Trump Sebut Negaranya Sebagai Pangkalan AS, Para Pemimpin Irak Berang

Selasa, 05 Februari 2019 - 10:21 WIB
Trump Sebut Negaranya Sebagai Pangkalan AS, Para Pemimpin Irak Berang
Trump Sebut Negaranya Sebagai Pangkalan AS, Para Pemimpin Irak Berang
A A A
BAGHDAD - Sejumlah pemimpin Irak mengecam Presiden Donald Trump yang menyebut negara itu akan menjadi pangkalan Amerika Serikat (AS). Trump berencana untuk mempertahankan pasukan AS yang ditempatkan di Irak tanpa batas agar bisa mengawasi Iran .

Baca Juga: AS Akan Lindungi Israel dengan Intai Militer Iran dari Irak

Presiden Irak Barham Salih mengatakan para pejabat AS tidak berkonsultasi dengannya tentang kehadiran pasukan Amerika yang terus menerus dan mendorong gagasan AS menggunakan negaranya sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengawasi Iran dan mengekang kekuatan regionalnya.

“AS adalah kekuatan utama tetapi tidak mengejar prioritas kebijakan Anda sendiri. Kami tinggal di sini,” kata Presiden Irak saat berpidato di Baghdad, seperti dikutip dari Washington Times, Selasa (5/2/2019).

Salih, seorang Kurdi, juga menunjuk pada perjanjian AS-Irak 2008 yang menguraikan peran militer Amerika di masa depan di negara itu. Dokumen itu secara eksplisit melarang AS menggunakan Irak sebagai "titik peluncuran atau transit" untuk serangan terhadap negara lain. Jelas pemimpin Irak khawatir bangsanya pada akhirnya bisa menjadi daerah pementasan bagi serangan Amerika terhadap Iran.

"Setiap tindakan yang diambil di luar kerangka [2008] tidak dapat diterima," katanya.

Sementara itu mantan Perdana Menteri Haider al-Abadi, tokoh dalam politik Irak yang relatig dianggap pro AS, juga dengan tajam menolak pernyataan Trump.

"Irak seharusnya tidak digunakan sebagai papan pegas untuk menyerang tetangganya," tweetnya.

"Kami bukan proksi dalam konflik di luar kepentingan bangsa kami," tegasnya.

Trump mengungkapkan rencananya selama wawancara dengan program “Face the Nation” CBS pada hari Minggu. Rencana ini sangat kontras dengan rencanya yang dikejarnya di tempat lain di Timur Tengah. Akhir tahun lalu, Trump mengatakan akan menarik 2.000 pasukan Amerika keluar dari Suriah. Keputusan ini menyebabkan pengunduran diri Menteri Pertahanan James Mattis.

Trump juga akan menarik sekitar setengah dari 14.000 tentara AS dari Afghanistan, tempat negara itu telah mempertahankan kehadiran militer sejak serangan 11 September 2001, segera setelah serangan teroris.

Tetapi Gedung Putih mengambil pendekatan yang jauh berbeda terhadap Irak. Selama kunjungan ke Irak pada akhir Desember, Trump mengatakan ia tidak memiliki rencana untuk menarik pasukan Amerika. Trump pada hari Minggu mengatakan bahwa AS dapat dengan aman menarik diri dari Suriah dan tempat-tempat menarik lainnya karena memiliki jejak militer yang besar di dalam Irak.

Saat ini ada sekitar 5.000 tentara Amerika di Irak. Setelah penarikan resmi AS pada tahun 2011, pasukan Amerika kembali ke Irak pada tahun 2014 untuk membantu pasukan Irak dalam perang melawan Negara Islam (ISIS).
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4599 seconds (0.1#10.140)