Tidak Kalahkan Militer Rusia, Ini Cara Zelensky Tundukkan Putin
loading...
A
A
A
KYIV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan satu-satunya cara menundukkan Presiden Rusia Vladimir Putin agar bersedia berunding adalah menghancurkan "kehidupan nyaman” warga biasa Rusia.
Cara itu dipilih Zelensky, alih-alih adu kekuatan untuk mengalahkan militer Rusia.
Zelensky menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan Fareed Zakaria dari CNN.
Dia mengeklaim Putin tidak ingin berunding untuk mengakhiri perang antara kedua negara, yang menunjukkan bahwa hanya opini populer di dalam negeri Rusia yang dapat menekannya untuk bersedia berunding.
“Saya yakin dia hanya takut pada satu hal. Tidak ada pemimpin, tidak ada negara, tidak ada apa pun. Dia takut pada masyarakatnya, rakyat Rusia,” tegas Zelensky.
"Jika rakyat Rusia dalam bahaya, jika mereka tidak memiliki kehidupan yang nyaman, jika mereka hidup tanpa energi, seperti rakyat kami, mereka akan memahami harga perang. Mereka tidak akan senang dengan hal itu dan akan mulai memengaruhinya, Putin," papar Zelensky, yang dikutip Russia Today, Selasa (17/9/2024).
Beda dengan klaim Zelensky, Moskow mengeklaim telah berulang kali menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi selama perang berlangsung.
Pada awal permusuhan, kedua belah pihak sebenarnya hampir mencapai kesepakatan damai di Istanbul, tetapi pembicaraan akhirnya terhenti karena tekanan yang diberikan oleh sponsor Barat yang pro-Ukraina.
Sejak saat itu, Kyiv telah mengambil berbagai langkah untuk mencegah pembicaraan potensial tersebut dilanjutkan, termasuk Zelensky secara tegas melarang negosiasi dengan Moskow.
Namun, sikap Rusia terhadap negosiasi telah berubah setelah invasi balik Ukraina yang sedang berlangsung di wilayah Kursk, yang diluncurkan pada awal Agustus.
Serangan balik tersebut mendorong Putin untuk menarik tawaran gencatan senjata yang telah diajukannya awal tahun ini.
Sebelumnya, Putin mengatakan akan mendukung gencatan senjata segera jika Kyiv menyetujui konsesi militer dan politik tertentu.
Perubahan nyata dalam posisi Moskow terkait masalah ini telah dijelaskan lebih lanjut oleh pejabat tinggi Rusia lainnya, termasuk mantan Menteri Pertahanan dan kepala Dewan Keamanan, Sergey Shoigu.
Minggu lalu, Shoigu menuduh Kyiv melakukan "terorisme tingkat tinggi" atas upayanya untuk menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk.
"Kami tidak bernegosiasi dengan teroris, tidak sedang bernegosiasi, dan tidak akan—dan itulah mereka," katanya.
Cara itu dipilih Zelensky, alih-alih adu kekuatan untuk mengalahkan militer Rusia.
Zelensky menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah wawancara dengan Fareed Zakaria dari CNN.
Dia mengeklaim Putin tidak ingin berunding untuk mengakhiri perang antara kedua negara, yang menunjukkan bahwa hanya opini populer di dalam negeri Rusia yang dapat menekannya untuk bersedia berunding.
“Saya yakin dia hanya takut pada satu hal. Tidak ada pemimpin, tidak ada negara, tidak ada apa pun. Dia takut pada masyarakatnya, rakyat Rusia,” tegas Zelensky.
"Jika rakyat Rusia dalam bahaya, jika mereka tidak memiliki kehidupan yang nyaman, jika mereka hidup tanpa energi, seperti rakyat kami, mereka akan memahami harga perang. Mereka tidak akan senang dengan hal itu dan akan mulai memengaruhinya, Putin," papar Zelensky, yang dikutip Russia Today, Selasa (17/9/2024).
Beda dengan klaim Zelensky, Moskow mengeklaim telah berulang kali menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi selama perang berlangsung.
Pada awal permusuhan, kedua belah pihak sebenarnya hampir mencapai kesepakatan damai di Istanbul, tetapi pembicaraan akhirnya terhenti karena tekanan yang diberikan oleh sponsor Barat yang pro-Ukraina.
Sejak saat itu, Kyiv telah mengambil berbagai langkah untuk mencegah pembicaraan potensial tersebut dilanjutkan, termasuk Zelensky secara tegas melarang negosiasi dengan Moskow.
Namun, sikap Rusia terhadap negosiasi telah berubah setelah invasi balik Ukraina yang sedang berlangsung di wilayah Kursk, yang diluncurkan pada awal Agustus.
Serangan balik tersebut mendorong Putin untuk menarik tawaran gencatan senjata yang telah diajukannya awal tahun ini.
Sebelumnya, Putin mengatakan akan mendukung gencatan senjata segera jika Kyiv menyetujui konsesi militer dan politik tertentu.
Perubahan nyata dalam posisi Moskow terkait masalah ini telah dijelaskan lebih lanjut oleh pejabat tinggi Rusia lainnya, termasuk mantan Menteri Pertahanan dan kepala Dewan Keamanan, Sergey Shoigu.
Minggu lalu, Shoigu menuduh Kyiv melakukan "terorisme tingkat tinggi" atas upayanya untuk menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk.
"Kami tidak bernegosiasi dengan teroris, tidak sedang bernegosiasi, dan tidak akan—dan itulah mereka," katanya.
(mas)