Charlie Hebdo Kembali Terbitkan Kartun Nabi, Macron Sebut Kebebasan Pers
loading...
A
A
A
BEIRUT - Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak untuk memberikan penilaian atas keputusan majalah satir Charlie Hebdo untuk menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad yang menimbulkan gelombang kemarahan di dunia Muslim saat mereka pertama kali dicetak.
“Tidak pernah menjadi tempat seorang presiden Republik untuk memberikan penilaian atas pilihan editorial jurnalis atau ruang berita, tidak pernah. Karena kami memiliki kebebasan pers,” kata Macron saat berkunjung ke Lebanon seperti dilansir dari Sputnik, Rabu (2/9/2020).(Baca: Sambangi Beirut, Macron Diminta Bantu Revolusi Pemerintahan Lebanon )
Namun, Macron menambahkan bahwa warga Prancis harus menunjukkan kesopanan dan rasa hormat satu sama lain dan menghindari dialog kebencian.
Komentar itu dibuat ketika Charlie Hebdo, majalah mingguan satir, mengatakan di Twitter bahwa mereka akan mencetak ulang 12 karikatur Nabi Muhammad pada malam persidangan dari tersangka kaki tangan serangan terhadap kantor majalah itu oleh pria bersenjata pada 2015 lalu di Paris.(Baca juga: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )
"Kami tidak akan pernah tengkurap. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis editor Laurent "Riss" Sourisseau sebagai pelengkap sampul depan.
Di antara kartun-kartun itu, yang sebagian besar pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Denmark pada tahun 2005 dan kemudian oleh Charlie Hebdo pada tahun berikutnya, salah satu yang menggambarkan Nabi Muhammad mengenakan sorban berbentuk bom dengan sekring yang menyala.
Kartun-kartun itu telah memicu gelombang kemarahan di dunia Muslim, di mana setiap penggambaran Nabi Muhammad dianggap penghinaan.
Sebelum serangan mematikan itu, kelompok militan Islam secara online telah memperingatkan pihak Charlie Hebdo tentang konsekuensi penerbitan kartun tersebut.
Empat belas tersangka dalam serangan terhadap Charlie Hebdo dan Hyper Cacher pada 2015 lalu akan diadili di Paris pada hari ini waktu setempat.
Said bersaudara dan Cherif Kouachi mengamuk di kantor majalah itu pada 7 Januari yang menewaskan 12 orang, termasuk sejumlah kartunis Prancis ternama.
Seorang polisi wanita dan empat orang lainnya juga tewas dalam serangan yang diwarnai dengan penyanderaan sehari kemudian oleh rekan dari para pelaku, Amedy Coulibaly, di supermarket Hyper Cacher di luar Paris.
Semua pelaku tewas setelah serangan itu.
Proses pengadilan di Paris, yang akan berlanjut selama sekitar dua bulan, akan menanyai para tersangka dan mendengarkan kesaksian para korban untuk menentukan peran apa yang kemungkinan dimainkan oleh 14 terdakwa dalam mengatur pembunuhan besar-besaran itu.
Tiga dari tersangka - Hayat Boumedienne, kawan Coulibaly, dan dua bersaudara, Mohamed dan Mehdi Belhoucine, diadili secara in absentia, dengan laporan mengklaim mereka telah meninggal setelah melakukan perjalanan ke wilayah yang dikendalikan ISIS di Suriah dan Irak utara.
Namun kematian para tersangka ini belum dikonfirmasi.
Charlie Hebdo dilaporkan memiliki tempat sendiri di ruang persidangan, menurut video Kementerian Kehakiman tentang persiapan untuk persidangan.
“Tidak pernah menjadi tempat seorang presiden Republik untuk memberikan penilaian atas pilihan editorial jurnalis atau ruang berita, tidak pernah. Karena kami memiliki kebebasan pers,” kata Macron saat berkunjung ke Lebanon seperti dilansir dari Sputnik, Rabu (2/9/2020).(Baca: Sambangi Beirut, Macron Diminta Bantu Revolusi Pemerintahan Lebanon )
Namun, Macron menambahkan bahwa warga Prancis harus menunjukkan kesopanan dan rasa hormat satu sama lain dan menghindari dialog kebencian.
Komentar itu dibuat ketika Charlie Hebdo, majalah mingguan satir, mengatakan di Twitter bahwa mereka akan mencetak ulang 12 karikatur Nabi Muhammad pada malam persidangan dari tersangka kaki tangan serangan terhadap kantor majalah itu oleh pria bersenjata pada 2015 lalu di Paris.(Baca juga: Majalah Charlie Hebdo Terbitkan Ulang Kartun Nabi Muhammad )
"Kami tidak akan pernah tengkurap. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis editor Laurent "Riss" Sourisseau sebagai pelengkap sampul depan.
Di antara kartun-kartun itu, yang sebagian besar pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Denmark pada tahun 2005 dan kemudian oleh Charlie Hebdo pada tahun berikutnya, salah satu yang menggambarkan Nabi Muhammad mengenakan sorban berbentuk bom dengan sekring yang menyala.
Kartun-kartun itu telah memicu gelombang kemarahan di dunia Muslim, di mana setiap penggambaran Nabi Muhammad dianggap penghinaan.
Sebelum serangan mematikan itu, kelompok militan Islam secara online telah memperingatkan pihak Charlie Hebdo tentang konsekuensi penerbitan kartun tersebut.
Empat belas tersangka dalam serangan terhadap Charlie Hebdo dan Hyper Cacher pada 2015 lalu akan diadili di Paris pada hari ini waktu setempat.
Said bersaudara dan Cherif Kouachi mengamuk di kantor majalah itu pada 7 Januari yang menewaskan 12 orang, termasuk sejumlah kartunis Prancis ternama.
Seorang polisi wanita dan empat orang lainnya juga tewas dalam serangan yang diwarnai dengan penyanderaan sehari kemudian oleh rekan dari para pelaku, Amedy Coulibaly, di supermarket Hyper Cacher di luar Paris.
Semua pelaku tewas setelah serangan itu.
Proses pengadilan di Paris, yang akan berlanjut selama sekitar dua bulan, akan menanyai para tersangka dan mendengarkan kesaksian para korban untuk menentukan peran apa yang kemungkinan dimainkan oleh 14 terdakwa dalam mengatur pembunuhan besar-besaran itu.
Tiga dari tersangka - Hayat Boumedienne, kawan Coulibaly, dan dua bersaudara, Mohamed dan Mehdi Belhoucine, diadili secara in absentia, dengan laporan mengklaim mereka telah meninggal setelah melakukan perjalanan ke wilayah yang dikendalikan ISIS di Suriah dan Irak utara.
Namun kematian para tersangka ini belum dikonfirmasi.
Charlie Hebdo dilaporkan memiliki tempat sendiri di ruang persidangan, menurut video Kementerian Kehakiman tentang persiapan untuk persidangan.
(ber)