Meski Natal, Aksi Demonstrasi di Hong Kong Jalan Terus

Rabu, 25 Desember 2019 - 20:44 WIB
Meski Natal, Aksi Demonstrasi di Hong Kong Jalan Terus
Meski Natal, Aksi Demonstrasi di Hong Kong Jalan Terus
A A A
HONG KONG - Pengunjuk rasa anti pemerintah Hong Kong turun ke jalan melalui pusat-pusat perbelanjaan yang didekorasi Natal, Rabu (25/12/2019). Mereka meneriakkan slogan-slogan pro demokrasi dan memaksa satu pusat perbelanjaan untuk tutup lebih awal ketika polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan massa yang berkumpul di jalan-jalan terdekat.

Ratusan pemrotes, berpakaian hitam dan memakai topeng, turun ke pusat-pusat perbelanjaan di sekitar kota yang dikuasai China itu. Mereka meneriakkan slogan-slogan populer seperti "Bebaskan Hong Kong! Revolusi zaman kita!"

Sementara polisi anti huru hara berpatroli melewati tempat-tempat demonstrasi sementara para turis dan pembeli, banyak yang memakai topi Santa atau tanduk rusa, berjalan melewatinya.

Tidak ada bentrokan besar, namun dengan kerumunan yang berteriak tentang aksi penganiayaan yang dilakukan oleh apara, polisi dengan cepat menembakkan gas air mata di Mong Kok, daerah aksi protes yang populer.

Polisi, yang dituduh menggunakan kekuatan berlebihan, mengatakan mereka telah menahan diri terhadap aksi kerusuhan.

Polisi menangkap beberapa orang di sebuah pusat perbelanjaan di distrik Sha Tin setelah menyemprotkan merica. Mal tutup lebih awal, dengan staf mengarahkan pelanggan untuk pergi. Pusat perbelanjaan lainnya tetap buka.

Aksi protes telah berubah menjadi lebih konfrontatif selama perayaan Natal, meskipun sebelumnya pada bulan Desember mereka sebagian besar berlangsung damai setelah kandidat pro-demokrasi memenangkan pemilihan dewan distrik.

Para pemimpin Hong Kong yang pro-Beijing tidak memberikan konsesi kepada para pengunjuk rasa, meskipun mengakui kekalahan mereka dalam pemilihan dewan November lalu.

"Konfrontasi sangat diharapkan, tidak masalah jika ini Natal," kata Chan, seorang pekerja restoran berusia 28 tahun yang merupakan bagian dari kerumunan massa terlibat perang mulut dengan polisi di luar pusat perbelanjaan di distrik Mong Kok.

“Saya kecewa pemerintah masih tidak menanggapi salah satu dari tuntutan kami. Kami terus keluar bahkan jika kami tidak memiliki banyak harapan," kata Chan, yang hanya memberikan nama keluarganya seperti dilansir dari Reuters.

Sementara pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, dalam sebuah postingan di Facebook mengatakan banyak anggota masyarakat dan wisatawan kecewa bahwa perayaan malam Natal mereka telah hancur.

"Tindakan ilegal semacam itu tidak hanya meredam suasana pesta tetapi juga mempengaruhi bisnis lokal," katanya.

SebelumnyaPolisi yang menggunakan tongkat menembakkan gas air mata pada hari Selasa terhadap ribuan pengunjuk rasa yang membarikade jalan, menyemprotkan slogan-slogan pada bangunan dan menghancurkan sebuah kafe Starbucks dan kantor cabang HSBC. Sebuah truk meriam air, diapit oleh jip lapis baja, berkeliaran di jalan-jalan, tetapi tidak banyak digunakan.

Otoritas Rumah Sakit mengatakan 25 orang terluka dalam semalam, termasuk seorang lelaki yang jatuh dari lantai dua ke pusat perbelanjaan ketika ia berusaha melarikan diri dari polisi.

HSBC sebelumnya memantik kontroversi yang membuat polisi bertinda keras setelah salah satu platformnya digunakan untuk penggalangan dana bagi demonstran. Pihak HSBC kemudian membantah ada hubungan antara tindakan keras aparat dengan penutupan rekening bank yang terkait dengan kelompok pengunjuk rasa. Meski begitu tetap saja bank tersebut menjadi target kemarahan pengunjuk rasa.

Sementara Starbucks menjadi sasaran kemarahan demonstran setelah putri pendiri Maxim's Caterers, yang memiliki waralaba lokal, secara terbuka mengutuk para pengunjuk rasa.

Aksi protes di Hong Kong dimulai lebih dari enam bulan lalu terhadap RUU yang sekarang ditarik yang akan memungkinkan ekstradisi ke daratan China di mana pengadilan dikendalikan oleh Partai Komunis.

Sejak itu mereka telah berkembang menjadi gerakan pro-demokrasi yang lebih luas, dengan para demonstran mengumbar kemarahan pada apa yang mereka anggap sebagai meningkatnya campur tangan Beijing dalam kebebasan yang dijanjikan kepada bekas jajahan Inggris itu ketika kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997.

China membantah ikut campur, dan mengatakan berkomitmen terhadap formula "satu negara, dua sistem" dan menyalahkan pasukan asing karena mengobarkan kerusuhan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3814 seconds (0.1#10.140)