Buntut Kudeta Militer, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Mali
loading...
A
A
A
BAMAKO - Uni Afrika (AU) pada Rabu menangguhkan status keanggotaan Mali setelah para pemimpinnya ditahan oleh tentara yang memberontak dan presiden dipaksa lengser .
"Dewan keamanan AU yang beranggotakan 15 orang menangguhkan Mali dari Uni Afrika sampai pemulihan tatanan konstitusional dan menuntut pembebasan Presiden (Ibrahim) Boubacar Keita , Perdana Menteri dan pejabat pemerintah lainnya yang ditahan paksa oleh tentara," kata Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika di Twitter, seperti dikutip Gulf News, Kamis (20/6/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mengundurkan diri dari jabatannya dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah sejumlah tentara menyanderanya dengan todongan senjata api. (Baca: Disandera dan Ditodong Senjata, Presiden Mali Mengundurkan Diri )
Pengunduran dirinya itu semakin menjerumuskan Mali dalam krisis berkepanjangan. Keita menyatakan mundur dalam pidato singkat yang disiarkan televisi setelah tentara menahannya bersama Perdana Menteri Boubou Cisse dan pejabat tinggi lainnya.
"Jika hari ini, beberapa elemen pasukan bersenjata kita ingin ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya memiliki pilihan?" kata Keita dari pangkalan militer di Kati, luar Ibu Kota Mali; Bamako, tempat dia disandera.
Tidak jelas siapa yang memimpin revolusi dan siapa yang akan memerintah tanpa kehadiran Keita atau apa yang diinginkan para tentara pemberontak.
Gambar yang diunggah di media sosial yang diambil di pangkalan militer Kati menunjukkan Keita dan Cisse dikepung oleh para tentara bersenjata. Reuters tak dapat melakukan verifikasi keaslian video atau gambar itu. (Baca juga: Militer Mali Berjanji Gelar Pemilu Pascakudeta )
Mali selama beberapa bulan mengalami unjuk rasa menentang korupsi dan memburuknya keamanan di negara itu. Ada juga seruan agar Keita mundur.
Koalisi oposisi M5-RFP menunjukkan dukungan pada aksi para tentara pemberontak. "Ini bukan kudeta militer tapi pemberontakan populer," kata juru bicara oposisi Nouhoum Togo kepada Reuters.
Ratusan demonstran antipemerintah berkumpul di lapangan di Bamako untuk merayakan pengunduran diri Keita dan memuji para tentara yang mengendarai mobil-mobil militer dan menembakkan senjata untuk merayakannya.
Pemberontakan pada 2012 di pangkalan Kati memicu kudeta militer yang menggulingkan Presiden Amadou Toumani Toure saat itu dan membuat Mali Utara jatuh ke tangan para militan.
Pasukan Prancis ikut campur untuk melawan militan, tapi kelompok militan memperluas pengaruh ke negara tetangga; Burkina Faso dan Niger. Kelompok militan itu menyerang para tentara, warga sipil dan turis Barat.
"Dewan keamanan AU yang beranggotakan 15 orang menangguhkan Mali dari Uni Afrika sampai pemulihan tatanan konstitusional dan menuntut pembebasan Presiden (Ibrahim) Boubacar Keita , Perdana Menteri dan pejabat pemerintah lainnya yang ditahan paksa oleh tentara," kata Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika di Twitter, seperti dikutip Gulf News, Kamis (20/6/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mengundurkan diri dari jabatannya dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah sejumlah tentara menyanderanya dengan todongan senjata api. (Baca: Disandera dan Ditodong Senjata, Presiden Mali Mengundurkan Diri )
Pengunduran dirinya itu semakin menjerumuskan Mali dalam krisis berkepanjangan. Keita menyatakan mundur dalam pidato singkat yang disiarkan televisi setelah tentara menahannya bersama Perdana Menteri Boubou Cisse dan pejabat tinggi lainnya.
"Jika hari ini, beberapa elemen pasukan bersenjata kita ingin ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya memiliki pilihan?" kata Keita dari pangkalan militer di Kati, luar Ibu Kota Mali; Bamako, tempat dia disandera.
Tidak jelas siapa yang memimpin revolusi dan siapa yang akan memerintah tanpa kehadiran Keita atau apa yang diinginkan para tentara pemberontak.
Gambar yang diunggah di media sosial yang diambil di pangkalan militer Kati menunjukkan Keita dan Cisse dikepung oleh para tentara bersenjata. Reuters tak dapat melakukan verifikasi keaslian video atau gambar itu. (Baca juga: Militer Mali Berjanji Gelar Pemilu Pascakudeta )
Mali selama beberapa bulan mengalami unjuk rasa menentang korupsi dan memburuknya keamanan di negara itu. Ada juga seruan agar Keita mundur.
Koalisi oposisi M5-RFP menunjukkan dukungan pada aksi para tentara pemberontak. "Ini bukan kudeta militer tapi pemberontakan populer," kata juru bicara oposisi Nouhoum Togo kepada Reuters.
Ratusan demonstran antipemerintah berkumpul di lapangan di Bamako untuk merayakan pengunduran diri Keita dan memuji para tentara yang mengendarai mobil-mobil militer dan menembakkan senjata untuk merayakannya.
Pemberontakan pada 2012 di pangkalan Kati memicu kudeta militer yang menggulingkan Presiden Amadou Toumani Toure saat itu dan membuat Mali Utara jatuh ke tangan para militan.
Pasukan Prancis ikut campur untuk melawan militan, tapi kelompok militan memperluas pengaruh ke negara tetangga; Burkina Faso dan Niger. Kelompok militan itu menyerang para tentara, warga sipil dan turis Barat.
(min)