WHO Akui Salah, Risiko Virus Corona Tinggi di Level Global
A
A
A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat bingung masyarakat internasional dengan mengoreksi penilaiannya terhadap virus Corona jenis baru, 2019-nCoV , yang berasal dari China. Organisasi itu kini menyatakan risiko global dari virus mematikan tersebut tinggi.
Data terkini dari wabah virus asal Wuhan itu sudah merenggut 82 orang dan lebih dari 2.700 orang lainnya di China terinfeksi.
Laporan penilaian WHO sebelumnya menyatakan tingkat risiko global dari virus itu masih "moderat." Badan kesehatan yang bernaung di bawah PBB tersebut mengatakan dalam laporan yang dipublikasikan Minggu malam bahwa risiko virus sangat tinggi di China, tinggi di tingkat regional dan tinggi di tingkat global. (Baca: Dicengkeram Virus Corona, Wuhan dan Bandara Beijing bak Kota Hantu )
Dalam catatan kakinya, WHO mengatakan ada kesalahan dalam laporan komunikasi sebelumnya yang diterbitkan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu. Menurut WHO, laporan tiga hari itu salah karena mengatakan risiko global dari "2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCov" moderat.
Ditanya untuk lebih detail, juru bicara WHO Fadela Chaib hanya mengatakan bahwa itu adalah "kesalahan dalam susunan kata."
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Kamis pekan lalu organisasi itu tidak menyatakan darurat kesehatan masyarakat internasional akan bahaya virus Corona jenis baru yang muncul pertama kali di Wuhan, China. Keputusan WHO itu terbilang langka, karena keputusan itu tidak dapat memicu tindakan internasional yang lebih terpadu. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Corona di China Ambruk di Jalan-jalan )
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip AFP, Selasa (28/1/2020), telah mengunjungi China minggu ini untuk membahas tindakan lebih lanjut untuk mengatasi virus. Pada hari Kamis pekan lalu, dia mengatakan; "Ini adalah keadaan darurat di China, tetapi belum menjadi darurat kesehatan global."
Pendekatan hati-hati WHO dapat dilihat dalam konteks kritik di masa lalu atas penggunaan istilah lambat atau pun terlalu terburu-buru ketika pertama kali digunakan untuk pandemi flu babi H1N1 2009 yang mematikan.
Selama wabah itu, badan kesehatan PBB itu dikritik karena memicu kepanikan global untuk membeli vaksin dengan pengumuman bahwa tahun itu wabah telah mencapai proporsi pandemi, dan kemudian kemarahan muncul ketika ternyata virus tidak hampir sama berbahayanya dengan pemikiran pertama.
Tetapi kemudian pada tahun 2014, WHO mendapat kritik keras karena menyeret kakinya dan meremehkan epidemi Ebola yang menghancurkan tiga negara Afrika barat. Saat itu, WHO menyatakan wabah Ebola berakhir pada 2016.
Data terkini dari wabah virus asal Wuhan itu sudah merenggut 82 orang dan lebih dari 2.700 orang lainnya di China terinfeksi.
Laporan penilaian WHO sebelumnya menyatakan tingkat risiko global dari virus itu masih "moderat." Badan kesehatan yang bernaung di bawah PBB tersebut mengatakan dalam laporan yang dipublikasikan Minggu malam bahwa risiko virus sangat tinggi di China, tinggi di tingkat regional dan tinggi di tingkat global. (Baca: Dicengkeram Virus Corona, Wuhan dan Bandara Beijing bak Kota Hantu )
Dalam catatan kakinya, WHO mengatakan ada kesalahan dalam laporan komunikasi sebelumnya yang diterbitkan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu. Menurut WHO, laporan tiga hari itu salah karena mengatakan risiko global dari "2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCov" moderat.
Ditanya untuk lebih detail, juru bicara WHO Fadela Chaib hanya mengatakan bahwa itu adalah "kesalahan dalam susunan kata."
Seperti diberitakan sebelumnya, pada Kamis pekan lalu organisasi itu tidak menyatakan darurat kesehatan masyarakat internasional akan bahaya virus Corona jenis baru yang muncul pertama kali di Wuhan, China. Keputusan WHO itu terbilang langka, karena keputusan itu tidak dapat memicu tindakan internasional yang lebih terpadu. (Baca juga: Bak Zombie, Para Korban Virus Corona di China Ambruk di Jalan-jalan )
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip AFP, Selasa (28/1/2020), telah mengunjungi China minggu ini untuk membahas tindakan lebih lanjut untuk mengatasi virus. Pada hari Kamis pekan lalu, dia mengatakan; "Ini adalah keadaan darurat di China, tetapi belum menjadi darurat kesehatan global."
Pendekatan hati-hati WHO dapat dilihat dalam konteks kritik di masa lalu atas penggunaan istilah lambat atau pun terlalu terburu-buru ketika pertama kali digunakan untuk pandemi flu babi H1N1 2009 yang mematikan.
Selama wabah itu, badan kesehatan PBB itu dikritik karena memicu kepanikan global untuk membeli vaksin dengan pengumuman bahwa tahun itu wabah telah mencapai proporsi pandemi, dan kemudian kemarahan muncul ketika ternyata virus tidak hampir sama berbahayanya dengan pemikiran pertama.
Tetapi kemudian pada tahun 2014, WHO mendapat kritik keras karena menyeret kakinya dan meremehkan epidemi Ebola yang menghancurkan tiga negara Afrika barat. Saat itu, WHO menyatakan wabah Ebola berakhir pada 2016.
(mas)