Iran Pertimbangkan 13 'Skenario Balas Dendam' terhadap AS

Selasa, 07 Januari 2020 - 21:42 WIB
Iran Pertimbangkan 13 Skenario Balas Dendam terhadap AS
Iran Pertimbangkan 13 'Skenario Balas Dendam' terhadap AS
A A A
TEHERAN - Iran sedang mempertimbangkan "13 skenario balas dendam" terhadap Amerika Serikat (AS) atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani. Soleimani tewas dalam sebuah serangan pesawat tak berawak AS di Bandara Baghdad, Irak, akhir pekan lalu. (Baca: Jenderal Soleimani Iran Tewas Diserang AS di Bandara Baghdad)

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) Iran, Ali Shamkhani mengatakan, misi untuk membalas dendam Soleimani tidak akan terbatas pada satu operasi tunggal.

"Hingga saat ini, 13 skenario untuk balas dendam telah diusulkan," katanya yang dikutip kantor berita garis keras Iran, Fars.

"Bahkan jika ada konsensus tentang skenario terlemah, mengeksekusinya dapat berubah menjadi mimpi buruk bersejarah bagi Amerika," imbuhnya.

Namun, SNSC kemudian membantah bahwa Shamkhani telah mengeluarkan pernyataan seperti itu.

"Sebuah surat kabar lokal kemarin melakukan tindak pidana dan menghubungkan wawancara yang belum terjadi dengan sekretaris SNSC. Tindakan hukum sedang dilakukan untuk memahami bagaimana dan mengapa wawancara tersebut diproduksi dan dipublikasikan," bunyi pernyataan Sekretariat SNSC seperti dilansir dari Independent, Selasa (7/1/2020).

Klaim SNSC sendiri belum terbukti.

Komentar Shamkhani yang dilaporkan mengikuti ancaman serupa dari pejabat tinggi Iran ketika kemarahan memuncak atas pembunuhan Soleimani.

Pemimpin Garda Revolusi Iran pada hari Selasa mengancam akan "membakar" tempat-tempat yang didukung oleh AS dalam pidatonya kepada kerumunan ribuan orang di kota kelahiran Soleimani di Kerman.

"Kami akan membalas dendam. Kami akan membakar di mana mereka suka," kata Hossein Salami kepada orang banyak, menarik teriakan "Matilah Israel!"

Soleimani, pemimpin Pasukan Quds Iran, tewas dalam serangan pesawat tak berawak pada 3 Januari di bandara Baghdad. Serangan itu diperintahkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump setelah berminggu-minggu meningkatnya ketegangan antara pasukan militer AS dan milisi yang didukung Iran di Irak. (Baca: Jenderal Soleimani Dihabisi AS atas Perintah Trump )

Dalam peran rangkapnya sebagai komandan militer dan diplomat, Soleimani (62) adalah arsitek pengaruh militer Iran di seluruh Timur Tengah. Ia berkeliling kawasan untuk membangun dan mendukung jaringan milisi sekutu yang bertujuan untuk memproyeksikan kekuatan Iran dan melawan pengaruh AS.

Kelompok proksi yang ia bangun dan dukung membunuh ratusan tentara AS selama Perang Irak, dan Washington mengklaim - tanpa memberikan bukti - bahwa ia merencanakan serangan baru terhadap AS. (Baca: Mengenal Jenderal Soleimani yang Dibunuh AS di Baghdad )

Pembunuhan itu secara dramatis meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memicu banjir kecaman terhadap pemerintah Trump di dalam dan luar negeri.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada hari Minggu mengatakan bahwa DPR akan memberikan suara pada resolusi kekuatan perang minggu ini untuk membatasi tindakan militer Presiden Donald Trump terhadap Iran. Ia juga memperingatkan bahwa perintahnya pekan lalu untuk serangan mematikan terhadap seorang komandan tinggi Iran beresiko peningkatan ketegangan yang serius di Timur Tengah.

"Serangan udara militer yang provokatif dan tidak proporsional yang menargetkan para pejabat militer Iran tingkat tinggi yang membahayakan anggota militer AS, diplomat, dan lainnya,", bunyi surat yang dikirim Pelosi kepada Partai Demokrat, terkait tindakan AS membunuh Soleimani.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6116 seconds (0.1#10.140)