Venezuela Tangkap 2 'Rambo' AS yang Hendak Bunuh Maduro
loading...
A
A
A
CARACAS - Otoritas keamanan Venezuela menangkap 13 orang, termasuk dua warga Amerika Serikat (AS), yang menyusup dan hendak membunuh Presiden Nicolas Maduro. Presiden Maduro menyebut dua warga Amerika tersebut memainkan peran "Rambo" atas perintah Presiden Donald Trump.
"Di antara yang ditangkap adalah pengkhianat Antonio Sequea dan seorang warga dengan nama belakang Baduel, yang menyatakan dua orang Amerika dari tim keamanan Donald Trump berada dalam kelompok penggerebekan," tulis kantor Presiden Maduro pada Senin malam, merujuk pada kelompok penyusup yang hendak membunuh presiden.
Maduro tidak merinci badan pemerintah apa yang diduga mempekerjakan dua orang Amerika itu, meskipun pernyataan dari kantornya menyatakan bahwa kedua orang Amerika itu melayani keamanan Presiden AS Donald Trump.
Total 13 tersangka penyusup ditangkap setelah percobaan serangan terhadap Maduro digagalkan. Ada juga delapan orang yang ditembak mati dalam insiden tersebut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin, pemimpin sosialis itu memperlihatkan apa yang dia sebut sebagai paspor dan mengidentifikasi dua warga AS bernama Airan Berry dan Luke Denman, yang sekarang ditahan.
“Mereka memainkan Rambo. Mereka berperan sebagai pahlawan," kata Maduro, seraya menambahkan bahwa pasukan keamanan Venezuela mengetahui rencana itu sebelum dijalankan.
Jordan Goudreau, seorang veteran militer Amerika yang mengepalai sebuah perusahaan keamanan yang berbasis di Florida, Silvercorp USA, mengatakan kepada beberapa kantor berita bahwa kedua pria itu bekerja untuk perusahaannya. "Mereka bekerja dengan saya. Itu teman-teman saya," katanya kepada Reuters, Selasa (5/5/2020).
Sementara itu, Associated Press menyatakan tidak dapat memverifikasi klaim Goudreau. Kedua orang Amerika itu dilaporkan terlibat dalam misi yang dinamai "Gideon Operation", yang bertujuan menggulingkan Maduro atas nama tokoh oposisi Juan Guaido.
Laporan lainnya menyebutkan ada foto dugaan kontrak senilai 212 juta dolar yang disebut sebagai kesepakatan yang ditandatangani Guaido dengan Silvercorp untuk melaksanakan misi pembunuhan Maduro. Namun, Guaido membantah bahwa dia ada hubungannya dengan plot pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, Guaido meminta pemerintah Maduro untuk menghormati hak asasi manusia dari orang-orang yang ditangkap tersebut.
"Di antara yang ditangkap adalah pengkhianat Antonio Sequea dan seorang warga dengan nama belakang Baduel, yang menyatakan dua orang Amerika dari tim keamanan Donald Trump berada dalam kelompok penggerebekan," tulis kantor Presiden Maduro pada Senin malam, merujuk pada kelompok penyusup yang hendak membunuh presiden.
Maduro tidak merinci badan pemerintah apa yang diduga mempekerjakan dua orang Amerika itu, meskipun pernyataan dari kantornya menyatakan bahwa kedua orang Amerika itu melayani keamanan Presiden AS Donald Trump.
Total 13 tersangka penyusup ditangkap setelah percobaan serangan terhadap Maduro digagalkan. Ada juga delapan orang yang ditembak mati dalam insiden tersebut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin, pemimpin sosialis itu memperlihatkan apa yang dia sebut sebagai paspor dan mengidentifikasi dua warga AS bernama Airan Berry dan Luke Denman, yang sekarang ditahan.
“Mereka memainkan Rambo. Mereka berperan sebagai pahlawan," kata Maduro, seraya menambahkan bahwa pasukan keamanan Venezuela mengetahui rencana itu sebelum dijalankan.
Jordan Goudreau, seorang veteran militer Amerika yang mengepalai sebuah perusahaan keamanan yang berbasis di Florida, Silvercorp USA, mengatakan kepada beberapa kantor berita bahwa kedua pria itu bekerja untuk perusahaannya. "Mereka bekerja dengan saya. Itu teman-teman saya," katanya kepada Reuters, Selasa (5/5/2020).
Sementara itu, Associated Press menyatakan tidak dapat memverifikasi klaim Goudreau. Kedua orang Amerika itu dilaporkan terlibat dalam misi yang dinamai "Gideon Operation", yang bertujuan menggulingkan Maduro atas nama tokoh oposisi Juan Guaido.
Laporan lainnya menyebutkan ada foto dugaan kontrak senilai 212 juta dolar yang disebut sebagai kesepakatan yang ditandatangani Guaido dengan Silvercorp untuk melaksanakan misi pembunuhan Maduro. Namun, Guaido membantah bahwa dia ada hubungannya dengan plot pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, Guaido meminta pemerintah Maduro untuk menghormati hak asasi manusia dari orang-orang yang ditangkap tersebut.
(min)