirnya para pemimpin TPLF tersingkir.
Sekarang, masing-masing pihak menganggap satu sama lain sebagai kubu ilegal, memperumit permintaan internasional untuk berdialog di tengah kekhawatiran bahwa salah satu negara paling kuat di Afrika itu dapat terpecah dan mengguncang Tanduk Afrika yang strategis.
Komunikasi dan transportasi ke wilayah Tigray hampir sepenuhnya terputus. Kondisi itu sulit untuk memverifikasi klaim pihak yang bertikai.
Pemerintah Ethiopia telah mengusir seorang analis dari International Crisis Group, William Davison. Menurut organisasi itu, pemerintah belum memberikan alasan formal. "Tetapi pada akhirnya, ada sedikit keraguan bahwa alasan deportasinya berkaitan dengan situasi tegang saat ini di negara tersebut dan meningkatnya kepekaan pihak berwenang terhadap sudut pandang yang tidak mendukung gadis kebijakannya," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
"Patut dicatat bahwa pada hari yang sama Davison diusir, pihak berwenang juga mengeluarkan surat peringatan kepada koresponden kantor berita Reuters di Ethiopia dan kepada stasiun BBC serta Deutsche Welle."
Sementara itu, krisis kemanusiaan yang luas sedang berlangsung, di mana PBB mengatakan sekitar 2 juta orang di Tigray sangat membutuhkan bantuan karena makanan, bahan bakar, medis dan persediaan lainnya sangat menipis.
Dua krisis pengungsi berkembang. Pertama, lebih dari 35.000 orang Etiopia telah melarikan diri ke daerah terpencil di Sudan, tempat komunitas lokal dan kemanusiaan berjuang untuk memberi makan dan menampung mereka. Kedua, di dalam wilayah Tigray, pertempuran telah mendekati kamp-kamp yang menampung hampir 100.000 pengungsi dari Eritrea. Beberapa dari warga Eritrea kini telah melarikan diri untuk kedua kalinya, ke Sudan.
Sekarang, masing-masing pihak menganggap satu sama lain sebagai kubu ilegal, memperumit permintaan internasional untuk berdialog di tengah kekhawatiran bahwa salah satu negara paling kuat di Afrika itu dapat terpecah dan mengguncang Tanduk Afrika yang strategis.
Komunikasi dan transportasi ke wilayah Tigray hampir sepenuhnya terputus. Kondisi itu sulit untuk memverifikasi klaim pihak yang bertikai.
Pemerintah Ethiopia telah mengusir seorang analis dari International Crisis Group, William Davison. Menurut organisasi itu, pemerintah belum memberikan alasan formal. "Tetapi pada akhirnya, ada sedikit keraguan bahwa alasan deportasinya berkaitan dengan situasi tegang saat ini di negara tersebut dan meningkatnya kepekaan pihak berwenang terhadap sudut pandang yang tidak mendukung gadis kebijakannya," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
"Patut dicatat bahwa pada hari yang sama Davison diusir, pihak berwenang juga mengeluarkan surat peringatan kepada koresponden kantor berita Reuters di Ethiopia dan kepada stasiun BBC serta Deutsche Welle."
Sementara itu, krisis kemanusiaan yang luas sedang berlangsung, di mana PBB mengatakan sekitar 2 juta orang di Tigray sangat membutuhkan bantuan karena makanan, bahan bakar, medis dan persediaan lainnya sangat menipis.
Dua krisis pengungsi berkembang. Pertama, lebih dari 35.000 orang Etiopia telah melarikan diri ke daerah terpencil di Sudan, tempat komunitas lokal dan kemanusiaan berjuang untuk memberi makan dan menampung mereka. Kedua, di dalam wilayah Tigray, pertempuran telah mendekati kamp-kamp yang menampung hampir 100.000 pengungsi dari Eritrea. Beberapa dari warga Eritrea kini telah melarikan diri untuk kedua kalinya, ke Sudan.
(min)