Profil Jenderal Zuniga dan Upaya Kudeta 5 Jam Dramatis terhadap Presiden Bolivia
loading...
A
A
A
LA PAZ - Jenderal Juan Jose Zuniga telah ditangkap karena memimpin kudeta militer secara dramatis terhadap Presiden Bolivia Luis Arce pada hari Rabu.
Upaya kudeta itu diwarnai dengan penyerbuan istana kepresidenan oleh para tentara dengan kendaraan lapis.
Jenderal Zuniga mengatakan bahwa dia memimpin upaya untuk "membangun kembali demokrasi" di negara tersebut.
Namun, upaya kudetanya gagal dan dia sekarang akan menghadapi penyelidikan kriminal yang bisa membuatnya dipenjara bertahun-tahun.
Pihak berwenang Bolivia menangkap Jenderal Zuniga beberapa jam setelah upaya kudeta militernya gagal.
Kantor berita Reuters melaporkan pada Kamis (27/6/2024), bahwa kantor kejaksaan umum akan meluncurkan penyelidikan kriminal terhadapnya dan perwira lain yang terlibat upaya kudeta.
Kantor berita AP lebih lanjut melaporkan bahwa Arce juga telah memerintahkan penangkapan Wakil Laksamana Angkatan Laut Juan Arnez Salvador.
Rekaman video upaya kudeta yang dramatis menunjukkan Jenderal Zuniga, yang kini dipecat sebagai komandan Angkatan Darat Bolivia, memasuki Palacio Quemado (Istana Kepresidenan) dan menghadapi Presiden Arce secara langsung.
Zuniga mengatakan; “Angkatan Bersenjata bermaksud untuk merestrukturisasi demokrasi, menjadikannya demokrasi sejati dan tidak dijalankan oleh segelintir orang selama 30, 40 tahun.”
The New York Times melaporkan bahwa dia juga menyerukan pembebasan beberapa politisi dan anggota militer yang saat ini berada di balik jeruji besi.
“Cukup diperintah oleh segelintir orang,” kata sang jenderal.
“Lihat apa yang membawa kita! Anak-anak kami tidak punya masa depan, rakyat kami tidak punya masa depan, dan tentara punya nyali untuk memperjuangkan masa depan anak-anak kami," lanjut dia.
Surat kabar Los Tiempos melaporkan bahwa ketika Zuniga memasuki istana dan menghadapi Arce, presiden memerintahkan sang jenderal untuk menghentikan pasukannya: “Saya kapten Anda. Patuhi perintah saya.”
Tak lama kemudian, tentara dan tank mundur dari alun-alun. Pemberontakan tersebut berlangsung sekitar lima jam.
Zuniga kemudian ditangkap, dengan rekaman video menunjukkan Wakil Menteri Dalam Negeri Jhonny Aguilera berkata kepada Zuniga: “Jenderal, Anda ditahan.”
Sementara itu, Arce yang berdiri di balkon istana pemerintah berkata: “Tidak ada yang bisa merampas demokrasi yang telah kita menangkan.”
Dia juga mengambil sumpah pemimpin Angkatan Darat baru, memecat Zuniga.
Tepat sebelum dia ditangkap oleh pihak berwenang Bolivia, Zuniga mengklaim bahwa Presiden Arce-lah yang memintanya melakukan upaya kudeta.
Zuniga berkata: “Presiden mengatakan kepada saya bahwa situasinya benar-benar kacau, minggu ini akan menjadi minggu yang kritis—jadi penting untuk mempersiapkan sesuatu yang akan meningkatkan popularitas saya.”
Namun, Menteri Kehakiman Bolivia Ivan Lima membantah klaim tersebut. Dia mengatakan bahwa Zuniga berbohong dan berusaha membenarkan tindakannya sendiri, sehingga dia akan diadili.
Lima juga mengatakan bahwa jaksa penuntut akan menuntut hukuman maksimal 15 hingga 20 tahun penjara bagi Zuniga. “Karena telah menyerang demokrasi dan Konstitusi," katanya.
Ini bukan upaya kudeta pertama di Bolivia. Negara ini telah mengalami lebih dari 190 upaya kudeta dan revolusi sejak kemerdekaannya pada tahun 1825.
Zuniga, yang ditangkap sejak percobaan kudeta, merupakan tokoh kontroversial dalam politik Bolivia dan merupakan penentang mantan Presiden Bolivia Evo Morales, yang masih memegang pengaruh besar dalam lanskap politik negara tersebut.
Presiden Arce saat ini merupakan bagian dari partai politik yang sama dengan Morales.
Baru-baru ini, Zuniga cukup vokal dalam kritiknya terhadap Morales, yang berencana mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada tahun 2025.
Menurut El PaĂs, surat kabar Spanyol, Zuniga mengatakan bahwa Morales tidak bisa menjadi presiden negara ini lagi dan bahwa dia tidak akan mengizinkannya untuk “menginjak-injak konstitusi dan tidak menaati mandat publik.”
Dia juga dituduh melakukan penggelapan selama karier militernya yang panjang. Dia didakwa menggelapkan hampir 2,7 juta boliviano.
Menurut surat kabar El Deber, Zuniga tidak berprestasi secara akademis. Namun, keterampilan kognitif dan pemahamannya tentang dinamika politik membantunya naik pangkat di angkatan bersenjata Bolivia.
Mantan presiden Evo Morales juga menuduh Zuniga sebagai komandan organisasi militer Pachajcho, dan diduga berencana untuk melenyapkannya sebagai bagian dari “rencana hitam” terhadap para pemimpin produksi koka dan lawan politik.
Upaya kudeta itu diwarnai dengan penyerbuan istana kepresidenan oleh para tentara dengan kendaraan lapis.
Jenderal Zuniga mengatakan bahwa dia memimpin upaya untuk "membangun kembali demokrasi" di negara tersebut.
Namun, upaya kudetanya gagal dan dia sekarang akan menghadapi penyelidikan kriminal yang bisa membuatnya dipenjara bertahun-tahun.
Upaya Kudeta 5 Jam yang Dramatis
Pihak berwenang Bolivia menangkap Jenderal Zuniga beberapa jam setelah upaya kudeta militernya gagal.
Kantor berita Reuters melaporkan pada Kamis (27/6/2024), bahwa kantor kejaksaan umum akan meluncurkan penyelidikan kriminal terhadapnya dan perwira lain yang terlibat upaya kudeta.
Kantor berita AP lebih lanjut melaporkan bahwa Arce juga telah memerintahkan penangkapan Wakil Laksamana Angkatan Laut Juan Arnez Salvador.
Rekaman video upaya kudeta yang dramatis menunjukkan Jenderal Zuniga, yang kini dipecat sebagai komandan Angkatan Darat Bolivia, memasuki Palacio Quemado (Istana Kepresidenan) dan menghadapi Presiden Arce secara langsung.
Zuniga mengatakan; “Angkatan Bersenjata bermaksud untuk merestrukturisasi demokrasi, menjadikannya demokrasi sejati dan tidak dijalankan oleh segelintir orang selama 30, 40 tahun.”
The New York Times melaporkan bahwa dia juga menyerukan pembebasan beberapa politisi dan anggota militer yang saat ini berada di balik jeruji besi.
“Cukup diperintah oleh segelintir orang,” kata sang jenderal.
“Lihat apa yang membawa kita! Anak-anak kami tidak punya masa depan, rakyat kami tidak punya masa depan, dan tentara punya nyali untuk memperjuangkan masa depan anak-anak kami," lanjut dia.
Surat kabar Los Tiempos melaporkan bahwa ketika Zuniga memasuki istana dan menghadapi Arce, presiden memerintahkan sang jenderal untuk menghentikan pasukannya: “Saya kapten Anda. Patuhi perintah saya.”
Tak lama kemudian, tentara dan tank mundur dari alun-alun. Pemberontakan tersebut berlangsung sekitar lima jam.
Zuniga kemudian ditangkap, dengan rekaman video menunjukkan Wakil Menteri Dalam Negeri Jhonny Aguilera berkata kepada Zuniga: “Jenderal, Anda ditahan.”
Sementara itu, Arce yang berdiri di balkon istana pemerintah berkata: “Tidak ada yang bisa merampas demokrasi yang telah kita menangkan.”
Dia juga mengambil sumpah pemimpin Angkatan Darat baru, memecat Zuniga.
Tepat sebelum dia ditangkap oleh pihak berwenang Bolivia, Zuniga mengklaim bahwa Presiden Arce-lah yang memintanya melakukan upaya kudeta.
Zuniga berkata: “Presiden mengatakan kepada saya bahwa situasinya benar-benar kacau, minggu ini akan menjadi minggu yang kritis—jadi penting untuk mempersiapkan sesuatu yang akan meningkatkan popularitas saya.”
Namun, Menteri Kehakiman Bolivia Ivan Lima membantah klaim tersebut. Dia mengatakan bahwa Zuniga berbohong dan berusaha membenarkan tindakannya sendiri, sehingga dia akan diadili.
Lima juga mengatakan bahwa jaksa penuntut akan menuntut hukuman maksimal 15 hingga 20 tahun penjara bagi Zuniga. “Karena telah menyerang demokrasi dan Konstitusi," katanya.
Ini bukan upaya kudeta pertama di Bolivia. Negara ini telah mengalami lebih dari 190 upaya kudeta dan revolusi sejak kemerdekaannya pada tahun 1825.
Siapakah Jenderal Juan Jose Zuniga?
Zuniga, yang ditangkap sejak percobaan kudeta, merupakan tokoh kontroversial dalam politik Bolivia dan merupakan penentang mantan Presiden Bolivia Evo Morales, yang masih memegang pengaruh besar dalam lanskap politik negara tersebut.
Presiden Arce saat ini merupakan bagian dari partai politik yang sama dengan Morales.
Baru-baru ini, Zuniga cukup vokal dalam kritiknya terhadap Morales, yang berencana mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada tahun 2025.
Menurut El PaĂs, surat kabar Spanyol, Zuniga mengatakan bahwa Morales tidak bisa menjadi presiden negara ini lagi dan bahwa dia tidak akan mengizinkannya untuk “menginjak-injak konstitusi dan tidak menaati mandat publik.”
Dia juga dituduh melakukan penggelapan selama karier militernya yang panjang. Dia didakwa menggelapkan hampir 2,7 juta boliviano.
Menurut surat kabar El Deber, Zuniga tidak berprestasi secara akademis. Namun, keterampilan kognitif dan pemahamannya tentang dinamika politik membantunya naik pangkat di angkatan bersenjata Bolivia.
Mantan presiden Evo Morales juga menuduh Zuniga sebagai komandan organisasi militer Pachajcho, dan diduga berencana untuk melenyapkannya sebagai bagian dari “rencana hitam” terhadap para pemimpin produksi koka dan lawan politik.
(mas)