Lagi, Armenia dan Azerbaijan Sepakati Gencatan Senjata
loading...
A
A
A
JENEWA - Para menteri luar negeri dari Armenia dan Azerbaijan yang bertemu di Jenewa, Swiss, sepakat untuk langkah-langkah mendesak setelah melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan konflik di Nagorno-Karabakh . Ratusan orang telah tewas dalam pertempuran yang berlangsung lebih dari sebulan di Nagorno Karabakh.
"Para menteri setuju untuk tidak dengan sengaja menargetkan penduduk sipil, terlibat dalam pertukaran mayat di medan perang, dan memberikan daftar tahanan perang yang ditahan dalam seminggu dengan tujuan untuk pertukaran akhirnya," bunyi pernyataan yang dikeluarkan utusan dari Rusia, Prancis dan Amerika Serikat (AS) seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (31/10/2020).
Ketiganya mengatakan Armenia dan Azerbaijan - yang tiga gencatan senjata sebelumnya gagal menghentikan pertempuran terakhir - akan mengkomunikasikan masalah terkait dengan kemungkinan mekanisme verifikasi gencatan senjata.(Baca juga: Azerbaijan: Armenia Terus Melanggar Gencatan Senjata )
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, dan tujuh wilayah yang berdekatan. Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional tapi dikontrol etnik Armenia.
Bentrokan terbaru meletus 27 September, dan sejak itu Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan. Armenia juga dituduh melanggar tiga gencatan senjata kemanusiaan sejak 10 Oktober.
Sekitar 20% wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade. (Baca juga: Sekjen PBB Desak Armenia dan Azerbaijan Hormati Gencatan Senjata )
Sebelumnya kedua negara telah menyepakati gencatan senjata, namun kesemuanya hanya bertahanan seumur jagung. Keduanya pun saling tuding telah melanggar kesepakatan tersebut.
"Para menteri setuju untuk tidak dengan sengaja menargetkan penduduk sipil, terlibat dalam pertukaran mayat di medan perang, dan memberikan daftar tahanan perang yang ditahan dalam seminggu dengan tujuan untuk pertukaran akhirnya," bunyi pernyataan yang dikeluarkan utusan dari Rusia, Prancis dan Amerika Serikat (AS) seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (31/10/2020).
Ketiganya mengatakan Armenia dan Azerbaijan - yang tiga gencatan senjata sebelumnya gagal menghentikan pertempuran terakhir - akan mengkomunikasikan masalah terkait dengan kemungkinan mekanisme verifikasi gencatan senjata.(Baca juga: Azerbaijan: Armenia Terus Melanggar Gencatan Senjata )
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, dan tujuh wilayah yang berdekatan. Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional tapi dikontrol etnik Armenia.
Bentrokan terbaru meletus 27 September, dan sejak itu Armenia berulang kali menyerang warga sipil dan pasukan Azerbaijan. Armenia juga dituduh melanggar tiga gencatan senjata kemanusiaan sejak 10 Oktober.
Sekitar 20% wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan Armenia selama hampir tiga dekade. (Baca juga: Sekjen PBB Desak Armenia dan Azerbaijan Hormati Gencatan Senjata )
Sebelumnya kedua negara telah menyepakati gencatan senjata, namun kesemuanya hanya bertahanan seumur jagung. Keduanya pun saling tuding telah melanggar kesepakatan tersebut.
(ber)