Rima Hassan, Wanita Prancis-Palestina Pertama yang Jadi Anggota Parlemen Eropa
loading...
A
A
A
Penganiayaan yang Nyata
Kecaman Hassan yang blak-blakan terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina membuatnya ditentang oleh banyak orang, termasuk di spektrum politik kiri.
Hassan dan LFI secara umum, secara teratur dituduh antisemitisme atas komentar pro-Palestina mereka, dan mengkritik pelanggaran Israel.
Pada Maret, setelah kritik keras dari para tokoh masyarakat, termasuk produser dan pembawa acara televisi Prancis populer Arthur, acara “Forbes France Women of the Year” 2023 di Paris dibatalkan.
Majalah Amerika tersebut telah memilih Hassan di antara “40 wanita luar biasa yang menandai tahun ini” dan berhasil “mendobrak batasan”.
“Jangan kaget melihat antisemit Rima Hassan dihormati di antara 40 wanita tahun 2023. Antisemitisme dan dalih atas terorisme adalah simbol baru sukses di Forbes,” tulis Arthur di Instagram.
Pada April, Hassan dan pemimpin LFI Mathilde Panot dipanggil polisi sebagai bagian dari penyelidikan atas “dalih atas teror”, menyusul pernyataan LFI yang dipublikasikan pada tanggal 7 Oktober.
Pernyataan tersebut menarik persamaan antara serangan yang dipimpin Hamas, yang digambarkan sebagai "serangan bersenjata oleh pasukan Palestina", dan "peningkatan kebijakan pendudukan Israel" di Palestina.
Dalam wawancara pada akhir November dengan Le Crayon, Hassan mengatakan "benar" bahwa Hamas melakukan tindakan yang sah. Dia kemudian mengecam suntingan yang menyesatkan atas tanggapannya.
“Saya yakin tidak ada yang perlu saya salahkan, karena saya selalu mengekspresikan diri saya secara kritis baik terhadap Hamas maupun modus operasi terorisnya, tetapi juga terhadap Israel,” tegas dia kepada AFP pada hari dia dipanggil polisi.
Yonatan Arfi, presiden Dewan Perwakilan Lembaga Yahudi Prancis (CRIF), kelompok pro-Israel, menuduhnya “mengikuti agenda fundamentalis Hamas dan membenarkan pelanggaran 7 Oktober”.