COVID-19 di Spanyol Tewaskan 18.255 Orang, Terbanyak Ketiga di Dunia
loading...
A
A
A
MADRID - Jumlah korban meninggal di Spanyol akibat wabah virus corona baru, COVID-19, hingga Rabu (15/4/2020) WIB mencapai 18.255 orang. Negara Eropa memiliki 174.060 kasus infeksi corona dan 67.504 pasien berhasil disembuhkan.
Spanyol sudah memberlakukan lockdown nasional sejak bulan lalu. Namun, angka kematiannya tercatat sebagai yang terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat 26.047 jiwa dan Italia 21.067 jiwa.
Kementerian Kesehatan setempat pada hari Selasa melaporkan 567 kematian baru. Sejak memberlakukan lockdown nasional bulan lalu, jumlah kasus infeksi masih naik 1,8 persen.
Otoritas kesehatan Spanyol mengklaim negara tersebut telah melewati puncak pandemi COVID-19, setelah melaporkan jumlah kematian harian tertinggi 950 orang pada 2 April.
"Trennya bagus, sejalan dengan apa yang telah kita saksikan dalam beberapa pekan terakhir," kata Koordinator Kedaruratan Kementerian Kesehatan, Fernando Simon, pada konferensi pers untuk membahas angka-angka coronavirus terbaru.
Meskipun tambahan jumlah kasus baru COVID-19 tidak begitu tajam di daerah yang terpukul parah seperti Madrid dan Barcelona, setiap rumah sakit di dua wilayah itu tetap dalam tekanan."Tempat tidur di unit perawatan intensif tetap dalam situasi tekanan tinggi," kata Simon, seperti dikutip AFP.
Spanyol memperketat lockdown atau penguncian wilayah pada 30 Maret dengan membekukan semua kegiatan yang tidak penting seperti konstruksi dan manufaktur selama dua minggu. Namun, langkah itu dicabut pada hari Senin meskipun ada peringatan dari beberapa pihak bahwa pencabutan yang terlalu cepat dapat memicu wabah baru.
Menteri Transportasi Jose Luis Abalos mengatakan pada hari Senin bahwa sekitar dua pertiga penduduk benar-benar mengikuti aturan lockdown atau praktis tidak keluar rumah sama sekali.
Penguncian wilayah di Spanyol diperkirakan akan tetap dilakukan setidaknya sampai 25 April mendatang.
Spanyol sudah memberlakukan lockdown nasional sejak bulan lalu. Namun, angka kematiannya tercatat sebagai yang terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat 26.047 jiwa dan Italia 21.067 jiwa.
Kementerian Kesehatan setempat pada hari Selasa melaporkan 567 kematian baru. Sejak memberlakukan lockdown nasional bulan lalu, jumlah kasus infeksi masih naik 1,8 persen.
Otoritas kesehatan Spanyol mengklaim negara tersebut telah melewati puncak pandemi COVID-19, setelah melaporkan jumlah kematian harian tertinggi 950 orang pada 2 April.
"Trennya bagus, sejalan dengan apa yang telah kita saksikan dalam beberapa pekan terakhir," kata Koordinator Kedaruratan Kementerian Kesehatan, Fernando Simon, pada konferensi pers untuk membahas angka-angka coronavirus terbaru.
Meskipun tambahan jumlah kasus baru COVID-19 tidak begitu tajam di daerah yang terpukul parah seperti Madrid dan Barcelona, setiap rumah sakit di dua wilayah itu tetap dalam tekanan."Tempat tidur di unit perawatan intensif tetap dalam situasi tekanan tinggi," kata Simon, seperti dikutip AFP.
Spanyol memperketat lockdown atau penguncian wilayah pada 30 Maret dengan membekukan semua kegiatan yang tidak penting seperti konstruksi dan manufaktur selama dua minggu. Namun, langkah itu dicabut pada hari Senin meskipun ada peringatan dari beberapa pihak bahwa pencabutan yang terlalu cepat dapat memicu wabah baru.
Menteri Transportasi Jose Luis Abalos mengatakan pada hari Senin bahwa sekitar dua pertiga penduduk benar-benar mengikuti aturan lockdown atau praktis tidak keluar rumah sama sekali.
Penguncian wilayah di Spanyol diperkirakan akan tetap dilakukan setidaknya sampai 25 April mendatang.
(min)