Persenjataan dan Terowongan Bawah Tanah Hizbullah Ancaman Besar bagi Israel
loading...
A
A
A
Jika terjadi perang habis-habisan dengan Hizbullah, dia mengatakan dapat diperkirakan bahwa kelompok bersenjata itu akan menargetkan kota-kota, infrastruktur sipil, fasilitas dan infrastruktur energi—seperti pembangkit listrik, rig gas, dan pabrik desalinasi air—untuk mendapatkan posisi yang lebih unggul.
Namun, kata Shapira, salah satu tantangan utama yang ditimbulkan oleh taktik Hizbullah adalah penggunaan perisai manusia-–seperti yang dilakukan Hamas di Gaza.
“Hizbullah juga menempatkan banyak senjatanya di daerah permukiman, secara harfiah di rumah-rumah tempat orang tinggal,” kata Shapira, seraya menambahkan bahwa beberapa rumah ini menjadi sasaran serangan Israel baru-baru ini.
Cohen menggambarkan persenjataan Hizbullah sebagai hal "mengkhawatirkan".
"Bahkan lebih besar daripada yang dilakukan Hamas di Gaza, Hizbullah memiliki kesempatan untuk mempersiapkan pertahanannya di Lebanon selatan dengan menyertakan terowongan dan infrastruktur bawah tanah lainnya. Dan perkiraan terbuka menunjukkan bahwa mereka memiliki persenjataan roket setidaknya lima kali lebih besar dari yang dimiliki Hamas sebelum 7 Oktober," kata Cohen.
Menurut direktur Middle East Program di Center for Strategic and International Studies, Jon B Alterman, beberapa anggota lembaga pertahanan Israel merasa "penangkalan Israel telah dalam remisi".
Dalam komentar yang disampaikan minggu ini, Alterman mengatakan ada banyak orang di lembaga pertahanan Israel yang merasa sudah terlalu lama sejak Israel memberikan pukulan telak kepada Hizbullah.
"Mereka merasa bahwa pencegahan Israel telah berkurang karena negara itu terlalu berhati-hati dalam menanggapi penembakan Hizbullah terhadap masyarakat di Israel utara sejak 7 Oktober," katanya.
Dia juga menggambarkan Hizbullah sebagai milisi bersenjata yang kebal terhadap aturan negara.
"Banyak negara akan menganggapnya tidak dapat diterima jika mereka memiliki milisi bersenjata di seberang perbatasan yang menembaki suatu daerah dan mencegah puluhan ribu warga tinggal di sana. Dari sudut pandang Israel, jika pemerintah Lebanon tidak dapat mengendalikan Hizbullah, maka Israel akan melakukannya," katanya.
Namun, kata Shapira, salah satu tantangan utama yang ditimbulkan oleh taktik Hizbullah adalah penggunaan perisai manusia-–seperti yang dilakukan Hamas di Gaza.
“Hizbullah juga menempatkan banyak senjatanya di daerah permukiman, secara harfiah di rumah-rumah tempat orang tinggal,” kata Shapira, seraya menambahkan bahwa beberapa rumah ini menjadi sasaran serangan Israel baru-baru ini.
Cohen menggambarkan persenjataan Hizbullah sebagai hal "mengkhawatirkan".
"Bahkan lebih besar daripada yang dilakukan Hamas di Gaza, Hizbullah memiliki kesempatan untuk mempersiapkan pertahanannya di Lebanon selatan dengan menyertakan terowongan dan infrastruktur bawah tanah lainnya. Dan perkiraan terbuka menunjukkan bahwa mereka memiliki persenjataan roket setidaknya lima kali lebih besar dari yang dimiliki Hamas sebelum 7 Oktober," kata Cohen.
Menurut direktur Middle East Program di Center for Strategic and International Studies, Jon B Alterman, beberapa anggota lembaga pertahanan Israel merasa "penangkalan Israel telah dalam remisi".
Dalam komentar yang disampaikan minggu ini, Alterman mengatakan ada banyak orang di lembaga pertahanan Israel yang merasa sudah terlalu lama sejak Israel memberikan pukulan telak kepada Hizbullah.
"Mereka merasa bahwa pencegahan Israel telah berkurang karena negara itu terlalu berhati-hati dalam menanggapi penembakan Hizbullah terhadap masyarakat di Israel utara sejak 7 Oktober," katanya.
Dia juga menggambarkan Hizbullah sebagai milisi bersenjata yang kebal terhadap aturan negara.
"Banyak negara akan menganggapnya tidak dapat diterima jika mereka memiliki milisi bersenjata di seberang perbatasan yang menembaki suatu daerah dan mencegah puluhan ribu warga tinggal di sana. Dari sudut pandang Israel, jika pemerintah Lebanon tidak dapat mengendalikan Hizbullah, maka Israel akan melakukannya," katanya.