Mesir Klaim Rencananya untuk Gaza Didukung Trump usai Diyakinkan Raja Yordania
loading...

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi bertemu Raja Yordania Abdullah dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Foto/webangah
A
A
A
KAIRO - Mesir dan Yordania yakin mereka telah berhasil mencegah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendukung pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dan AS mendukung rencana pascaperang Mesir untuk daerah kantong itu.
Klaim itu diungkap seorang pejabat senior Mesir kepada Middle East Eye (MEE).
"Ini akan menjadi rencana Mesir yang diadopsi dan didukung orang-orang Arab," ujar pejabat itu. "Itulah yang disetujui Trump."
Pejabat Mesir itu, yang berbicara kepada MEE dengan syarat anonim pada hari Selasa (18/2/2025), mengatakan kunjungan Raja Abdullah II dari Yordania ke Washington sangat penting untuk meyakinkan Trump agar membatalkan rencananya mengosongkan Gaza dari warga Palestina.
Kairo dan negara-negara Arab lainnya memandang hasil pertemuan Raja Abdullah sebagai kemenangan.
"Pertemuan tertutup itu sangat bagus," ujar pejabat Mesir itu kepada MEE.
Raja Abdullah tidak secara terbuka menentang Trump terkait usulannya "mengambil alih" Jalur Gaza, tetapi pejabat Mesir tersebut mengatakan raja secara pribadi memperingatkan Trump bahwa rencana AS akan memicu "ekstremisme Islam" dan menyebabkan runtuhnya pemerintahan pro-AS di seluruh wilayah tersebut.
Trump tampak "penuh perhatian dan simpatik", menurut pejabat tersebut.
“Mesir mampu memanfaatkan momentum pertemuan Abdullah dan selanjutnya mendapatkan kepercayaan Trump menjadi aktor utama di Gaza dengan berhasil bernegosiasi agar Hamas membebaskan enam tawanan hidup pada hari Selasa,” ungkap pejabat tersebut.
Jumlah tersebut dua kali lipat dari jumlah yang diamanatkan dalam kesepakatan gencatan senjata.
Klaim itu diungkap seorang pejabat senior Mesir kepada Middle East Eye (MEE).
"Ini akan menjadi rencana Mesir yang diadopsi dan didukung orang-orang Arab," ujar pejabat itu. "Itulah yang disetujui Trump."
Pejabat Mesir itu, yang berbicara kepada MEE dengan syarat anonim pada hari Selasa (18/2/2025), mengatakan kunjungan Raja Abdullah II dari Yordania ke Washington sangat penting untuk meyakinkan Trump agar membatalkan rencananya mengosongkan Gaza dari warga Palestina.
Kairo dan negara-negara Arab lainnya memandang hasil pertemuan Raja Abdullah sebagai kemenangan.
"Pertemuan tertutup itu sangat bagus," ujar pejabat Mesir itu kepada MEE.
Raja Abdullah tidak secara terbuka menentang Trump terkait usulannya "mengambil alih" Jalur Gaza, tetapi pejabat Mesir tersebut mengatakan raja secara pribadi memperingatkan Trump bahwa rencana AS akan memicu "ekstremisme Islam" dan menyebabkan runtuhnya pemerintahan pro-AS di seluruh wilayah tersebut.
Trump tampak "penuh perhatian dan simpatik", menurut pejabat tersebut.
Tawanan untuk Peralatan Rekonstruksi
“Mesir mampu memanfaatkan momentum pertemuan Abdullah dan selanjutnya mendapatkan kepercayaan Trump menjadi aktor utama di Gaza dengan berhasil bernegosiasi agar Hamas membebaskan enam tawanan hidup pada hari Selasa,” ungkap pejabat tersebut.
Jumlah tersebut dua kali lipat dari jumlah yang diamanatkan dalam kesepakatan gencatan senjata.
Lihat Juga :