China Tangkap Wartawan Australia atas Dugaan Spionase

Selasa, 27 Agustus 2019 - 10:43 WIB
China Tangkap Wartawan Australia atas Dugaan Spionase
China Tangkap Wartawan Australia atas Dugaan Spionase
A A A
CANBERRA - Seorang wartawan Australia kelahiran China telah ditangkap otoritas keamanan China atas dugaan spionase atau mata-mata. Penangkapan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Canberra dengan mitra dagang terbesarnya.

Pemerintah Australia, pada Selasa (27/8/2019), mengonfirmasi penangkapan warganya.

Yang Hengjun, seorang mantan diplomat China yang berubah menjadi jurnalis dan blogger online, ditahan di kota Guangzhou selatan pada Januari lalu. Dia kemudian dibawa ke Beijing.

"Yang ditahan di Beijing dalam kondisi yang keras tanpa tuduhan selama lebih dari tujuh bulan," kata Menteri Luar Negeri Marise Payne dalam sebuah pernyataan. Menurutnya, Yang secara resmi ditangkap karena dicurigai memata-matai negara asalnya pada Jumat lalu.

Tuduhan spionase merupakan perkara serius di China dan dapat dihukum mati.

Belum ada respons langsung dari Kementerian Luar Negeri China. Kedutaan Besar China di Canberra belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Payne mengatakan China tidak mengizinkan Yang mengakses pengacara atau keluarganya sejak penahanannya. Namun, pejabat kedutaan Australia telah mengunjungi Yang tujuh kali sejak Januari lalu.

Pengacara Yang asal Australia, Robert Stary, belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Yang, 53, yang nama aslinya adalah Yang Jun, ditahan di China sambil menunggu pemindahan ke Shanghai, setelah terbang dari New York.

Feng Chongyi, seorang akademisi di University of Technology di Sydney, mengatakan tuduhan terhadap temannya itu sangat serius.

"Benar-benar keterlaluan mereka tidak dapat memberikan bukti untuk tuduhan bermotivasi politik ini," kata Feng kepada Reuters.

Penangkapan Yang terjadi ketika Beijing berjuang untuk meredam protes anti-pemerintah di Hong Kong, kota semi-otonom China.

"China telah berusaha untuk menekan upaya demokrasi. Ini adalah pesan yang jelas terhadap upaya-upaya itu," kata Alex Joske, seorang analis di International Cyber ​​Policy Center, sebuah kelompok think-tank.

Meskipun tulisan Yang baru-baru ini sebagian besar menghindari isu politik China, ia menjadi terkenal pada awal tahun 2000-an ketika ia mendapat julukan sebagai "penjaja demokrasi".
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3681 seconds (0.1#10.140)