Erdogan Sukses Memosisikan Diri sebagai Pemimpin Negara Arab?

Rabu, 28 Oktober 2020 - 09:15 WIB
loading...
A A A
“Erdogan melihat bahwa perkembangan aliansi di Timur Tengah sebagai ancaman. Dia juga menunjukkan diri sebagai pemimpin dunia Islam dan mengibarkan bendera Islam untuk melawan aliansi Uni Emirat-Saudi dan Mesir,” kata Feuer. Feuer menjelaskan, Erdogan mencoba untuk berjuang untuk membentuk tatanan yang lebih luas di Timur Tengah.

Berkaitan dengan boikot produk Prancis, dalam pandangan Gilbert Mercier, pemimpin redaksi News Junkie Post, menjelaskan bahwa Erdogan menggunakan Islam sebagai “alat politik”. “Erdogan mencoba untuk menggunakan agama dan ketegangan diplomatik untuk kepentingan politik pribadi,” katanya. Dia menjelaskan, Erdogan mencoba menempatkan diri sebagai pemimpin Islam Sunni. “Erdogan mencoba nostalgia menjadi pemimpin seperti Kekaisaran Ottoman,” jelasnya.

Dalam skandal boikot produk Prancis, Gonul Tol, peneliti Middle East Instite, menyebutkan ketegangan Macron dan Erdogan merupakan upaya Erdogan untuk mengalihkan energi nasionalis di tengah berbagai permasalahan di dalam negeri. (Baca juga: Satgas Tegaskan Pandemi Corona Tak Mengenal Kata Libur)

"Apa pun taktik perundingan yang dilakukan Erdogan seharusnya tidak perlu direspons," kata Tol. Itu dikarenakan sudah menjadi kebiasaan Erdogan. "Erdogan ingin memanfaatkan kesempatan untuk memperkuat nasionalis dan mendukung posisi kepemimpinan Islamnya sehingga dia pun tidak bisa bermain cantik," katanya.

Dalam pandangan Sumantra Bose, penulis buku Secular States, Religious Politics, Erdogan memiliki karakteristik sama seperti Perdana Menteri (PM) Narendra Modi yang dijuluki sebagai "the men of destiny". Erdogan juga berusaha membuang jauh legasi Turki sebagai negara sekuler dengan menunjukkan identitas Turki dengan identitas nasional yakni Islam.

Mercier mengungkapkan, komentar Erdogan tentang kesehatan mental Macron merupakan suatu hal yang tidak perlu. “Itu menunjukkan bagaimana Erdogan mampu memanfaatkan situasi yang meledak,” katanya dilansir Sputnik.

Yang menjadi pertanyaannya, apakah langkah dia sudah menunjukkan hasil? Belum. Apa yang dilakukan Erdogan lebih bermain pada tataran retorika semata. Dibutuhkan konsolidasi kuat lintas negara untuk bisa menjadi pemimpin umat Islam dan pemimpin negara-negara Arab. Faktor sumber daya menjadi faktor penting karena imbalan menjadi hal penting karena diplomasi bantuan ekonomi menjadi hal penting di dunia Arab. (Baca juga: Wisata Lokal Akan Jadi Primadona)

Berkaitan dengan bantuan ekonomi, Arab Saudi masih menjuara sebagai pemimpin dunia Muslim. Riyadh kerap memberikan bantuan keuangan kepada negara Islam untuk menjaga kepentingannya. Bersama dengan Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam (OKI), Saudi juga berusaha membangun perdamaian di Timur Tengah dan mempertahankan harmoni di dunia Arab.

Namun, kenapa Erdogan sangat yakin kalau Turki bisa memimpin dunia Muslim? Erdogan mengungkapkan, Turki memiliki kekayaan budaya baik sejarah maupun geografis yang mampu memimpin dunia Islam. "Turki juga mampu memelihara keragaman kepercayaan dalam kedamaian selama berabad-abad. Dana hanya Turki yang bisa memimpin dunia islam," katanya dilansir Yeni Safak. (Lihat videonya: Tolak Omnibus Law, Ribuan Buruh Kembali Turun ke Jalan)

Dunia Islam, menurut Erdogan, juga harus menunjukkan persatuan dan kepemimpinan. Itu bisa diwujudkan dengan kerja sama dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dunia Islam. "Kita harus fokus untuk proyek yang bisa mewujudkan potensi kita baik pertahanan, energi, dan teknologi serta keuangan," papar Erdogan dilansir Daily Sabah. (Andika H Mustaqim)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1625 seconds (0.1#10.140)