Trump Mengaku Ingin Habisi Assad, Suriah: AS Negara Teroris!
loading...
A
A
A
DAMASKUS - Pemerintah Suriah menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai negara yang kurang ajar dan tidak berbeda jauh dengan teroris. Ini adalah respon atas pernyataan Presiden AS, Donald Trump bahwa dia ingin menghabisi Presiden Suriah , Bashar al-Assad.
"Pengakuan Trump atas langkah seperti itu menegaskan bahwa pemerintah AS adalah negara kurang aja. Itu mengejar taktik yang sama dengan kelompok teroris seperti pembunuhan," kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (17/9/2020).
Trump awal pekan ini mengaku ingin membunuh Assad, namun dia dicegah James Norman Mattis, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan AS. Meski demikian, pemimpin Amerika itu tidak menyesal karena tidak jadi melakukannya. ( )
"Saya memiliki kesempatan untuk membunuhnya jika saya mau dan (Menteri Pertahanan James) Mattis menentang. Menentang sebagian besar dari hal itu," lanjut Trump yang menganggap Mattis sebagai seorang jenderal yang sangat dilebih-lebihkan.
Wawancara Trump dengan Fox News terjadi dua tahun setelah Trump menepis tuduhan bahwa dia mendukung pembunuhan terhadap Assad. Saat itu dia bahkan mengklaim tidak pernah mempertimbangkan pembunuhan terhadap presiden Suriah.
"Pengakuan Trump atas langkah seperti itu menegaskan bahwa pemerintah AS adalah negara kurang aja. Itu mengejar taktik yang sama dengan kelompok teroris seperti pembunuhan," kata Kementerian Luar Negeri Suriah dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (17/9/2020).
Trump awal pekan ini mengaku ingin membunuh Assad, namun dia dicegah James Norman Mattis, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan AS. Meski demikian, pemimpin Amerika itu tidak menyesal karena tidak jadi melakukannya. ( )
"Saya memiliki kesempatan untuk membunuhnya jika saya mau dan (Menteri Pertahanan James) Mattis menentang. Menentang sebagian besar dari hal itu," lanjut Trump yang menganggap Mattis sebagai seorang jenderal yang sangat dilebih-lebihkan.
Wawancara Trump dengan Fox News terjadi dua tahun setelah Trump menepis tuduhan bahwa dia mendukung pembunuhan terhadap Assad. Saat itu dia bahkan mengklaim tidak pernah mempertimbangkan pembunuhan terhadap presiden Suriah.
(esn)