Profil Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Mengalami Kecelakaan Helikopter
loading...
A
A
A
Pada tahun 2016, Khamenei menugaskan Raisi untuk memimpin sebuah yayasan badan amal yang mengelola tempat suci Imam Reza yang dihormati di Masyhad dan mengendalikan portofolio aset industri dan properti yang besar.
Tiga tahun kemudian, pemimpin tertinggi mengangkatnya sebagai kepala Otoritas Kehakiman, dan Raisi juga menjadi anggota majelis ahli yang memilih pemimpin tertinggi.
Sorban hitamnya dianggap simbol keturunan langsung Nabi Muhammad SAW, dan beberapa bulan setelah dia menjadi presiden, media Iran mulai menyebut dia dengan gelar ayatollah dalam hierarki ulama Syiah.
Raisi telah masuk dalam daftar hitam sanksi Washington karena keterlibatannya dalam “pelanggaran hak asasi manusia yang serius”—tuduhan yang ditolak karena tidak sah oleh pihak berwenang di Teheran.
Bagi kelompok oposisi dan hak asasi manusia di pengasingan, namanya mengingatkan akan eksekusi massal terhadap kaum Marxis dan kelompok sayap kiri lainnya pada tahun 1988, ketika Raisi menjadi wakil jaksa di Pengadilan Revolusi di Teheran.
Ketika ditanya pada tahun 2018 dan tahun 2020 tentang eksekusi tersebut, Raisi membantah berperan, bahkan ketika dia memuji perintah yang katanya diberikan oleh pendiri Republik Islam Ruhollah Khomeini untuk melanjutkan pembersihan tersebut.
Ketika “Gerakan Hijau” pada tahun 2009 melakukan unjuk rasa menentang kemenangan presiden populis Mahmoud Ahmadinejad untuk masa jabatan kedua yang disengketakan, Raisi tidak kenal kompromi.
“Kepada mereka yang berbicara tentang ‘belas kasih dan pengampunan Islam’, kami menjawab: Kami akan terus menghadapi para perusuh sampai akhir dan kami akan mencabut hasutan ini,” janjinya.
Tiga tahun kemudian, pemimpin tertinggi mengangkatnya sebagai kepala Otoritas Kehakiman, dan Raisi juga menjadi anggota majelis ahli yang memilih pemimpin tertinggi.
Sorban hitamnya dianggap simbol keturunan langsung Nabi Muhammad SAW, dan beberapa bulan setelah dia menjadi presiden, media Iran mulai menyebut dia dengan gelar ayatollah dalam hierarki ulama Syiah.
Raisi telah masuk dalam daftar hitam sanksi Washington karena keterlibatannya dalam “pelanggaran hak asasi manusia yang serius”—tuduhan yang ditolak karena tidak sah oleh pihak berwenang di Teheran.
Bagi kelompok oposisi dan hak asasi manusia di pengasingan, namanya mengingatkan akan eksekusi massal terhadap kaum Marxis dan kelompok sayap kiri lainnya pada tahun 1988, ketika Raisi menjadi wakil jaksa di Pengadilan Revolusi di Teheran.
Ketika ditanya pada tahun 2018 dan tahun 2020 tentang eksekusi tersebut, Raisi membantah berperan, bahkan ketika dia memuji perintah yang katanya diberikan oleh pendiri Republik Islam Ruhollah Khomeini untuk melanjutkan pembersihan tersebut.
Ketika “Gerakan Hijau” pada tahun 2009 melakukan unjuk rasa menentang kemenangan presiden populis Mahmoud Ahmadinejad untuk masa jabatan kedua yang disengketakan, Raisi tidak kenal kompromi.
“Kepada mereka yang berbicara tentang ‘belas kasih dan pengampunan Islam’, kami menjawab: Kami akan terus menghadapi para perusuh sampai akhir dan kami akan mencabut hasutan ini,” janjinya.
(mas)