Jerman Ragukan Tuduhan AS COVID-19 Berasal dari Lab China
loading...
A
A
A
BERLIN - Tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa virus COVID-19 berasal dari laboratorium virologi di Wuhan, China, terus mendapat penolakan. Terbaru, badan intelijen Jerman meragukan tuduhan tersebut.
Sebuah laporan yang diterbitkan majalah Jerman, Der Spiegel, menyatakan laporan intelijen Jerman meragukan tuduhan AS bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium China. Sebaliknya, tuduhan itu dinilai sebagai upaya mengalihkan perhatian dari kegagalan AS mengendalikan penyakit tersebut.
Akhir pekan lalu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan ada "sejumlah besar bukti" bahwa virus Corona telah muncul dari laboratorium China. Tetapi Pompeo tidak membantah kesimpulan badan-badan intelijen AS bahwa itu bukan buatan manusia. (Baca: Menlu AS Pompeo: Bukti Sangat Besar COVID-19 dari Laboratorium China )
Dalam laporannya, Der Spiegel mengetakan, agen mata-mata BND Jerman telah meminta anggota aliansi intelijen "Lima Mata" pimpinan-AS memberikan bukti untuk mendukung tuduhan itu. (Baca: Mata-mata Five Eyes Tak Punya Bukti COVID-19 dari Laboratorium Wuhan )
"Namun tidak ada anggota dari aliansi itu yaitu AS, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru yang ingin mendukung klaim Pompeo," tulis Der Spiegel seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (9/5/2020).
Laporan intelijen yang disiapkan untuk Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer itu menyimpulkan bahwa tuduhan AS adalah upaya yang disengaja untuk mengalihkan perhatian publik dari kegagalan Presiden Donald Trump sendiri.
Seorang juru bicara pemerintah Jerman tidak segera bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Sebelumnya Trump mengatakan ia memiliki bukti bahwa virus itu bisa berasal dari laboratorium China, tetapi dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Meski begitu, sejumlah pihak di AS membantah jika virus Corona baru itu berasal dari laboratorium China.
Salah satu pakar kesehatan masyarakat AS yang paling tepercaya mengatakan, bukti terbaik menunjukkan bahwa virus itu tidak dibuat di laboratorium.
Dr Anthony Fauci, anggota gugus tugas koronavirus Trump, mengatakan pada hari Senin bahwa penyakit itu tampaknya "berevolusi di alam dan kemudian melompat spesies". (Baca: Bantah Trump, Ahli Virus AS Sebut COVID-19 Bukan Buatan Lab China )
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan bukti menunjukan virus terjadi secara alami dan tidak ada "bukti konklusif" virus itu secara tidak sengaja atau sengaja bocor dari laboratorium. (Baca: Trump Sebut COVID-19 Buatan Lab China, Jenderal AS: Kami Tidak Tahu )
Sementara itu pejabat intelijen AS mengeluarkan pernyataan publik yang langka yang mengatakan mereka setuju dengan konsensus ilmiah global bahwa virus itu berasal dari hewan, tetapi akan terus menyelidiki apakah itu adalah hasil dari kecelakaan di laboratorium. (Baca: Intelijen AS: Virus COVID-19 Bukan Buatan Manusia )
AS adalah negara yang paling buruk terkena pandemi global virus Corona. AS mencatat jumlah kasus dan kematian tertinggi di dunia. Angka kasus infeksi COVID-19 di AS sebanyak 1.321.707 dengan total korban meninggal 78.610 dan 223.578 sembuh.
Sebuah laporan yang diterbitkan majalah Jerman, Der Spiegel, menyatakan laporan intelijen Jerman meragukan tuduhan AS bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium China. Sebaliknya, tuduhan itu dinilai sebagai upaya mengalihkan perhatian dari kegagalan AS mengendalikan penyakit tersebut.
Akhir pekan lalu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan ada "sejumlah besar bukti" bahwa virus Corona telah muncul dari laboratorium China. Tetapi Pompeo tidak membantah kesimpulan badan-badan intelijen AS bahwa itu bukan buatan manusia. (Baca: Menlu AS Pompeo: Bukti Sangat Besar COVID-19 dari Laboratorium China )
Dalam laporannya, Der Spiegel mengetakan, agen mata-mata BND Jerman telah meminta anggota aliansi intelijen "Lima Mata" pimpinan-AS memberikan bukti untuk mendukung tuduhan itu. (Baca: Mata-mata Five Eyes Tak Punya Bukti COVID-19 dari Laboratorium Wuhan )
"Namun tidak ada anggota dari aliansi itu yaitu AS, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru yang ingin mendukung klaim Pompeo," tulis Der Spiegel seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (9/5/2020).
Laporan intelijen yang disiapkan untuk Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer itu menyimpulkan bahwa tuduhan AS adalah upaya yang disengaja untuk mengalihkan perhatian publik dari kegagalan Presiden Donald Trump sendiri.
Seorang juru bicara pemerintah Jerman tidak segera bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Sebelumnya Trump mengatakan ia memiliki bukti bahwa virus itu bisa berasal dari laboratorium China, tetapi dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
Meski begitu, sejumlah pihak di AS membantah jika virus Corona baru itu berasal dari laboratorium China.
Salah satu pakar kesehatan masyarakat AS yang paling tepercaya mengatakan, bukti terbaik menunjukkan bahwa virus itu tidak dibuat di laboratorium.
Dr Anthony Fauci, anggota gugus tugas koronavirus Trump, mengatakan pada hari Senin bahwa penyakit itu tampaknya "berevolusi di alam dan kemudian melompat spesies". (Baca: Bantah Trump, Ahli Virus AS Sebut COVID-19 Bukan Buatan Lab China )
Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley mengatakan bukti menunjukan virus terjadi secara alami dan tidak ada "bukti konklusif" virus itu secara tidak sengaja atau sengaja bocor dari laboratorium. (Baca: Trump Sebut COVID-19 Buatan Lab China, Jenderal AS: Kami Tidak Tahu )
Sementara itu pejabat intelijen AS mengeluarkan pernyataan publik yang langka yang mengatakan mereka setuju dengan konsensus ilmiah global bahwa virus itu berasal dari hewan, tetapi akan terus menyelidiki apakah itu adalah hasil dari kecelakaan di laboratorium. (Baca: Intelijen AS: Virus COVID-19 Bukan Buatan Manusia )
AS adalah negara yang paling buruk terkena pandemi global virus Corona. AS mencatat jumlah kasus dan kematian tertinggi di dunia. Angka kasus infeksi COVID-19 di AS sebanyak 1.321.707 dengan total korban meninggal 78.610 dan 223.578 sembuh.
(ber)