Kematian Relawan Vaksin Covid-19 China di Brazil Dinyatakan Kasus Bunuh Diri

Rabu, 11 November 2020 - 02:59 WIB
loading...
A A A
"Kami tidak punya pilihan selain menangguhkan uji klinis mengingat kejadian tersebut," kata kepala Anvisa, AntĂ´nio Barra Torres.

Penangguhan uji klinis di Brazil, salah satu dari tiga studi besar tahap akhir Sinovac, dan dampak yang ditimbulkan menggarisbawahi atmosfer politik yang semakin tegang seputar pengembangan dan distribusi vaksin potensial.

Kemunduran upaya Sinovac kontras dengan kabar baik dari Pfizer Inc, yang mengatakan pada hari Senin bahwa vaksin Covid-19 eksperimentalnya lebih dari 90% efektif berdasarkan hasil uji coba awal.

Bolsonaro, seorang skeptis lama China, telah menolak vaksin Sinovac karena kurang kredibilitas. Pada Selasa pagi, dia mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa penangguhan itu adalah "kemenangan lain bagi Jair Bolsonaro".

Hu Xijin, pemimpin redaksi The Global Times, yang diterbitkan oleh People's Daily—surat kabar resmi Partai Komunis China—mengatakan di platform media sosial Weibo; “Saya sangat khawatir bahwa politik dan pengejaran kepentingan ekonomi yang berlebihan sangat dalam terlibat dalam rilis informasi tentang vaksin."

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Fadela Chaib, berusaha mengecilkan isu politik. "Saya rasa Anda tidak perlu mencoba mencari alasan atau penjelasan selain fakta bahwa orang yang mencari vaksin sangat berhati-hati,” kata Chaib.

Sinovac mengatakan dalam sebuah pernyataan di situs webnya pada hari Selasa bahwa pihaknya yakin dengan keamanan vaksinnya dan akan terus berkomunikasi dengan Brazil mengenai masalah tersebut. Sebelumnya, pihaknya mengharapkan hasil sementara dari uji coba tahap akhir tahun ini.

Tidak jarang uji klinis ditangguhkan sementara setelah subjek meninggal atau jatuh sakit sehingga pemantau independen dan penyelenggara uji coba vaksin dapat memeriksa apakah hal itu terkait dengan obat yang diuji atau tidak.

Vaksin Sinovac adalah salah satu dari tiga vaksin Covid-19 eksperimental yang telah digunakan China untuk menyuntik ratusan ribu orang dalam program penggunaan darurat.

Seorang pejabat kesehatan China mengatakan pada 20 Oktober bahwa tidak ada efek samping serius yang diamati dalam uji klinis.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1625 seconds (0.1#10.140)