Israel Serang Sekolah PBB di Gaza Tengah, 40 Orang Tewas
loading...
A
A
A
GAZA - Serangan Israel terhadap sekolah yang dikelola PBB menewaskan puluhan orang di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah pada Kamis (6/6/2024).
Sekolah tersebut, yang dioperasikan badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, dilaporkan menampung ribuan pengungsi, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan sebanyak 40 orang tewas, termasuk sembilan wanita dan 14 anak-anak.
Tentara Israel mengatakan sekolah tersebut berisi kompleks Hamas, dan serangan tersebut menewaskan para pejuang yang terlibat dalam serangan tanggal 7 Oktober terhadap Israel.
Militer Israel berdalih 20 hingga 30 pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina berkumpul di sekolah tersebut.
Kantor media Gaza dengan tegas menolak klaim Israel tersebut. Semua tuduhan Israel itu biasanya tanpa memberikan bukti.
“Pendudukan menggunakan kebohongan pada opini publik melalui cerita palsu untuk membenarkan kejahatan brutal yang dilakukan terhadap puluhan pengungsi,” ungkap Ismail al-Thawabta, direktur kantor media Gaza, mengatakan kepada Reuters.
Serangan itu terjadi ketika Israel mengumumkan kampanye militer baru di Gaza tengah, di mana serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 100 warga Palestina sejak Selasa.
Israel mengatakan pihaknya akan terus berperang selama perundingan gencatan senjata.
Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh menegaskan kembali bahwa kelompok tersebut menuntut gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel ke Gaza sebagai bagian dari kesepakatan.
“Gerakan dan faksi-faksi perlawanan akan menangani secara serius dan positif setiap perjanjian yang didasarkan pada penghentian agresi secara komprehensif dan penarikan penuh serta pertukaran tahanan,” ujar Haniyeh.
Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana gencatan senjata untuk meredakan perang dan membebaskan tawanan, yang menurut para pejabat AS hampir serupa dengan skema yang telah disepakati Hamas.
Meskipun Biden menyampaikan rencana tersebut sebagai pihak Israel, rezim penjajah Zionis bersikeras kesepakatan tersebut akan memungkinkan Israel untuk tetap mencapai tujuannya “mengalahkan Hamas”.
Genosida oleh Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina sejak 7 Oktober. Sebanyak lebih dari 11.000 orang dilaporkan hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan di seluruh Gaza.
Israel telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil di Jalur Gaza dan mengambil alih seluruh penyeberangan perbatasan, membatasi pergerakan warga Palestina dan akses terhadap bantuan, sehingga menyebabkan kelaparan di beberapa daerah.
Sekolah tersebut, yang dioperasikan badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, dilaporkan menampung ribuan pengungsi, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kantor media pemerintah Gaza mengatakan sebanyak 40 orang tewas, termasuk sembilan wanita dan 14 anak-anak.
Tentara Israel mengatakan sekolah tersebut berisi kompleks Hamas, dan serangan tersebut menewaskan para pejuang yang terlibat dalam serangan tanggal 7 Oktober terhadap Israel.
Militer Israel berdalih 20 hingga 30 pejuang Hamas dan Jihad Islam Palestina berkumpul di sekolah tersebut.
Kantor media Gaza dengan tegas menolak klaim Israel tersebut. Semua tuduhan Israel itu biasanya tanpa memberikan bukti.
“Pendudukan menggunakan kebohongan pada opini publik melalui cerita palsu untuk membenarkan kejahatan brutal yang dilakukan terhadap puluhan pengungsi,” ungkap Ismail al-Thawabta, direktur kantor media Gaza, mengatakan kepada Reuters.
Serangan itu terjadi ketika Israel mengumumkan kampanye militer baru di Gaza tengah, di mana serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 100 warga Palestina sejak Selasa.
Israel mengatakan pihaknya akan terus berperang selama perundingan gencatan senjata.
Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh menegaskan kembali bahwa kelompok tersebut menuntut gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel ke Gaza sebagai bagian dari kesepakatan.
“Gerakan dan faksi-faksi perlawanan akan menangani secara serius dan positif setiap perjanjian yang didasarkan pada penghentian agresi secara komprehensif dan penarikan penuh serta pertukaran tahanan,” ujar Haniyeh.
Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana gencatan senjata untuk meredakan perang dan membebaskan tawanan, yang menurut para pejabat AS hampir serupa dengan skema yang telah disepakati Hamas.
Meskipun Biden menyampaikan rencana tersebut sebagai pihak Israel, rezim penjajah Zionis bersikeras kesepakatan tersebut akan memungkinkan Israel untuk tetap mencapai tujuannya “mengalahkan Hamas”.
Genosida oleh Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina sejak 7 Oktober. Sebanyak lebih dari 11.000 orang dilaporkan hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan di seluruh Gaza.
Israel telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil di Jalur Gaza dan mengambil alih seluruh penyeberangan perbatasan, membatasi pergerakan warga Palestina dan akses terhadap bantuan, sehingga menyebabkan kelaparan di beberapa daerah.
(sya)