Seperti Apa yang Akan Terjadi Ketika Donald Trump Kembali Berkuasa?
loading...
A
A
A
Trump sering menyoroti kegagalan beberapa anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengalokasikan minimal 2 persen dari produk domestik bruto mereka untuk belanja pertahanan.
“Saya pikir ada pengakuan bahwa Eropa memang harus meningkatkan belanja pertahanan, membangun kembali kemampuan industri pertahanan mereka, sehingga AS dapat mundur (dan) membiarkan Eropa menjaga keamanan Eropa dan memberikan prioritas pada Indo-Pasifik. kata Dr Adrian Ang, peneliti di S Rajaratnam School of International Studies (RSIS).
Dari 32 negara anggota NATO, 20 negara kini memenuhi target 2 persen tersebut dan fokus mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Trump telah mengancam bahwa dia tidak akan membela sekutu-sekutu NATO yang gagal mengeluarkan dana yang cukup untuk pertahanan, dan bahkan akan mendorong Rusia untuk “melakukan apa pun yang mereka inginkan”.
“Saya pikir itu lebih merupakan taktik menakut-nakuti agar negara-negara Eropa mau menerima dan akhirnya membayar bagian mereka secara adil,” Ang, yang juga koordinator program AS di Institut Kajian Pertahanan dan Strategis RSIS.
Tercantum dalam Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara, dokumen pendiri NATO, adalah prinsip pertahanan kolektif, di mana serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota.
Menganggap prinsip ini dipertanyakan – seperti yang berulang kali dilakukan Trump, termasuk dalam beberapa bulan terakhir – melemahkan kredibilitas janji NATO, kata Dr Constanze Stelzenmüller.
Sebuah undang-undang baru yang disahkan tahun lalu melarang seorang presiden untuk menarik diri secara sepihak dari NATO tanpa persetujuan dua pertiga mayoritas Senat atau tindakan Kongres, kata StelzenmĂĽller, yang merupakan direktur Pusat Brookings Institution untuk Amerika Serikat dan Eropa.
Misalnya saja, Trump telah menyangkal ilmu pengetahuan tentang iklim dan bahkan menyebut pemanasan global sebagai sebuah kebohongan, meskipun ia kemudian mengakui bahwa manusialah yang patut disalahkan.
Ada kekhawatiran bahwa masa kepresidenan Trump yang kedua akan membatalkan kebijakan Biden yang pro lingkungan hidup, dan sekali lagi menarik AS keluar dari perjanjian iklim Paris untuk membatasi emisi gas rumah kaca.
“Saya pikir ada pengakuan bahwa Eropa memang harus meningkatkan belanja pertahanan, membangun kembali kemampuan industri pertahanan mereka, sehingga AS dapat mundur (dan) membiarkan Eropa menjaga keamanan Eropa dan memberikan prioritas pada Indo-Pasifik. kata Dr Adrian Ang, peneliti di S Rajaratnam School of International Studies (RSIS).
Dari 32 negara anggota NATO, 20 negara kini memenuhi target 2 persen tersebut dan fokus mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Trump telah mengancam bahwa dia tidak akan membela sekutu-sekutu NATO yang gagal mengeluarkan dana yang cukup untuk pertahanan, dan bahkan akan mendorong Rusia untuk “melakukan apa pun yang mereka inginkan”.
“Saya pikir itu lebih merupakan taktik menakut-nakuti agar negara-negara Eropa mau menerima dan akhirnya membayar bagian mereka secara adil,” Ang, yang juga koordinator program AS di Institut Kajian Pertahanan dan Strategis RSIS.
Tercantum dalam Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara, dokumen pendiri NATO, adalah prinsip pertahanan kolektif, di mana serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota.
Menganggap prinsip ini dipertanyakan – seperti yang berulang kali dilakukan Trump, termasuk dalam beberapa bulan terakhir – melemahkan kredibilitas janji NATO, kata Dr Constanze Stelzenmüller.
Sebuah undang-undang baru yang disahkan tahun lalu melarang seorang presiden untuk menarik diri secara sepihak dari NATO tanpa persetujuan dua pertiga mayoritas Senat atau tindakan Kongres, kata StelzenmĂĽller, yang merupakan direktur Pusat Brookings Institution untuk Amerika Serikat dan Eropa.
3. Kebijakannya Tak Dapat Diprediksi
Para pengamat mencatat bahwa Trump dikenal karena sifatnya yang lincah dan tidak dapat diprediksi.Misalnya saja, Trump telah menyangkal ilmu pengetahuan tentang iklim dan bahkan menyebut pemanasan global sebagai sebuah kebohongan, meskipun ia kemudian mengakui bahwa manusialah yang patut disalahkan.
Ada kekhawatiran bahwa masa kepresidenan Trump yang kedua akan membatalkan kebijakan Biden yang pro lingkungan hidup, dan sekali lagi menarik AS keluar dari perjanjian iklim Paris untuk membatasi emisi gas rumah kaca.