Mengejutkan, Turki Singkirkan Sistem Rudal S-400 Rusia, Ada Apa?

Senin, 12 Agustus 2024 - 08:29 WIB
loading...
Mengejutkan, Turki Singkirkan...
Turki mengecualikan sistem rudal S-400 yang dibeli dari Rusia dalam susunan pertahanan udara berlapis-lapisnya yang dijuluki Steel Dome. Foto/Kementerian Pertahanan Rusia
A A A
ANKARA - Turki telah menyusun sistem pertahanan udara berlapis-lapis yang dijuluki "Steel Dome" untuk melindungi wilayahnya. Yang mengejutkan, sistem rudal S-400 yang dibeli dari Rusia dikecualikan dalam susunan tersebut.

Steel Dome, menurut rencana yang diumumkan, terdiri dari berbagai sistem pertahanan udara yang dikembangkan dalam negeri.

Secara resmi, sistem rudal S-400 yang canggih belum diaktifkan atau dioperasikan Turki sejak diterima dari eksportir negara Rusia; Rosoboronexport, hampir lima tahun lalu. Selama ini, senjata pertahanan tersebut baru diuji coba oleh Ankara.

Pada bulan Desember 2023, Menteri Pertahanan Turki Yasar Guler mengklarifikasi bahwa sistem rudal tersebut akan tetap berada dalam persediaan militer dan digunakan sesuai kebutuhan.



Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan, terutama karena Turki membeli S-400 dari Rusia meskipun ada tentangan keras dan peringatan dari Amerika Serikat (AS).

AS yakin bahwa sistem buatan Rusia tersebut akan membahayakan program jet tempur siluman F-35, di mana Turki sebelumnya merupakan anggota konsorsium bersama yang penting.

Meskipun banyak peringatan, Turki tetap menandatangani perjanjian pembelian S-400 dengan Rusia pada tahun 2017, karena saat itu membutuhkan sistem berkaliber tersebut.

Setelah Ankara pertama kali menerima S-400 pada tahun 2019, AS memberikan sanksi kepada sektor pertahanan Turki dan mendepak Turki dari program F-35.

Turki memilih S-400 yang defensif daripada pesawat siluman F-35 generasi kelima yang ofensif yang akan melambungkan Turki ke dalam kelompok beberapa negara terpilih dengan kemampuan canggih itu.

Namun, terlepas dari semua bahaya dan urgensi yang ditunjukkan Turki dalam melakukan pembelian, sistem pertahanan udara S-400 belum juga dikerahkan.

Para pakar berspekulasi bahwa kontroversi itu diperparah oleh fakta bahwa sistem itu, yang diperoleh dengan risiko yang signifikan, tidak termasuk dalam kerangka pertahanan rudal negara itu.

Namun, seorang mantan menteri Turki yang terkenal karena menjadi penengah perdamaian antara Ankara dan Moskow setelah jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh F-16 Turki telah memberikan beberapa wawasan.

Berbicara dalam sebuah wawancara dengan sebuah publikasi Turki, Cavit Caglar mengatakan bahwa Turki harus menyingkirkan S-400 dengan menjualnya ke negara ketiga.



Turki Bisa Jual S-400 Rusia Kepada Siapa?


Caglar berkata dengan tegas, "Jika saya [berwenang], saya akan menjual S-400," seraya menambahkan bahwa ada negara yang bersedia membeli sistem itu.

Ketika ditanya apakah Turki dapat menjual S-400 kepada mitranya Azerbaijan, Calgar berkata, "Tidak, Pakistan akan membelinya, India akan membelinya."

Meskipun sudah tidak menjabat selama beberapa dekade, Caglar berperan penting dalam memperbaiki hubungan yang sangat tegang antara Turki dan Rusia setelah Turki menembak jatuh pesawat pengebom Rusia di perbatasan Suriah pada November 2015.

Sebagai pengakuan atas jasanya, Rusia memberinya penghargaan Order of Friendship pada tahun 2017. Oleh karena itu, sarannya mengenai reaksi Rusia terhadap penjualan S-400 oleh Turki mungkin cukup signifikan.

Saat mengajukan kemungkinan penjualan, mantan politisi tersebut mengatakan bahwa penjualan S-400 akan memfasilitasi akuisisi F-16 modern oleh Turki dan memungkinkannya untuk bergabung kembali dengan program F-35 Joint Strike Fighter (JSF), yang mana Ankara dikeluarkan Washington pada tahun 2019 setelah akuisisi S-400 yang kontroversial.

Ketika ditanya apakah dia akan menegosiasikan kemungkinan penjualan sistem S-400 tersebut ke negara ketiga dengan Rusia, Calgar mengatakan bahwa orang-orang yang berkuasa harus melakukannya.

Menurut laporan EurAsian Times, Senin (12/8/2024), dapat dipahami bahwa Turki harus memperoleh persetujuan dari Kremlin untuk menjual S-400 ke pihak ketiga.

Potensi Penjualan S-400 oleh Turki


Turki telah meyakinkan AS untuk menjual F-16 ke Ankara pada bulan Januari tahun ini dan mungkin tidak perlu menyerahkan S-400 untuk mengamankan jet tersebut.

Ankara dilaporkan telah menarik kembali dan mengurangi jumlah perangkat pemutakhiran dan amunisi yang dimaksudkan untuk memodernisasi F-16 yang sudah tua dan saat ini mengincar Eurofighter Typhoon.

Mungkin ada baiknya untuk menjajaki apakah Turki akan mempertimbangkan untuk menukar sistem S-400 dengan kemungkinan akuisisi jet F-35 Lightning II.

Sebelum dikeluarkan dari konsorsium F-35, Turki merupakan peserta utama. Dengan rencana untuk membeli 100 unit F-35A untuk Angkatan Udara-nya, Turki juga terlibat dalam produksi lebih dari 900 suku cadang F-35 untuk operator di seluruh dunia.

Dengan musuh bebuyutannya dan saingannya, Yunani, sekarang memilih jet tempur F-35 selain Rafale dalam inventarisnya,Turki tentu perlu menambah kekuatan armada udaranya.

Untungnya, kedua sekutu NATO tersebut telah menempuh jalan yang panjang, dengan Washington mengisyaratkan kemungkinan berakhirnya perpecahan dan potensi penjualan F-35 ke Turki.

Pada bulan Januari tahun ini, Pejabat Wakil Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan bahwa Turki mungkin dapat bergabung kembali dengan program F-35 asalkan masalah S-400 diperbaiki. Namun, Ankara terus menunda-nunda masalah tersebut.

Pimpinan Turki menolak untuk menarik kembali keputusan untuk mempertahankan S-400.

Pada bulan Mei tahun ini, Menteri Pertahanan Yasar Guler membantah laporan bahwa Ankara bermaksud memberikan sistem rudal yang dibelinya dari Rusia ke negara lain, kemungkinan besar kepada Ukraina.

"Mentransfer S-400 ke negara mana pun tidak mungkin dilakukan," katanya di CNN Turk.

Para pakar berpendapat bahwa dukungan teguh Turki terhadap S-400 Rusia disebabkan oleh banyak faktor lain.

Profesor David E Banks dari King’s College, London, dan Lisel Hintz dari Universitas Johns Hopkins berpendapat dalam sebuah penelitian bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan tidak dapat menarik kembali kontrak S-400 karena tekanan dalam negeri dan signifikansi yang diberikan pemerintahannya, para pendukungnya, dan pihak lain di Turki meskipun ada kekurangannya.

Jika Turki mempertimbangkan untuk menjual S-400, Turki memerlukan persetujuan Rusia. Menariknya, India bergulat dengan keterlambatan pengiriman sistem S-400 dari Rusia.

Mentransfer sistem rudal tersebut ke India bukanlah ide yang buruk, tetapi New Delhi memiliki hubungan yang dingin dengan Ankara, jadi kesepakatan apa pun sangat tidak mungkin.

Pembeli potensial lainnya yang "dipilih" oleh Calgar adalah Pakistan.

Seorang analis militer yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada EurAsian Times: “Rusia tidak mungkin menjual S-400 ke Pakistan karena India adalah mitra strategis dan akan mengajukan keberatan keras terhadap penjualan sistem tersebut, terutama karena telah menggunakan sistem tersebut untuk menghalangi Pakistan.”

Kedua, S-400 adalah sistem yang mahal, dan Pakistan yang sedang berjuang secara ekonomi mungkin tidak memiliki sumber daya keuangan untuk memperolehnya.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0756 seconds (0.1#10.140)