Ketegangan Kian Memanas, Taiwan Akan Membalas Jika Diserang China
loading...
A
A
A
TAIPEI - Taiwan tidak akan membuat langkah provokatif, tetapi akan membalas tembakan jika pasukan China menyerang pulau tersebut. Reaksi Taipei disampaikan seorang sumber militer setempat pada hari Minggu di tengah ketegangan di Selat Taiwan yang semakin memanas.
Sebanyak 18 pesawat militer China bermanuver menerobos garis median Selat Taiwan pada hari Jumat. Pada hari Sabtu, sebanyak 19 pesawat militer China bermanuver di zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan dalam formasi penjepit, sebuah gerakan yang dirancang untuk menyerang musuh di depan, di kedua sisi, dan di belakang. (Baca: Latihan Militer China Bukan Peringatan, Tapi untuk Ambil Alih Taiwan )
Pada kedua kesempatan tersebut, militer Taiwan merespons dengan mengerahkan beberapa jet tempur, mengeluarkan peringatan radio kepada para penyusup, dan memobilisasi aset pengintaian dan sistem pertahanan rudal udara.
Seorang sumber militer Taiwan kepada media setempat, Central News Agency (CNA), mengatakan di tengah meningkatnya ancaman dari China, Kementerian Pertahanan Nasional (MND) Taiwan baru-baru ini mengadakan serangkaian pengarahan di Komando Tempur Angkatan Udara untuk memastikan bahwa pilot jet tempur Taiwan mengikuti protokol untuk menghadapi ancaman musuh di udara.
"Militer Taiwan tidak tahu apa maksud di balik manuver China yang sering terjadi, tetapi Taipei ingin mencegah tindakan apa pun oleh pilotnya yang mungkin secara tidak sengaja memicu perang lintas selat," ujar sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. (Baca: Didekati 19 Pesawat Militer China, Taiwan Kerahkan Jet Tempur dan Sistem Rudal )
Masih menurut sumber tersebut, Beijing mengklaim tidak akan menyerang lebih dulu atau melepaskan tembakan pertama dalam potensi perang lintas selat. Namun, Beijing telah meningkatkan paksaan militernya terhadap Taipei.
"Taiwan tidak akan melepaskan tembakan pertama, tetapi akan menggunakan haknya untuk mempertahankan diri dan pasti akan membalas jika ditembak," katanya, seperti dikutip Focus Taiwan, Senin (21/9/2020).
Sementara itu, lanjut sumber militer Taiwan, segmen latihan perang yang melibatkan sistem komputer selama lima hari—bagian dari latihan perang tahunan Han Kuang—yang berakhir Jumat pekan lalu mengungkapkan bahwa militernya tidak memiliki cukup rudal presisi jarak jauh untuk pertahanan yang efektif.
Militer, sambung sumber tersebut, akan melanjutkan upayanya untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya di wilayah itu, di tengah meningkatnya ancaman di seluruh selat.
Taiwan yang didukung Amerika Serikat (AS) dengan senjata-senjata canggih merupakan pulau yang telah memerintah sendiri sejak berakhirnya perang saudara China puluhan tahun silam. Namun, Beijing masih menganggap pulau itu bagian dari China dan mengancam akan mengambil alih dengan kekuatan militer jika perlu. (Baca juga: Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal AS di Taiwan? )
Latihan perang terkomputerisasi, yang diadakan pada 14-18 September, mensimulasikan respons angkatan bersenjata Taiwan terhadap percobaan invasi skala penuh oleh China.
Latihan militer Han Kuang, latihan perang tahunan utama Taiwan, biasanya diadakan setiap tahun dalam dua fase, yakni latihan tembak langsung dan latihan di atas meja dengan bantuan komputer. Latihan tembakan langsung sudahh berlangsung pada 13-17 Juli lalu.
Militer Amerika Serikat (AS) telah mengirim delegasi ke Taiwan untuk mengamati latihan perang tahunan Han Kuang sejak 2003, tetapi tidak melakukannya tahun ini karena pandemi Covid-19.
Sebaliknya, pejabat dari American Institute di Taiwan, yang mewakili kepentingan AS di Taiwan tanpa adanya hubungan diplomatik resmi, mengamati latihan perang tersebut.
Sebanyak 18 pesawat militer China bermanuver menerobos garis median Selat Taiwan pada hari Jumat. Pada hari Sabtu, sebanyak 19 pesawat militer China bermanuver di zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan dalam formasi penjepit, sebuah gerakan yang dirancang untuk menyerang musuh di depan, di kedua sisi, dan di belakang. (Baca: Latihan Militer China Bukan Peringatan, Tapi untuk Ambil Alih Taiwan )
Pada kedua kesempatan tersebut, militer Taiwan merespons dengan mengerahkan beberapa jet tempur, mengeluarkan peringatan radio kepada para penyusup, dan memobilisasi aset pengintaian dan sistem pertahanan rudal udara.
Seorang sumber militer Taiwan kepada media setempat, Central News Agency (CNA), mengatakan di tengah meningkatnya ancaman dari China, Kementerian Pertahanan Nasional (MND) Taiwan baru-baru ini mengadakan serangkaian pengarahan di Komando Tempur Angkatan Udara untuk memastikan bahwa pilot jet tempur Taiwan mengikuti protokol untuk menghadapi ancaman musuh di udara.
"Militer Taiwan tidak tahu apa maksud di balik manuver China yang sering terjadi, tetapi Taipei ingin mencegah tindakan apa pun oleh pilotnya yang mungkin secara tidak sengaja memicu perang lintas selat," ujar sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. (Baca: Didekati 19 Pesawat Militer China, Taiwan Kerahkan Jet Tempur dan Sistem Rudal )
Masih menurut sumber tersebut, Beijing mengklaim tidak akan menyerang lebih dulu atau melepaskan tembakan pertama dalam potensi perang lintas selat. Namun, Beijing telah meningkatkan paksaan militernya terhadap Taipei.
"Taiwan tidak akan melepaskan tembakan pertama, tetapi akan menggunakan haknya untuk mempertahankan diri dan pasti akan membalas jika ditembak," katanya, seperti dikutip Focus Taiwan, Senin (21/9/2020).
Sementara itu, lanjut sumber militer Taiwan, segmen latihan perang yang melibatkan sistem komputer selama lima hari—bagian dari latihan perang tahunan Han Kuang—yang berakhir Jumat pekan lalu mengungkapkan bahwa militernya tidak memiliki cukup rudal presisi jarak jauh untuk pertahanan yang efektif.
Militer, sambung sumber tersebut, akan melanjutkan upayanya untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya di wilayah itu, di tengah meningkatnya ancaman di seluruh selat.
Taiwan yang didukung Amerika Serikat (AS) dengan senjata-senjata canggih merupakan pulau yang telah memerintah sendiri sejak berakhirnya perang saudara China puluhan tahun silam. Namun, Beijing masih menganggap pulau itu bagian dari China dan mengancam akan mengambil alih dengan kekuatan militer jika perlu. (Baca juga: Mampukah S-400 Rusia di China Rontokkan Rudal AS di Taiwan? )
Latihan perang terkomputerisasi, yang diadakan pada 14-18 September, mensimulasikan respons angkatan bersenjata Taiwan terhadap percobaan invasi skala penuh oleh China.
Latihan militer Han Kuang, latihan perang tahunan utama Taiwan, biasanya diadakan setiap tahun dalam dua fase, yakni latihan tembak langsung dan latihan di atas meja dengan bantuan komputer. Latihan tembakan langsung sudahh berlangsung pada 13-17 Juli lalu.
Militer Amerika Serikat (AS) telah mengirim delegasi ke Taiwan untuk mengamati latihan perang tahunan Han Kuang sejak 2003, tetapi tidak melakukannya tahun ini karena pandemi Covid-19.
Sebaliknya, pejabat dari American Institute di Taiwan, yang mewakili kepentingan AS di Taiwan tanpa adanya hubungan diplomatik resmi, mengamati latihan perang tersebut.
(min)