Raja Salman Dilaporkan Marah atas Kebijakan Putra Mahkota Saudi

Rabu, 06 Maret 2019 - 15:54 WIB
Raja Salman Dilaporkan Marah atas Kebijakan Putra Mahkota Saudi
Raja Salman Dilaporkan Marah atas Kebijakan Putra Mahkota Saudi
A A A
RIYADH - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Kerajaan Arab Saudi dilaporkan marah atas kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman baru-baru ini. Hubungan raja dan pewaris takhtanya disebut sedang retak.

Laporan itu diterbitkan surat kabar The Guardian pada 5 Maret 2019. Laporan yang mengutip sumber di kerajaan itu mengatakan Raja Salman tidak setuju atas sejumlah kebijakan penting dalam beberapa pekan terakhir yang diambil putranya, termasuk soal perang di Yaman.

Keretakan hubungan, lanjut laporan The Guardian, sejatinya telah meningkat sejak pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di Turki, yang menurut laporan CIA disimpulkan diperintahkan oleh Pangeran Mohammed.

Namun, ketegangan-ketegangan itu meningkat secara dramatis pada akhir Februari ketika raja berusia 83 tahun itu mengunjungi Mesir dan diberitahu oleh para penasihatnya bahwa ada risiko perlawanan atas lawatan luar negerinya.

Rombongan Raja Salman waspada terhadap kemungkinan ancaman terhadap otoritasnya sehingga tim keamanan baru, yang terdiri dari lebih dari 30 loyalis pilihan dari Kementerian Dalam Negeri, diterbangkan ke Mesir untuk menggantikan tim yang ada.

Menurut sumber yang dikutip media Inggris itu, langkah Raja Salman itu diambil sebagai bagian dari respons cepat, dan mencerminkan kekhawatiran bahwa beberapa staf keamanan kemungkinan lebih setia kepada Pangeran Mohammed.

Masih menurut sumber tersebut, penasihat raja juga memecat personel keamanan yang menjaga Raja Salman saat dia berada di Mesir.

Gesekan dalam hubungan ayah dan anak, sambung sumber tersebut, "digarisbawahi" ketika Pangeran Mohammed tidak ada di antara mereka yang dikirim untuk menyambut kepulangan Raja Salman.

Siaran pers resmi yang mencantumkan para tamu di sebuah bandara di Riyadh mengonfirmasi bahwa Pangeran Mohammed tidak ada di antara mereka. Hal itu menambah spekulasi bahwa itu dimaksudkan sebagai penghinaan terhadap putra mahkota.

Putra mahkota, yang ditunjuk sebagai "wakil raja" selama lawatan Raja Salman ke Mesir, seperti kebiasaannya telah menandatangani dua pergantian personel utama saat raja pergi. Itu termasuk pengangkatan perempuan sebagai duta besar Saudi untuk Amerika Serikat. Perempuan itu adalah Putri Reema binti Bandar bin Sultan. Selain itu, adik Pangeran Mohammed yakni Khalid bin Salman diangkat sebagai Wakil Menteri Pertahanan.

Meskipun perombakan itu telah diperdebatkan selama beberapa waktu, sumber tersebut mengatakan bahwa pengumuman itu dibuat tanpa sepengetahuan Raja Salman. Sang raja marah atas apa yang ia yakini sebagai langkah prematur untuk mengangkat Pangeran Khalid untuk peran yang lebih senior.

The Guardian telah diberitahu bahwa raja dan timnya mengetahui tentang perombakan itu melalui televisi.

Raja Salman telah berusaha memperbaiki beberapa "kerusakan" yang terjadi pada kerajaan dengan kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada bulan Oktober lalu.

Para pendukung raja telah mendorongnya untuk lebih terlibat dalam pengambilan keputusan, untuk mencegah putra mahkota mengambil lebih banyak kekuasaan.

The Guardian telah meminta otoritas Saudi untuk berkomentar atas laporan itu. Namun, sejauh ini belum ada respons.

Pada hari Senin, seorang juru bicara kedutaan Saudi di Washington mengatakan; "Sudah menjadi kebiasaan bagi Raja Arab Saudi untuk mengeluarkan perintah kerajaan yang mendelegasikan kekuasaan untuk mengatur urusan negara kepada wakilnya, putra mahkota, setiap kali dia bepergian ke luar negeri. Itu adalah kasus selama kunjungan terakhir Raja Salman ke Mesir."

Juru bicara itu mengatakan pengumuman perombakan itu dibuat oleh Pangeran Mohammed dalam kapasitasnya sebagai wakil raja dan atas nama raja. "Setiap sindiran yang bertentangan hanyalah (laporan) tidak berdasar," kata juru bicara yang tak disebutkan namanya tersebut.

Juru bicara itu tidak menanggapi pertanyaan tentang perubahan detail pada tim keamanan Raja Salman saat dia berada di Mesir. Dia juga tidak mengomentari pemecatan pejabat keamanan, yang disebut mencerminkan hubungan tidak tenang raja dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Mesir tidak menanggapi permintaan komentar. Juru bicara untuk Pusat Komunikasi Internasional di Arab Saudi juga bungkam.

Pangeran Mohammed sebelumnya membuat marah banyak orang pada bulan lalu ketika dia berjalan di atas Kakbah di Makkah, salah satu situs paling suci dalam Islam. Tindakan Pangeran Mohammed itu memicu keluhan dari para ulama Islam yang akhirnya sampai kepada Raja Salman.

Pangeran Mohammed dan Raja Salman juga dilaporkan berselisih mengenai masalah kebijakan luar negeri yang signifikan. Menurut sumber yang dikutip The Guardian, kebijakan yang memicu perselisihan itu termasuk penanganan tawanan perang di Yaman, dan respons Saudi terhadap protes di Sudan dan Aljazair.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3867 seconds (0.1#10.140)