Presiden Negara-negara Afrika Barat Akan Kunjungi Mali
loading...
A
A
A
BAMAKO - Presiden sejumlah negara Afrika Barat dilaporkan berencana terbang ke Mali setelah kekuatan regional meningkatkan upaya untuk menggagalkan perubahan rezim yang dipicu oleh kudeta . Langkah ini diambil setelah koalisi oposisi Mali bergabung dengan junta militer dalam menolak campur tangan asing.
Para pemimpin dari 15 negara Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) bersidang mengenai krisis di Mali dan menangguhkan keanggotaan negara itu. Mereka juga menutup perbatasan serta menghentikan aliran keuangan sebagai respon atas penggulingan Presiden Ibrahim Boubacar Keita pada Selasa lalu.
Blok tersebut berencana untuk mengirim delegasi presiden termasuk para pemimpin Niger, Senegal dan Ghana ke ibu kota Mali, Bamako, untuk mencari penyelesaian atas krisis tersebut. Hal itu diungkapkan seorang diplomat regional dan seorang pejabat senior.
Namun laporan tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
ECOWAS diperkirakan akan merilis pernyataan yang menguraikan langkah selanjutnya pada hari Kamis waktu setempat.
Pada bulan Juli, delegasi ECOWAS gagal menengahi kesepakatan antara Keita dan oposisi, yang memimpin protes besar-besaran terhadap pemerintah.
Para pemimpin yang menghadiri KTT virtual blok tersebut mengatakan pergolakan politik di Mali dapat mengguncang seluruh kawasan.
“Peristiwa di Mali (memiliki) konsekuensi serius bagi perdamaian dan keamanan Afrika Barat,” tweet Presiden Nigeria Muhammadu Buhari. (Baca: Buntut Kudeta Militer, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Mali )
Di Mali, koalisi kelompok oposisi M5-RFP mengatakan pihaknya bekerja dengan para pemberontak. Ini memberi label tanggapan awal ECOWAS terhadap reaksi berlebihan kudeta yang berasal dari ketakutan beberapa pemimpin regional bahwa hal itu dapat memicu kerusuhan di negara mereka.
"(Para pemimpin) berusaha keras untuk mengatur ECOWAS melawan Mali," kata juru bicara M5-RFP Nouhoum Togo seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/8/2020).
Para pemimpin dari 15 negara Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) bersidang mengenai krisis di Mali dan menangguhkan keanggotaan negara itu. Mereka juga menutup perbatasan serta menghentikan aliran keuangan sebagai respon atas penggulingan Presiden Ibrahim Boubacar Keita pada Selasa lalu.
Blok tersebut berencana untuk mengirim delegasi presiden termasuk para pemimpin Niger, Senegal dan Ghana ke ibu kota Mali, Bamako, untuk mencari penyelesaian atas krisis tersebut. Hal itu diungkapkan seorang diplomat regional dan seorang pejabat senior.
Namun laporan tersebut belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
ECOWAS diperkirakan akan merilis pernyataan yang menguraikan langkah selanjutnya pada hari Kamis waktu setempat.
Pada bulan Juli, delegasi ECOWAS gagal menengahi kesepakatan antara Keita dan oposisi, yang memimpin protes besar-besaran terhadap pemerintah.
Para pemimpin yang menghadiri KTT virtual blok tersebut mengatakan pergolakan politik di Mali dapat mengguncang seluruh kawasan.
“Peristiwa di Mali (memiliki) konsekuensi serius bagi perdamaian dan keamanan Afrika Barat,” tweet Presiden Nigeria Muhammadu Buhari. (Baca: Buntut Kudeta Militer, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Mali )
Di Mali, koalisi kelompok oposisi M5-RFP mengatakan pihaknya bekerja dengan para pemberontak. Ini memberi label tanggapan awal ECOWAS terhadap reaksi berlebihan kudeta yang berasal dari ketakutan beberapa pemimpin regional bahwa hal itu dapat memicu kerusuhan di negara mereka.
"(Para pemimpin) berusaha keras untuk mengatur ECOWAS melawan Mali," kata juru bicara M5-RFP Nouhoum Togo seperti dikutip dari Reuters, Jumat (21/8/2020).