Diancam Trump, Khamenei Perintahkan Iran Lanjutkan Pengembangan Rudal Canggih
loading...

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan Iran melanjutkan pengembangan militernya, termasuk rudal canggih, setelah negara tersebut diancam Presiden AS Donald Trump. Foto/Khamenei.ir
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan Iran untuk melanjutkan pengembangan militernya, termasuk rudal canggih.
Perintah tersebut disampaikan pada hari Rabu setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan ancaman kekerasan terhadap Teheran jika menolak untuk bernegosiasi mengenai program nuklirnya.
Khamenei berbicara sehari setelah duta besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani mengecam apa yang disebutnya sebagai "pernyataan yang sembrono dan menghasut" oleh Trump.
Trump dalam wawancaranya dengan New York Post dan Fox News mengatakan bahwa dia lebih suka melakukan kesepakatan untuk mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir daripada mengebom negara Islam tersebut.
“Kemajuan tidak boleh terhenti, kita tidak boleh merasa puas (dengan level kita saat ini). Katakanlah sebelumnya kita telah menetapkan batas untuk akurasi rudal kita, tetapi sekarang kita merasa batas ini tidak lagi cukup. Kita harus terus maju,” seru Khamenei, seraya menyebutkan perlunya fokus pada inovasi dalam militer Iran, sebagaimana dilansir Al Arabiya English, Kamis (13/2/2025).
“Saat ini, kekuatan pertahanan kita sudah dikenal luas, musuh-musuh kita takut akan hal ini. Ini sangat penting bagi negara kita,” imbuh dia setelah mengunjungi pameran di Teheran yang memamerkan perkembangan terbaru di sektor pertahanan Iran.
Teheran menegaskan bahwa program rudal balistiknya murni bersifat defensif tetapi di Barat hal itu dipandang sebagai faktor yang tidak stabil di wilayah yang bergejolak dan dilanda konflik.
Khamenei, yang mengatakan pada hari Jumat bahwa pembicaraan dengan Amerika Serikat “tidak cerdas, bijaksana, atau terhormat", tidak menyebutkan Trump dalam pernyataannya pada hari Rabu.
Trump pada pekan lalu memulihkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran yang mencakup upaya untuk menekan ekspor minyaknya hingga nol guna mendorong Republik Islam Iran ke dalam kesepakatan yang akan sangat membatasi program nuklirnya yang disengketakan.
Perintah tersebut disampaikan pada hari Rabu setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan ancaman kekerasan terhadap Teheran jika menolak untuk bernegosiasi mengenai program nuklirnya.
Khamenei berbicara sehari setelah duta besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani mengecam apa yang disebutnya sebagai "pernyataan yang sembrono dan menghasut" oleh Trump.
Trump dalam wawancaranya dengan New York Post dan Fox News mengatakan bahwa dia lebih suka melakukan kesepakatan untuk mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir daripada mengebom negara Islam tersebut.
“Kemajuan tidak boleh terhenti, kita tidak boleh merasa puas (dengan level kita saat ini). Katakanlah sebelumnya kita telah menetapkan batas untuk akurasi rudal kita, tetapi sekarang kita merasa batas ini tidak lagi cukup. Kita harus terus maju,” seru Khamenei, seraya menyebutkan perlunya fokus pada inovasi dalam militer Iran, sebagaimana dilansir Al Arabiya English, Kamis (13/2/2025).
“Saat ini, kekuatan pertahanan kita sudah dikenal luas, musuh-musuh kita takut akan hal ini. Ini sangat penting bagi negara kita,” imbuh dia setelah mengunjungi pameran di Teheran yang memamerkan perkembangan terbaru di sektor pertahanan Iran.
Teheran menegaskan bahwa program rudal balistiknya murni bersifat defensif tetapi di Barat hal itu dipandang sebagai faktor yang tidak stabil di wilayah yang bergejolak dan dilanda konflik.
Khamenei, yang mengatakan pada hari Jumat bahwa pembicaraan dengan Amerika Serikat “tidak cerdas, bijaksana, atau terhormat", tidak menyebutkan Trump dalam pernyataannya pada hari Rabu.
Trump pada pekan lalu memulihkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran yang mencakup upaya untuk menekan ekspor minyaknya hingga nol guna mendorong Republik Islam Iran ke dalam kesepakatan yang akan sangat membatasi program nuklirnya yang disengketakan.
Lihat Juga :