Dicengkeram Virus Corona, Wuhan dan Bandara Beijing bak Kota Hantu
A
A
A
BEIJING - Pemandangan di Kota Wuhan , China, seperti kota hantu ketika "cengkeraman" virus Corona baru, 2019-nCoV , terus meluas ke seluruh China dan bahkan ke berbagai negara. Jalan-jalan di kota tersebut sepi dan toko-toko kosong nyaris tanpa manusia.
Sebelum penyakit muncul dan mewabah, Kota Wuhan biasanya ramai dan sibuk. Saat ini penduduk kota telah ditempatkan di bawah karantina dan diperingatkan untuk tetap berada di dalam rumah agar tidak tertular penyakit. Data hingga Senin (27/1/2020), penyakit yang menyerang penapasan ini sudah menewaskan 80 orang dan menginfeksi 2.744 orang di China .
Rekaman menakutkan dari kota Wuhan yang sepi diambil oleh seorang wanita Amerika Serikat. Gambar-gambar tersebut menunjukkan jalan-jalan kosong, toko-toko tutup dan para penduduk bersembunyi di dalam rumah.
Sebagian besar kendaraan, termasuk mobil pribadi, sekarang dilarang melintas di daerah pusat kota. Otoritas kota menugaskan 6.000 taksi masuk ke lingkungan untuk membantu orang-orang berkeliling jika mereka memerlukan sesuatu. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan)
China juga telah menghentikan layanan kereta, pesawat, dan jaringan transportasi lain ke Kota Wuhan dalam upayanya untuk mengendalikan virus Corona baru. Isolasi juga diperluasa ke berbagai kota di luar Wuhan.
Rumah sakit khusus Coronavirus sedang dalam proses untuk dibangun dalam sprint enam hari, untuk membantu sejumlah besar orang yang berusaha mencari bantuan medis. Menurut pihak berwenang, upaya pembangunan adalah untuk mengatasi kekurangan sumber daya medis yang ada, termasuk kurangnya alat pelindung.
Fasilitas di Wuhan akan mencerminkan strategi Beijing, setelah mereka membangun sebuah rumah sakit dalam tujuh hari untuk mengendalikan Sindrom Pernafasan Akut Parah yang mematikan (SARS) pada tahun 2003. (Baca: Horor Virus Corona: "Seperti Kiamat, Orang-orang Terus Sekarat" )
Pemandangan seperti kota hantu juga terlihat di Bandara Internasional Beijing. Gambar yang diambil seorang penumpang bernama Suzan Tokdemir, 52, pada Sabtu malam pekan lalu menunjukkan kawasan bandara sepi. Suzan sedang melakukan perjalanan ke Ibu Kota China dari Hong Kong.
Sebelum dicengkeram 2019-nCoV atau dikenal sebagai virus Wuhan, Bandara Internasional Beijing merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia.
Suzan mengabadikan pemandangan sepinya bandara itu ketika berada di atas pesawat Hong Kong Airlines. Dia dilayani dua anggota awak kabin yang mengenakan masker klinis di bagian mulut saat mereka menyajikan minuman dari troli.
Foto lain menunjukkan hanya tiga orang di luar bandara di ruang yang biasanya sangat ramai. Bandara di Ibu Kota China ini memiliki peringkat bandara tersibuk kedua di dunia setiap tahun sejak 2010 dan biasanya terdapat 90 hingga 100 juta penumpang yang melewatinya dalam setahun.
Suzan, yang mengajar bahasa Inggris di sekolah menengah internasional di Beijing, mengatakan; "Itu sangat menakutkan. Ini bukan yang Anda harapkan di Bandara Beijing."
"Butuh 15 menit (mulai) turun dari pesawat hingga berdiri di luar bagian depan bandara, itu termasuk mengumpulkan barang-barang saya, pemeriksaan paspor, pemindaian sidik jari, semuanya," ujarnya, seperti dikutip Daily Mirror. (Baca juga: Virus Corona Terindikasi Sudah Menyebar ke Israel, Ada 2 Kasus )
"Dalam penerbangan, hanya ada sekitar 50 penumpang. Saya melihat sekeliling saat turun dari pesawat, dan saya memperkirakan tidak mungkin ada lebih dari 50 orang," ujarnya.
"Itu adalah salah satu dari pesawat besar, dengan delapan kursi bersilang, tetapi mereka menempatkan kita semua di belakang pesawat, bagian depan pesawat benar-benar kosong," paparnya.
"Semua pramugari bermasker, dan sebagian besar penumpang juga. Mereka melepasnya untuk memakan makanan dan kemudian langsung memakainya."
"Sebelum kami turun, mereka datang dan membersihkan pesawat, dan ada pengumuman yang memberi tahu orang-orang untuk menyatakan gejala apa pun yang mungkin mereka alami," imbuh Suzan.
Suzan, yang meninggalkan Phuket, Thailand pada Jumat pagi, dan terbang kembali ke Beijing melalui Bangkok dan Hong Kong, mengatakan "seram" melihat angka-angka berkurang pada setiap penerbangan yang menghubungkannya.
"Bahkan di bandara Hong Kong, hampir semua orang bermasker," katanya. "Di Bandara Internasional Beijing, kami harus terus melepas masker kami, sehingga wajah kami dapat diidentifikasi, yang merupakan titik kekalahan."
Dia menambahkan, jalan tol di Beijing juga kosong. "Biasanya Anda tidak bisa bergerak di jalan tol. Virus Corona telah mengosongkan Beijing," ujarnya.
"Saya telah menyewa seorang sopir untuk membawa saya pulang, dan dia dihentikan oleh polisi bermasker dalam perjalanan pulang dan memeriksa suhunya," paparnya.
"Itu benar-benar seram, seperti sesuatu yang keluar dari film fiksi ilmiah," kata Suzan.
Suzan, yang dijadwalkan kembali bekerja pada 7 Februari, setelah empat minggu libur untuk menandai Tahun Baru Imlek, mengatakan bahwa beberapa rekannya, yang telah meninggalkan negara itu selama liburan, tidak yakin apakah akan kembali.
"Kami tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang itu," katanya. "Kami diberitahu oleh sekolah bahwa mereka tidak dapat memberikan informasi yang akurat kepada siapa pun sampai akhir minggu ini, karena ada hal-hal yang tidak dinyatakan oleh pemerintah."
Sebelum penyakit muncul dan mewabah, Kota Wuhan biasanya ramai dan sibuk. Saat ini penduduk kota telah ditempatkan di bawah karantina dan diperingatkan untuk tetap berada di dalam rumah agar tidak tertular penyakit. Data hingga Senin (27/1/2020), penyakit yang menyerang penapasan ini sudah menewaskan 80 orang dan menginfeksi 2.744 orang di China .
Rekaman menakutkan dari kota Wuhan yang sepi diambil oleh seorang wanita Amerika Serikat. Gambar-gambar tersebut menunjukkan jalan-jalan kosong, toko-toko tutup dan para penduduk bersembunyi di dalam rumah.
Sebagian besar kendaraan, termasuk mobil pribadi, sekarang dilarang melintas di daerah pusat kota. Otoritas kota menugaskan 6.000 taksi masuk ke lingkungan untuk membantu orang-orang berkeliling jika mereka memerlukan sesuatu. (Baca: Bak Zombie, Para Korban Virus Wuhan di China Ambruk di Jalan-jalan)
China juga telah menghentikan layanan kereta, pesawat, dan jaringan transportasi lain ke Kota Wuhan dalam upayanya untuk mengendalikan virus Corona baru. Isolasi juga diperluasa ke berbagai kota di luar Wuhan.
Rumah sakit khusus Coronavirus sedang dalam proses untuk dibangun dalam sprint enam hari, untuk membantu sejumlah besar orang yang berusaha mencari bantuan medis. Menurut pihak berwenang, upaya pembangunan adalah untuk mengatasi kekurangan sumber daya medis yang ada, termasuk kurangnya alat pelindung.
Fasilitas di Wuhan akan mencerminkan strategi Beijing, setelah mereka membangun sebuah rumah sakit dalam tujuh hari untuk mengendalikan Sindrom Pernafasan Akut Parah yang mematikan (SARS) pada tahun 2003. (Baca: Horor Virus Corona: "Seperti Kiamat, Orang-orang Terus Sekarat" )
Pemandangan seperti kota hantu juga terlihat di Bandara Internasional Beijing. Gambar yang diambil seorang penumpang bernama Suzan Tokdemir, 52, pada Sabtu malam pekan lalu menunjukkan kawasan bandara sepi. Suzan sedang melakukan perjalanan ke Ibu Kota China dari Hong Kong.
Sebelum dicengkeram 2019-nCoV atau dikenal sebagai virus Wuhan, Bandara Internasional Beijing merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia.
Suzan mengabadikan pemandangan sepinya bandara itu ketika berada di atas pesawat Hong Kong Airlines. Dia dilayani dua anggota awak kabin yang mengenakan masker klinis di bagian mulut saat mereka menyajikan minuman dari troli.
Foto lain menunjukkan hanya tiga orang di luar bandara di ruang yang biasanya sangat ramai. Bandara di Ibu Kota China ini memiliki peringkat bandara tersibuk kedua di dunia setiap tahun sejak 2010 dan biasanya terdapat 90 hingga 100 juta penumpang yang melewatinya dalam setahun.
Suzan, yang mengajar bahasa Inggris di sekolah menengah internasional di Beijing, mengatakan; "Itu sangat menakutkan. Ini bukan yang Anda harapkan di Bandara Beijing."
"Butuh 15 menit (mulai) turun dari pesawat hingga berdiri di luar bagian depan bandara, itu termasuk mengumpulkan barang-barang saya, pemeriksaan paspor, pemindaian sidik jari, semuanya," ujarnya, seperti dikutip Daily Mirror. (Baca juga: Virus Corona Terindikasi Sudah Menyebar ke Israel, Ada 2 Kasus )
"Dalam penerbangan, hanya ada sekitar 50 penumpang. Saya melihat sekeliling saat turun dari pesawat, dan saya memperkirakan tidak mungkin ada lebih dari 50 orang," ujarnya.
"Itu adalah salah satu dari pesawat besar, dengan delapan kursi bersilang, tetapi mereka menempatkan kita semua di belakang pesawat, bagian depan pesawat benar-benar kosong," paparnya.
"Semua pramugari bermasker, dan sebagian besar penumpang juga. Mereka melepasnya untuk memakan makanan dan kemudian langsung memakainya."
"Sebelum kami turun, mereka datang dan membersihkan pesawat, dan ada pengumuman yang memberi tahu orang-orang untuk menyatakan gejala apa pun yang mungkin mereka alami," imbuh Suzan.
Suzan, yang meninggalkan Phuket, Thailand pada Jumat pagi, dan terbang kembali ke Beijing melalui Bangkok dan Hong Kong, mengatakan "seram" melihat angka-angka berkurang pada setiap penerbangan yang menghubungkannya.
"Bahkan di bandara Hong Kong, hampir semua orang bermasker," katanya. "Di Bandara Internasional Beijing, kami harus terus melepas masker kami, sehingga wajah kami dapat diidentifikasi, yang merupakan titik kekalahan."
Dia menambahkan, jalan tol di Beijing juga kosong. "Biasanya Anda tidak bisa bergerak di jalan tol. Virus Corona telah mengosongkan Beijing," ujarnya.
"Saya telah menyewa seorang sopir untuk membawa saya pulang, dan dia dihentikan oleh polisi bermasker dalam perjalanan pulang dan memeriksa suhunya," paparnya.
"Itu benar-benar seram, seperti sesuatu yang keluar dari film fiksi ilmiah," kata Suzan.
Suzan, yang dijadwalkan kembali bekerja pada 7 Februari, setelah empat minggu libur untuk menandai Tahun Baru Imlek, mengatakan bahwa beberapa rekannya, yang telah meninggalkan negara itu selama liburan, tidak yakin apakah akan kembali.
"Kami tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang itu," katanya. "Kami diberitahu oleh sekolah bahwa mereka tidak dapat memberikan informasi yang akurat kepada siapa pun sampai akhir minggu ini, karena ada hal-hal yang tidak dinyatakan oleh pemerintah."
(mas)