James Bond Ternyata Benar Ada di Dunia Nyata, Ini Buktinya
loading...
A
A
A
WARSAWA - Sejumlah dokumen era Perang Dingin yang baru-baru ini dipublikasi membuat publik Polandia dan beberapa komunitas intelijen terguncang. Pasalnya, dokumen tersebut mengungkapkan tersangka agen mata-mata Inggris bernama James Bond .
Pada 18 Februari 1964, agen bernama James Bond tiba di Warsawa, lalu berada di belakang Tirai Besi Uni Soviet, sebuah pembatas yang memisahkan Blok Timur Komunis dari Barat.
Secara resmi, ia bekerja sebagai arsiparis di Atase Militer Kedutaan Inggris. Tapi dia segera mendapat perhatian dari perwira kontra intelijen Polandia. Pada satu titik, dia terlihat mengintip di sekitar pangkalan militer di sepanjang perbatasan Soviet, seperti dilaporkan oleh Wall Street Journal.(Baca juga: Jerman: AS dan Eropa Harus Bersatu Dalam Perang Dingin Baru dengan China )
Menurut Institute of National Remembrance, ia melakukan beberapa perjalanan ke timur laut Polandia yang diduga berhasil menembus instalasi militer. Institute of National Remembrance adalah badan pemerintah yang berbasis di Warsawa yang mendokumentasikan kejahatan terhadap Polandia.
Sampul dokumen Bond telah memicu perdebatan sendiri di antara sejarawan Polandia dan publik mengenai apakah Bond - yang dipanggil Jim - sebenarnya adalah mata-mata.
"Maksud saya, ayolah," ujar Marzena Kruk, Direktur Institute of National Remembrance, kepada Reuters. Dia adalah seorang mata-mata, melakukan hal-hal spionase.
Badan Intelijen Rahasia Inggris, yang dikenal sebagai MI6, menolak berkomentar terkait kabar tersebut.
Filip Hagenbeck, mantan pemimpin Counterintelligence Branch Ten, badan yang bertugas membasmi mata-mata asing, mengatakan skenario yang lebih mungkin adalah Bond digunakan sebagai umpan untuk operasi yang lebih sensitif.(Baca juga: Bantah Lakukan Spionase, Taiwan Balik Tuding China Ciptakan Teror )
Dia curiga intelijen Inggris mengenal seorang pria dengan nama yang sama dengan karakter fiksi populer penulis Ian Fleming mungkin akan mengalihkan perhatian agen Polandia.
“Mereka mengirimnya untuk membuatnya menjadi semacam umpan. Untuk membuat kontraintelijen mengejarnya daripada orang lain,” kata Hagenbeck kepada WSJ.
Pada 18 Februari 1964, agen bernama James Bond tiba di Warsawa, lalu berada di belakang Tirai Besi Uni Soviet, sebuah pembatas yang memisahkan Blok Timur Komunis dari Barat.
Secara resmi, ia bekerja sebagai arsiparis di Atase Militer Kedutaan Inggris. Tapi dia segera mendapat perhatian dari perwira kontra intelijen Polandia. Pada satu titik, dia terlihat mengintip di sekitar pangkalan militer di sepanjang perbatasan Soviet, seperti dilaporkan oleh Wall Street Journal.(Baca juga: Jerman: AS dan Eropa Harus Bersatu Dalam Perang Dingin Baru dengan China )
Menurut Institute of National Remembrance, ia melakukan beberapa perjalanan ke timur laut Polandia yang diduga berhasil menembus instalasi militer. Institute of National Remembrance adalah badan pemerintah yang berbasis di Warsawa yang mendokumentasikan kejahatan terhadap Polandia.
Sampul dokumen Bond telah memicu perdebatan sendiri di antara sejarawan Polandia dan publik mengenai apakah Bond - yang dipanggil Jim - sebenarnya adalah mata-mata.
"Maksud saya, ayolah," ujar Marzena Kruk, Direktur Institute of National Remembrance, kepada Reuters. Dia adalah seorang mata-mata, melakukan hal-hal spionase.
Badan Intelijen Rahasia Inggris, yang dikenal sebagai MI6, menolak berkomentar terkait kabar tersebut.
Filip Hagenbeck, mantan pemimpin Counterintelligence Branch Ten, badan yang bertugas membasmi mata-mata asing, mengatakan skenario yang lebih mungkin adalah Bond digunakan sebagai umpan untuk operasi yang lebih sensitif.(Baca juga: Bantah Lakukan Spionase, Taiwan Balik Tuding China Ciptakan Teror )
Dia curiga intelijen Inggris mengenal seorang pria dengan nama yang sama dengan karakter fiksi populer penulis Ian Fleming mungkin akan mengalihkan perhatian agen Polandia.
“Mereka mengirimnya untuk membuatnya menjadi semacam umpan. Untuk membuat kontraintelijen mengejarnya daripada orang lain,” kata Hagenbeck kepada WSJ.