Spanyol Usulkan Langkah Pertama Menuju Pembentukan Tentara Eropa
loading...

Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares. Foto/anadolu
A
A
A
BRUSSEL - Uni Eropa (UE) harus mengembangkan pasukan pengerahan cepatnya menjadi inti dari tentara blok itu sendiri, menurut Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares.
Dia mengungkapkan ide itu kepada wartawan pada hari Senin (24/2/2025) sebelum menghadiri pertemuan para diplomat tinggi UE di Brussels.
Kepala kebijakan luar negeri UE Kaja Kallas mencatat pada pertemuan itu bahwa para menteri merasa "khawatir" oleh perubahan terbaru dalam kebijakan luar negeri AS.
Sejak pelantikannya bulan lalu, Presiden AS Donald Trump telah mulai membangun kembali hubungan diplomatik dengan Moskow, sambil menuntut agar negara-negara Eropa berkontribusi lebih banyak kepada NATO dan bertanggung jawab atas keamanan mereka sendiri.
"Ancamannya adalah Eropa dan oleh karena itu responsnya harus Eropa," ujar Albares.
Diplomat itu mengatakan dia akan mendesak Dewan Urusan Luar Negeri UE untuk merenungkan cara meningkatkan kapasitas pertahanan benua itu.
"Kemampuan itu harus mencakup kemampuan untuk memiliki pasukan pengerahan cepat yang bahkan dapat menjadi cikal bakal tentara Eropa," ungkap Albares.
Blok itu juga perlu mencapai "otonomi strategis" dan lebih jauh mengembangkan industri pertahanan dan logistik dalam negerinya, menurut dia.
Negara-negara UE sepakat mengembangkan Kapasitas Penyebaran Cepat (RDC) pada tahun 2022, setelah eskalasi konflik Ukraina.
Langkah tersebut dibayangkan sebagai kerangka kerja terkoordinasi dari pasukan respons cepat untuk memungkinkan blok tersebut bereaksi cepat terhadap situasi krisis, dan diproyeksikan dapat mengerahkan hingga 5.000 tentara tahun ini, menurut Komisi Eropa.
Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang sebelumnya telah melontarkan gagasan tentang tentara Eropa yang bersatu, mengatakan perbedaan pendapat mengenai strategi pertahanan di antara negara-negara UE membuat pasukan bersama menjadi mustahil.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bulan lalu menyatakan pasukan Kiev dapat menjadi dasar dari "tentara Eropa," karena "hubungan lama antara Eropa dan Amerika selama puluhan tahun berakhir" dan "Eropa perlu menyesuaikan diri."
Dia menyatakan Ukraina saat ini "menahan Rusia" untuk menyerang negara-negara Eropa lainnya.
Moskow telah berulang kali membantah klaim mereka pernah bermaksud menyerang UE atau NATO.
“Gagasan Rusia ingin menyerang NATO adalah omong kosong belaka, sampah total,” tegas Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu.
Dia mengungkapkan ide itu kepada wartawan pada hari Senin (24/2/2025) sebelum menghadiri pertemuan para diplomat tinggi UE di Brussels.
Kepala kebijakan luar negeri UE Kaja Kallas mencatat pada pertemuan itu bahwa para menteri merasa "khawatir" oleh perubahan terbaru dalam kebijakan luar negeri AS.
Sejak pelantikannya bulan lalu, Presiden AS Donald Trump telah mulai membangun kembali hubungan diplomatik dengan Moskow, sambil menuntut agar negara-negara Eropa berkontribusi lebih banyak kepada NATO dan bertanggung jawab atas keamanan mereka sendiri.
"Ancamannya adalah Eropa dan oleh karena itu responsnya harus Eropa," ujar Albares.
Diplomat itu mengatakan dia akan mendesak Dewan Urusan Luar Negeri UE untuk merenungkan cara meningkatkan kapasitas pertahanan benua itu.
"Kemampuan itu harus mencakup kemampuan untuk memiliki pasukan pengerahan cepat yang bahkan dapat menjadi cikal bakal tentara Eropa," ungkap Albares.
Blok itu juga perlu mencapai "otonomi strategis" dan lebih jauh mengembangkan industri pertahanan dan logistik dalam negerinya, menurut dia.
Negara-negara UE sepakat mengembangkan Kapasitas Penyebaran Cepat (RDC) pada tahun 2022, setelah eskalasi konflik Ukraina.
Langkah tersebut dibayangkan sebagai kerangka kerja terkoordinasi dari pasukan respons cepat untuk memungkinkan blok tersebut bereaksi cepat terhadap situasi krisis, dan diproyeksikan dapat mengerahkan hingga 5.000 tentara tahun ini, menurut Komisi Eropa.
Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang sebelumnya telah melontarkan gagasan tentang tentara Eropa yang bersatu, mengatakan perbedaan pendapat mengenai strategi pertahanan di antara negara-negara UE membuat pasukan bersama menjadi mustahil.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bulan lalu menyatakan pasukan Kiev dapat menjadi dasar dari "tentara Eropa," karena "hubungan lama antara Eropa dan Amerika selama puluhan tahun berakhir" dan "Eropa perlu menyesuaikan diri."
Dia menyatakan Ukraina saat ini "menahan Rusia" untuk menyerang negara-negara Eropa lainnya.
Moskow telah berulang kali membantah klaim mereka pernah bermaksud menyerang UE atau NATO.
“Gagasan Rusia ingin menyerang NATO adalah omong kosong belaka, sampah total,” tegas Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu.
(sya)
Lihat Juga :