Filipina Geram China Langgar Perjanjian Perihal Bentrokan di Laut China Selatan
loading...
A
A
A
Pengganggu Perdamaian Terbesar
Pada 24 Agustus lalu, sebuah pesawat biro perikanan Filipina yang melakukan patroli rutin di Laut China Selatan diancam suar yang ditembakkan dari pangkalan pulau China.
Pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan terbang di dekat Subi Reef ketika melihat suar ditembakkan dari atol penangkapan ikan, yang telah diubah oleh China menjadi pangkalan pulau militer.
Pesawat perikanan yang sama menjadi sasaran “gangguan” pada 19 Agustus ketika sebuah jet tempur Angkatan Udara China "terlibat dalam manuver yang tidak bertanggung jawab dan berbahaya, menyebarkan suar beberapa kali pada jarak yang sangat dekat sekitar 15 meter" di dekat Scarborough Shoal yang disengketakan, menurut Satgas Nasional Filipina.
"Jet tempur Cina tidak terprovokasi, namun tindakannya menunjukkan niat berbahaya yang membahayakan keselamatan personel di dalam pesawat BFAR,” ujar satgas tersebut.
Dalam insiden lain, pada 8 Agustus, dua jet tempur China terbang sangat dekat dan melepaskan tembakan suar di jalur pesawat patroli Angkatan Udara Filipina di dekat Beting Scarborough.
Jadi, walau Beijing telah menandatangani kesepakatan dengan Manila untuk Second Thomas Shoal, pasukan China memusatkan perhatian pada area lain di Laut China Selatan untuk mengancam pasukan Filipina.
Pengalaman pahit Filipina telah menghancurkan harapan bahwa negara lain dapat mengadakan pengaturan serupa dengan Beijing untuk mengelola sengketa teritorial mereka. India, tentu saja, telah mempelajari pelajaran pahit itu jauh lebih awal.
“China adalah pengganggu perdamaian internasional terbesar di Asia Tenggara,” ucap Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro Jr pada 27 Agustus di sebuah konferensi internasional di Manila yang diadakan oleh Komando Indo-Pasifik AS—lebih dari sebulan setelah Manila menandatangani kesepakatan damai dengan Beijing.
Kehadiran AS di Filipina
Filipina sebenarnya tidak terbuai dalam rasa puas diri setelah menandatangani kesepakatan dengan Beijing atas Second Thomas Shoal. Pada 30 Juli, Filipina menyetujui pendanaan militer sebesar USD500 juta dari AS untuk meningkatkan pertahanan Filipina dan kemajuan pada pakta pembagian intelijen militer yang diusulkan.
Kedua sekutu tersebut kembali mengkhawatirkan tindakan agresif China yang terus berlanjut di kawasan tersebut. Pendanaan militer akan mencakup anggaran untuk memperkuat kemampuan Angkatan Laut Filipina.