Covid-19 Muncul di Italia Oktober 2019, China Tolak Dicap Biang Keladi
loading...
A
A
A
"Hasil ini layak untuk dilaporkan, tetapi sebagian besar harus diambil sebagai sesuatu untuk ditindaklanjuti dengan pengujian lebih lanjut," kata Mark Pagel, profesor di Sekolah Ilmu Biologi di Universitas Reading Inggris.
"Semua pasien dalam penelitian ini tidak menunjukkan gejala meskipun sebagian besar berusia 55-65 tahun dan pernah menjadi perokok. Ini biasanya merupakan kelompok berisiko tinggi untuk Covid-19, jadi membingungkan mengapa semua pasien tidak menunjukkan gejala."
Seorang co-author studi tersebut mengatakan dia dan rekan-rekannya sedang merencanakan penyelidikan lebih lanjut dan meminta para ilmuwan di seluruh dunia untuk berkontribusi.
WHO mengatakan asal usul virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak diketahui sebelum wabah di Wuhan dilaporkan. Tetapi WHO menyatakan ada kemungkinan yang tidak dapat dikesampingkan bahwa virus itu "diam-diam beredar di tempat lain".
Setidaknya ada 55.573.000 kasus infeksi yang dilaporkan secara global dengan 1.336.000 kematian.
Temuan para peneliti Italia menunjukkan 11,6% dari 959 relawan sehat yang terdaftar dalam uji coba skrining kanker antara September 2019 dan Maret 2020 memiliki tanda-tanda telah terkena virus corona SARS-CoV-2, kebanyakan dari mereka jauh sebelum Februari.
Tes antibodi SARS-CoV-2 lebih lanjut dilakukan oleh Universitas Siena untuk makalah penelitian yang sama, yang berjudul "Deteksi tak terduga dari antibodi SARS-CoV-2 pada periode pra-pandemi di Italia".
Itu menunjukkan bahwa dalam enam kasus, antibodi mampu membunuh SARS-CoV-2. Empat kasus terjadi pada Oktober 2019, yang berarti pasien telah terinfeksi pada September.
"Angka (enam) ini sepenuhnya cocok dengan kesalahan uji dan gangguan statistik. Untuk alasan ini, bagi saya tampaknya bukti yang dibawa untuk mendukung klaim luar biasa seperti itu tidak cukup kuat," kata Enrico Bucci, asisten profesor biologi di Philadelphia's Temple University.
"Banyak basa-basi tentang apa-apa," imbuh Antonella Viola, profesor patologi umum di Universitas Padua, kepada Reuters.
"Semua pasien dalam penelitian ini tidak menunjukkan gejala meskipun sebagian besar berusia 55-65 tahun dan pernah menjadi perokok. Ini biasanya merupakan kelompok berisiko tinggi untuk Covid-19, jadi membingungkan mengapa semua pasien tidak menunjukkan gejala."
Seorang co-author studi tersebut mengatakan dia dan rekan-rekannya sedang merencanakan penyelidikan lebih lanjut dan meminta para ilmuwan di seluruh dunia untuk berkontribusi.
WHO mengatakan asal usul virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak diketahui sebelum wabah di Wuhan dilaporkan. Tetapi WHO menyatakan ada kemungkinan yang tidak dapat dikesampingkan bahwa virus itu "diam-diam beredar di tempat lain".
Setidaknya ada 55.573.000 kasus infeksi yang dilaporkan secara global dengan 1.336.000 kematian.
Temuan para peneliti Italia menunjukkan 11,6% dari 959 relawan sehat yang terdaftar dalam uji coba skrining kanker antara September 2019 dan Maret 2020 memiliki tanda-tanda telah terkena virus corona SARS-CoV-2, kebanyakan dari mereka jauh sebelum Februari.
Tes antibodi SARS-CoV-2 lebih lanjut dilakukan oleh Universitas Siena untuk makalah penelitian yang sama, yang berjudul "Deteksi tak terduga dari antibodi SARS-CoV-2 pada periode pra-pandemi di Italia".
Itu menunjukkan bahwa dalam enam kasus, antibodi mampu membunuh SARS-CoV-2. Empat kasus terjadi pada Oktober 2019, yang berarti pasien telah terinfeksi pada September.
"Angka (enam) ini sepenuhnya cocok dengan kesalahan uji dan gangguan statistik. Untuk alasan ini, bagi saya tampaknya bukti yang dibawa untuk mendukung klaim luar biasa seperti itu tidak cukup kuat," kata Enrico Bucci, asisten profesor biologi di Philadelphia's Temple University.
"Banyak basa-basi tentang apa-apa," imbuh Antonella Viola, profesor patologi umum di Universitas Padua, kepada Reuters.