Rusia Sebut Tak Masalah Pasok Sistem Rudal S-400 ke Iran

Senin, 05 Oktober 2020 - 08:20 WIB
loading...
Rusia Sebut Tak Masalah Pasok Sistem Rudal S-400 ke Iran
Sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. Foto/REUTERS
A A A
TEHERAN - Moskow tidak akan memiliki masalah untuk menjual sistem rudal S-400 kepada Teheran. Hal itu disampaikan Duta Besar Rusia untuk Iran, Levan Dzhagaryan.

“Seperti yang Anda ketahui, S-300 telah dikirimkan. Rusia tidak memiliki masalah mengirimkan S-400 ke Iran. Ini tidak pernah menjadi masalah sejak awal," kata Dzhagaryan kepada surat kabar Iran Resalat yang dikutip Sputniknews, Senin (5/10/2020). (Baca: Turki Bakal Dipasok Lagi Sistem Rudal S-400 Rusia, Senjata yang Bikin AS Marah )

Pasukan Pertahanan Udara Iran telah mengoperasikan empat batalyon S-300PMU2 yang di-upgrade, termasuk peluncur plus peralatan deteksi target dan radar yang menyertainya. Selain itu, industri pertahanan domestik negara itu telah menciptakan berbagai sistem pertahanan udara kelas satu, termasuk Bavar 373 dan Khordad-3.

Mengomentari ancaman AS untuk mencoba memperpanjang embargo senjata PBB terhadap Teheran tanpa batas waktu, diplomat Rusia itu menekankan bahwa Moskow tidak akan terintimidasi oleh tekanan Amerika.

Menurutnya, Rusia akan menepati komitmen yang dibuat, dan akan bersedia mendengarkan tawaran dari pihak Iran untuk membeli senjata Rusia saat embargo PBB berakhir pada 18 Oktober. (Baca: Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal AS di Taiwan? )

Dzhagaryan juga mengenang bahwa segera setelah pemerintahan Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada Mei 2018, Moskow mengambil sikap tegas terhadap Amerika Serikat. "Dan meminta tiga penandatangan kesepakatan Eropa untuk berdiri bersama dengan kami," paparnya.

“Tapi masalah yang ingin saya tangani sangat penting; ketiga negara Eropa tidak mendukung Amerika Serikat, tetapi mereka juga terus mengkritik aktivitas Iran di kawasan itu. Di satu sisi, mereka mengatakan embargo senjata terhadap Iran harus dicabut. Di sisi lain, mereka mengatakan bahwa Iran tidak boleh melanjutkan aktivitasnya. Pihak Rusia telah mengatakan sejak awal bahwa tidak akan ada masalah dalam menjual senjata ke Iran mulai 19 Oktober," imbuh Dzhagaryan.

Bulan lalu, setelah upayanya untuk memperpanjang embargo senjata internasional terhadap Iran gagal di PBB, Washington mengancam akan memberlakukan "kekuatan penuh" sanksi sekunder terhadap produsen senjata mana pun yang berurusan dengan Iran. (Baca juga: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )

Iran sudah memiliki pengalaman dengan peralatan militer buatan Rusia, termasuk sistem pertahanan udara S-300. Pada bulan Agustus, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami memeriksa sistem S-400 selama perjalanan ke Rusia untuk pameran militer ARMY-2020 di luar Moskow.

S-400 saat ini adalah sistem pertahanan udara mobile jalan paling canggih di gudang senjata Rusia, dan mampu menembak jatuh segala sesuatu mulai dari pesawat musuh, helikopter dan drone hingga rudal balistik dan jelajah pada jarak hingga 400 km. Selain Rusia, sistem ini dioperasikan oleh China, Belarusia, dan Turki. Sedangkan India masih menanti kiriman senjata tersebut.

Penilaian tahun 2019 oleh Badan Intelijen Pertahanan AS menunjukkan bahwa Iran mungkin tertarik untuk membeli S-400 Rusia, sistem pertahanan pantai K-300P Bastion, pesawat tempur Su-30 dan tank tempur utama T-90 setelah embargo berakhir.

Pada bulan September, Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Amir Ali Hajizadeh mengumumkan bahwa selain mengimpor senjata, pencabutan embargo akan memungkinkan Iran untuk mengekspor peralatan militernya ke luar negeri sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional.

Selama dekade terakhir, industri pertahanan Iran telah mengambil langkah besar dalam pembuatan perangkat keras militer canggih, mulai dari rudal, tank, dan pesawat hingga kapal perang, sistem radar, dan bahkan satelit yang diproduksi di dalam negeri. Peralatan pertahanan udara baru Iran secara khusus membuktikan nilainya pada Juni 2019, ketika sistem rudal jarak menengah Khordad-3 menembak jatuh drone pengintai Global Hawk AS senilai USD220 juta di udara setelah secara ilegal memasuki wilayah udara Iran di atas Selat Hormuz.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0947 seconds (0.1#10.140)