Pernah Diancam Dibom Nuklir, Eks Presiden Georgia Anggap Putin Tak Waras
loading...
A
A
A
TBILISI - Mantan presiden Georgia, Mikheil Saakashvili, mengaku negaranya pernah diancam dibom nuklir oleh Presiden Rusia Vladimir Putin . Dia pun tak heran jika ancaman itu kembali keluar ketika Moskow menginvasi Ukraina .
Saakashvili pernah menjabat dua periode berturut-turut sebagai Presiden Georgia dari 2004 hingga 2013. Dia juga berpengalaman dalam politik Ukraina karena pernah menjadi Gubernur Odessa Oblast Ukraina dari 2015 hingga 2016.
Dia, yang sekarang menjadi pemimpin oposisi Georgia, memiliki pengalaman luas dalam bernegosiasi dengan Putin dan telah merasakan kemarahan Moskow dalam banyak kesempatan.
Pada tahun 2008, yakni saat Saakashvili berkuasa, pasukan Rusia menyerbu Georgia sebagai tanggapan atas keputusannya untuk mengirim tentara Georgia ke provinsi Ossetia Selatan yang memberontak.
Konflik berlangsung selama lima hari dan berakhir dengan pasukan Rusia datang dalam jarak yang sangat dekat dari Tbilisi, ibu kota Georgia.
Lantaran negaranya pernah diancam dibom nuklir oleh Rusia, Saakashvili berpendapat Putin adalah sosok yang tidak waras atau sudah keluar dari pikirannya.
"Putin adalah pengganggu jalanan yang sekarang keluar dari pikirannya," katanya kepada Express.co.uk, yang dilansir Senin (14/3/2022).
Dia mengaku pernah memperingatkan Amerika Serikat ketika Putin mengancam akan menggunakan senjata nuklir.
"Sudah pada tahun 2006 saya memperingatkan orang Amerika bahwa dia mengancam saya dan negara saya dengan rudal nuklir taktis," ujarnya.
"Teman Amerika saya mengira saya melebih-lebihkan."
Saakashvili pernah menjabat dua periode berturut-turut sebagai Presiden Georgia dari 2004 hingga 2013. Dia juga berpengalaman dalam politik Ukraina karena pernah menjadi Gubernur Odessa Oblast Ukraina dari 2015 hingga 2016.
Dia, yang sekarang menjadi pemimpin oposisi Georgia, memiliki pengalaman luas dalam bernegosiasi dengan Putin dan telah merasakan kemarahan Moskow dalam banyak kesempatan.
Pada tahun 2008, yakni saat Saakashvili berkuasa, pasukan Rusia menyerbu Georgia sebagai tanggapan atas keputusannya untuk mengirim tentara Georgia ke provinsi Ossetia Selatan yang memberontak.
Konflik berlangsung selama lima hari dan berakhir dengan pasukan Rusia datang dalam jarak yang sangat dekat dari Tbilisi, ibu kota Georgia.
Lantaran negaranya pernah diancam dibom nuklir oleh Rusia, Saakashvili berpendapat Putin adalah sosok yang tidak waras atau sudah keluar dari pikirannya.
"Putin adalah pengganggu jalanan yang sekarang keluar dari pikirannya," katanya kepada Express.co.uk, yang dilansir Senin (14/3/2022).
Dia mengaku pernah memperingatkan Amerika Serikat ketika Putin mengancam akan menggunakan senjata nuklir.
"Sudah pada tahun 2006 saya memperingatkan orang Amerika bahwa dia mengancam saya dan negara saya dengan rudal nuklir taktis," ujarnya.
"Teman Amerika saya mengira saya melebih-lebihkan."