Erdogan Sukses Memosisikan Diri sebagai Pemimpin Negara Arab?

Rabu, 28 Oktober 2020 - 09:15 WIB
loading...
Erdogan Sukses Memosisikan Diri sebagai Pemimpin Negara Arab?
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto/Reuters
A A A
ANKARA - Pada saat isu berkaitan Islam muncul berkaitan dengan geopolitik dunia, maka Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan selalu muncul dan berkomentar. Dia menampilkan diri bukan sebagai pemimpin yang membawa nama Turki, tetapi dia selalu menunjukkan pembelaan Presiden Prancis Emmanuel Macron atas hak untuk menunjukkan kartun Nabi Muhammad.



Erdogan merupakan pemimpin Turki yang terdepan menyerukan boikot terhadap produk Prancis dan menuding Macron memiliki agenda anti-Islam. Seruan Erdogan juga menyebar ke beberapa negara lain. Banyak produk Prancis diturunkan dari beberapa rak supermarket di Yordania, Qatar, dan Kuwait. Sebagian besar produk kecantikan dan perawatan rambut buatan Prancis misalnya, tidak lagi dipajang. (Baca: Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi)

Di Kuwait, serikat pengecer besar telah memerintahkan pemboikotan barang-barang Prancis. Serikat Masyarakat Koperasi Konsumen, yang merupakan serikat non-pemerintah, mengatakan telah mengeluarkan arahan sebagai tanggapan atas "penghinaan berulang" terhadap Nabi Muhammad.

Di dunia maya, seruan untuk boikot serupa di negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, telah beredar. Tagar yang menyerukan boikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, adalah topik paling tren kedua di Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab. Unjuk rasa anti-Prancis berskala kecil digelar di Libia, Gaza, dan Suriah utara, tempat yang dikuasai milisi yang didukung Turki.

Bukan hanya isu boikot tersebut, dalam upaya negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain membuka hubungan dengan Israel, Erdogan pun kerap menyuarakan keprihatinan dan kecamannya. Dalam perpolitikan global, Erdogan selalu memosisikan diri membela Palestina. (Baca juga: DPR Dorong Pengembangan Pendidikan Indonesia Timur)

Popularitas Erdogan memang bukan hanya di Turki semata. Namun, dia mencoba merambah ke kawasan regional yakni Timur Tengah. Dia ingin menunjukkan diri sebagai pemimpin negara-negara Islam Sunni yang mengalami kevakuman. Dia berusaha menggeser peran Arab Saudi yang tidak terlalu mampu mengonsolidasikan negara-negara Arab Sunni. Erdogan mencoba mengisi kevakuman kepemimpinan kepemimpinan di kawasan regional Timur Tengah.

Namun demikian, Erdogan cenderung tampil sendiri. Dia selalu menempatkan diri sebagai pemimpin tunggal, bukan pemimpin yang berusaha membangun koalisi. Apa yang diperjuangkan juga cenderung menunjukkan diri sebagai pemimpin yang hanya cepat dalam memainkan dan mengelola isu. Dia tidak berusaha membangun gerakan yang lebih cenderung terstruktur dan komprehensif untuk geopolitik.

Apa yang dilakukan Erdogan tidak terlalu direspons dan didukung dunia Arab dan internasional. Dunia Arab dan Islam sudah paham siapa sebenarnya Erdogan. Baik Turki maupun Israel memiliki hubungan dagang senilai USD2 miliar. Sebelum pandemi korona, setengah juta penduduk Turki juga berlibur ke Turki setiap tahun. (Baca juga: Air Kelapa Bisa Cegah Keparahan Covid-19)

“Apa yang dilakukan Erdogan selalu menunjukkan pertimbangan ideologi dan geopolitik,” kata Sarah Feuer, peneliti di Washington Institute for Near East Policy, dilansir Ozy.com. Erdogan berusaha menunjukkan sikap yang berbeda dengan Arab Saudi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1788 seconds (0.1#10.140)