Meski Dihina, Putin Tak Mau Jatuhkan Sanksi pada Georgia

Selasa, 09 Juli 2019 - 22:58 WIB
Meski Dihina, Putin Tak Mau Jatuhkan Sanksi pada Georgia
Meski Dihina, Putin Tak Mau Jatuhkan Sanksi pada Georgia
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Vladimorvich Putin menolak seruan parlemen untuk menjatuhkan sanksi kepada Georgia. Seruan itu muncul setelah penyiar berita stasiun televisi di Tbilisi mengumbar hinaan secara vulgar terhadap pemimpin Kremlin ketika sedang siaran langsung.

Putin mengatakan segala tindakan yang merusak hubungan antara Rusia dan Georgia harus dihindari. Menurutnya, penghinaan oleh jurnalis televisi tersebut tidak perlu diributkan.

"Saya tidak akan memberlakukan sanksi terhadap Georgia karena menghormati orang-orangnya," kata Putin.

Sebelumnya pada hari Selasa (9/7/2019), parlemen telah mendesak pemerintah Rusia untuk melarang impor wine dan table water Georgia, serta untuk membatasi transfer uang ke negara itu.

Georgia adalah salah satu negara pecahan Uni Soviet. Hubungan Georgia dan Rusia sedang memburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Ketegangan antara Moskow dan Tbilisi semakin memanas setelah penyiar berita stasiun televisi Rustavi 2, Georgiy Gabuniya, mengumbar hinaan secara vulgar terhadap Putin dan mendiang orangtuanya. (Baca: Hina Putin saat Live, Penyiar TV Georgia Picu Kemarahan )

Ulah jurnalis telah menjadi berita utama di Georgia dan Rusia. Namun, Putin mengatakan masalah seperti itu tidak pantas diributkan. "Dia keluar, mengatakan sesuatu, tidak menjadi apa-apa," katanya merujuk pada Gabuniya, seperti dikutip Russia Today.

Mengenai seruan untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap apa yang telah dilakukan jurnalis tersebut, Presiden Rusia itu mengatakan bahwa pria tersebut "tidak pantas mendapat kehormatan seperti itu."

Menurutnya, sentimen anti-Rusia di Georgia dipromosikan oleh mereka yang tidak ingat sejarah dan yang ingin membahayakan negara mereka sendiri.

Presiden Georgia Salome Zourabichvili sebelumnya meminta Moskow untuk tidak larut pada provokasi oposisi radikal di negaranya. "Kebijakan damai kami adalah satu-satunya cara untuk menjaga stabilitas di kawasan ini," katanya.

Pada akhir Juni, kedatangan delegasi Rusia ke sesi Majelis Antar-Parlemen tentang Ortodoksi (IAO) di Tbilisi menyebabkan protes keras, yang dihasut oleh oposisi negara itu. Setelah itu, Moskow memutuskan bahwa kebangkitan Russophobia membuat Georgia tidak aman bagi warganya dan memperkenalkan larangan semua penerbangan Rusia ke dan dari negara itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5641 seconds (0.1#10.140)