Iran Peringatkan Serangan Israel di Beirut Eskalasi Berbahaya yang Ubah Permainan
loading...
A
A
A
TEHERAN - Kedutaan Besar Iran di Lebanon mengatakan serangan Israel di pinggiran selatan Beirut merupakan eskalasi berbahaya yang mengubah permainan yang akan "memberikan hukuman yang pantas kepada pelakunya".
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan serangan itu adalah "kejahatan perang" yang harus dipertanggungjawabkan kepada Israel dan Amerika Serikat (AS).
"Serangan biadab ini, yang dilakukan dengan bom yang disumbangkan oleh rezim AS kepada rezim Zionis yang jahat adalah kejahatan perang yang jelas dan tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, rezim Amerika juga merupakan kaki tangan bersama dengan rezim Zionis dan harus dimintai pertanggungjawaban," tegas Kanaani, dilansir media pemerintah.
Pemimpin gerakan Syiah Hizbullah, Hassan Nasrallah, masih hidup setelah serangan udara “besar-besaran” di markas besar kelompok itu.
Reuters melaporkan hal itu mengutip sumber yang dekat dengan gerakan itu. Israel mengonfirmasi pengeboman kompleks bawah tanah milik kelompok pejuang itu di pinggiran kota Dahiyeh, Beirut.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari menyatakan markas utama pejuang Syiah, yang terletak di bawah lingkungan sipil, menjadi sasaran serangan itu.
Axios melaporkan pada Jumat (27/9/2024), mengutip sumber Israel, bahwa Nasrallah menjadi sasaran operasi dan bahwa militer Israel sedang memeriksa apakah ia terkena dampak serangan itu.
Israel tidak secara resmi mengonfirmasi informasi ini. Media Israel menyatakan pemimpin Hizbullah itu kemungkinan tewas dalam serangan itu.
Kantor berita Tasnim Iran juga melaporkan Nasrallah selamat. Kantor berita itu mengindikasikan enam bangunan hancur dalam serangan itu.
Kantor berita Lebanon Al Manar melaporkan serangan di pinggiran kota itu mengakibatkan sedikitnya enam korban tewas dan 76 orang cedera, tetapi tidak menyebutkan Nasrallah.
Militer Israel menyerang pinggiran kota selatan Beirut empat kali selama seminggu terakhir, menewaskan sedikitnya tiga komandan tinggi Hizbullah: Ibrahim Aqil, Ahmed Wahbi, dan Ibrahim Qubaisi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan serangan itu adalah "kejahatan perang" yang harus dipertanggungjawabkan kepada Israel dan Amerika Serikat (AS).
"Serangan biadab ini, yang dilakukan dengan bom yang disumbangkan oleh rezim AS kepada rezim Zionis yang jahat adalah kejahatan perang yang jelas dan tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, rezim Amerika juga merupakan kaki tangan bersama dengan rezim Zionis dan harus dimintai pertanggungjawaban," tegas Kanaani, dilansir media pemerintah.
Pemimpin gerakan Syiah Hizbullah, Hassan Nasrallah, masih hidup setelah serangan udara “besar-besaran” di markas besar kelompok itu.
Reuters melaporkan hal itu mengutip sumber yang dekat dengan gerakan itu. Israel mengonfirmasi pengeboman kompleks bawah tanah milik kelompok pejuang itu di pinggiran kota Dahiyeh, Beirut.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari menyatakan markas utama pejuang Syiah, yang terletak di bawah lingkungan sipil, menjadi sasaran serangan itu.
Axios melaporkan pada Jumat (27/9/2024), mengutip sumber Israel, bahwa Nasrallah menjadi sasaran operasi dan bahwa militer Israel sedang memeriksa apakah ia terkena dampak serangan itu.
Israel tidak secara resmi mengonfirmasi informasi ini. Media Israel menyatakan pemimpin Hizbullah itu kemungkinan tewas dalam serangan itu.
Kantor berita Tasnim Iran juga melaporkan Nasrallah selamat. Kantor berita itu mengindikasikan enam bangunan hancur dalam serangan itu.
Kantor berita Lebanon Al Manar melaporkan serangan di pinggiran kota itu mengakibatkan sedikitnya enam korban tewas dan 76 orang cedera, tetapi tidak menyebutkan Nasrallah.
Militer Israel menyerang pinggiran kota selatan Beirut empat kali selama seminggu terakhir, menewaskan sedikitnya tiga komandan tinggi Hizbullah: Ibrahim Aqil, Ahmed Wahbi, dan Ibrahim Qubaisi.
(sya)