Guardian Angels Turut Amankan Philadelphia di Tengah Risiko Kerusuhan

Sabtu, 07 November 2020 - 03:03 WIB
loading...
Guardian Angels Turut Amankan Philadelphia di Tengah Risiko Kerusuhan
Anggota Guardian Angels berjaga di dekat toko-toko untuk menjaganya dari penjarahan saat malam unjuk rasa kematian George Floyd pada 1 Juni 2020 di New York City. Foto/Getty Images/Foxnews
A A A
WASHINGTON - Guardian Angels berencana memperluas pengawasan lingkungan ke Philadelphia setelah permintaan publik di tengah kerusuhan dan ketidakpastian seputar pemilu presiden Amerika Serikat (AS).

Jaringan pencegahan kejahatan nirlaba itu didirikan Curtis Sliwa di New York City pada 1970-an. Kelompok itu telah mengerahkan 4.000 sukarelawan ke berbagai wilayah seperti Washington DC, Denver, Portland, Chicago, Tampa, Baltimore, Cleveland, dan Big Apple.

“Ada rencana mengerahkan lebih banyak Guardian Angels ke kota Pennsylvania, yang telah menjadi lokasi protes dan kerusuhan, serta kerusuhan pemilu yang telah berlangsung dalam beberapa hari terakhir,” ungkap Sliwa pada Fox News.



“Kelompok kami telah diminta dari New York dan Baltimore serta Washington untuk melakukan itu,” ujarnya, ketika ditanya apakah dia memiliki rencana mengerahkan anggotanya ke City of Brotherly Love itu. (Baca Juga: ABC, CBS, NBC Potong Siaran Konferensi Pers Trump tentang Pemilu)

“Wilayah itu sudah mengalami serangkaian demonstrasi dan di sana penghitungan suara sangat penting serta penting untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengganggu itu,” papar dia. (Lihat Infografis: Andai Biden Mengunci Suara Nevada, Selesai Sudah Pilpres AS)

Hingga Kamis, Guardian Angels belum mengerahkan anggota, tetapi mengatakan ada rencana yang sedang dilakukan untuk melakukannya pada akhir pekan. (Lihat Video: Unjuk Rasa Pro-Donald Trump Berlangsung di Luar Pusat Pemilihan)

“Permintaan bantuan Guardian Angels datang dari anggota masyarakat di Philly yang kehabisan akal karena ada demonstrasi nonstop,” tutur dia.

Guardian Angels Turut Amankan Philadelphia di Tengah Risiko Kerusuhan


Kerusuhan dimulai beberapa hari sebelum pemilu menyusul penembakan yang melibatkan polisi atas kematian Walter Wallace Jr pada 26 Oktober. Wallace, seorang pria kulit hitam berusia 27 tahun yang diduga menolak mematuhi perintah petugas polisi untuk menjatuhkan pisau yang dipegangnya.

Orangtuanya menelepon tim tanggap darurat karena mereka mengatakan Wallace mengalami episode kesehatan mental.

Para petugas, yang diidentifikasi sebagai Sean Matarazzo yang berusia 25 tahun, dan Thomas Munz, 26, tidak dilengkapi dengan Taser pada saat itu. Mereka dapat didengar dalam rekaman kamera tubuh yang baru-baru ini dirilis, berteriak pada Wallace untuk menjatuhkan pisau.

Pejabat memperkirakan bahwa petugas menembakkan 14 peluru secara total. Tidak jelas berapa banyak peluru yang mengenai Wallace.

Setelah itu, pengunjuk rasa dan perusuh turun ke jalanan untuk memprotes kejadian itu. Unjuk rasa kadang berubah menjadi penjarahan dan pembakaran.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1593 seconds (0.1#10.140)