Rudal-rudal Iran Siaga Tinggi setelah AS Habisi Jenderal Soleimani
A
A
A
TEHERAN - Agen mata-mata Amerika Serikat (AS) telah mendeteksi rudal-rudal Iran dalam keadaan siaga tinggi di seluruh negara itu. Kondisi itu terjadi setelah komandan Pasukan Quds, Jenderal Qassem Soleimani , tewas dalam serangan udara Amerika di Baghdad, Irak, Jumat pekan lalu.
Seorang pejabat AS yang memiliki informasi intelijen mengatakan kepada Reuters bahwa belum jelas apakah tingkat kesiapan misil-misil negara para Mullah itu bersifat defensif atau tidak.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut atau mengatakan apakah rudal-rudal Iran membidik target tertentu, di tengah ancaman balas dendam oleh Teheran. (Baca: Iran Siapkan Hadiah Rp1,1 Triliun untuk Kepala Trump )
"Mereka jelas-jelas berada pada kondisi siaga yang tinggi. Apakah keadaan siaga yang tinggi itu dipersiapkan dengan lebih baik untuk defensif atau untuk dipersiapkan dengan lebih baik? Itu tidak dapat ditentukan pada titik ini," kata pejabat itu, yang dikutip dari Reuters, Senin (6/1/2020). "Tapi kita memperhatikannya dengan cermat." katanya lagi.
Laporan New York Times juga menyebutkan bahwa agen mata-mata AS mendeteksi bahwa Iran telah menyiapkan unit rudal balistik.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyerang 52 situs di Iran, termasuk yang memiliki nilai budaya tinggi, jika Teheran menyerang aset Amerika. Serangan terhadap situs budaya merupakan kejahatan perang.
"Iran berbicara dengan sangat berani tentang penargetan aset-aset AS tertentu sebagai balas dendam karena kita membersihkan dunia dari pemimpin teroris mereka yang baru saja membunuh seorang warga Amerika dan melukai banyak orang lain, belum lagi semua orang yang telah dia bunuh seumur hidupnya," tulis Trump di Twitter. (Baca juga: Trump Ancam Gempur Iran Secara Tak Proporsional )
Dia terus menulis bahwa Soleimani telah memimpin serangan terhadap kedutaan AS, yang dilaporkan New York Times merupakan faktor di balik keputusan Trump untuk memerintahkan serangan yang menewaskan jenderal top Iran tersebut.
"Biarkan ini berfungsi sebagai peringatan bahwa jika Iran menyerang orang Amerika, atau aset Amerika, kami telah menargetkan 52 situs Iran (mewakili 52 sandera Amerika yang diambil oleh Iran beberapa tahun yang lalu), beberapa merupakan (situs) budaya yang sangat tinggi dan penting bagi Iran," lanjut tweet Trump.
"(Serangan terhadap) target-target itu, dan Iran sendiri, akan sangat cepat dan sangat keras.AS tidak menginginkan ancaman lagi!," imbuh Trump.
Seorang pejabat AS yang memiliki informasi intelijen mengatakan kepada Reuters bahwa belum jelas apakah tingkat kesiapan misil-misil negara para Mullah itu bersifat defensif atau tidak.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut atau mengatakan apakah rudal-rudal Iran membidik target tertentu, di tengah ancaman balas dendam oleh Teheran. (Baca: Iran Siapkan Hadiah Rp1,1 Triliun untuk Kepala Trump )
"Mereka jelas-jelas berada pada kondisi siaga yang tinggi. Apakah keadaan siaga yang tinggi itu dipersiapkan dengan lebih baik untuk defensif atau untuk dipersiapkan dengan lebih baik? Itu tidak dapat ditentukan pada titik ini," kata pejabat itu, yang dikutip dari Reuters, Senin (6/1/2020). "Tapi kita memperhatikannya dengan cermat." katanya lagi.
Laporan New York Times juga menyebutkan bahwa agen mata-mata AS mendeteksi bahwa Iran telah menyiapkan unit rudal balistik.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyerang 52 situs di Iran, termasuk yang memiliki nilai budaya tinggi, jika Teheran menyerang aset Amerika. Serangan terhadap situs budaya merupakan kejahatan perang.
"Iran berbicara dengan sangat berani tentang penargetan aset-aset AS tertentu sebagai balas dendam karena kita membersihkan dunia dari pemimpin teroris mereka yang baru saja membunuh seorang warga Amerika dan melukai banyak orang lain, belum lagi semua orang yang telah dia bunuh seumur hidupnya," tulis Trump di Twitter. (Baca juga: Trump Ancam Gempur Iran Secara Tak Proporsional )
Dia terus menulis bahwa Soleimani telah memimpin serangan terhadap kedutaan AS, yang dilaporkan New York Times merupakan faktor di balik keputusan Trump untuk memerintahkan serangan yang menewaskan jenderal top Iran tersebut.
"Biarkan ini berfungsi sebagai peringatan bahwa jika Iran menyerang orang Amerika, atau aset Amerika, kami telah menargetkan 52 situs Iran (mewakili 52 sandera Amerika yang diambil oleh Iran beberapa tahun yang lalu), beberapa merupakan (situs) budaya yang sangat tinggi dan penting bagi Iran," lanjut tweet Trump.
"(Serangan terhadap) target-target itu, dan Iran sendiri, akan sangat cepat dan sangat keras.AS tidak menginginkan ancaman lagi!," imbuh Trump.
(mas)