Dikritik Trump Soal Lonjakan Covid-19, PM Selandia Baru Naik Darah
loading...
A
A
A
Selandia Baru, dengan populasi lima juta, memiliki sekitar 1.300 kasus virus Corona sejak pandemi dimulai sekitar delapan bulan lalu dan sekitar 70 kasus aktif.
Amerika Serikat, di sisi lain, adalah negara yang paling terpukul di dunia dengan lebih dari lima juta kasus dan lebih dari 170.000 kematian dalam populasi 328 juta.
Ini bukan pertama kalinya Trump dan Ardern - pemimpin kiri-tengah yang relatif lebih muda - terlibat perselisihan.
Tak lama setelah kemenangan pemilunya yang menakjubkan pada tahun 2017, Presiden Trump bertemu dengan Ardern di pertemuan puncak di Vietnam dan bercanda bahwa dia telah menyebabkan banyak kekecewaan di negaranya.
"Anda tahu, tidak ada yang berbaris ketika saya terpilih," balasnya, mengacu pada aksi protes yang mengikuti kemenangan Trump pada tahun 2016.
Kedua pemimpin sedang menuju pemilu dalam beberapa minggu mendatang, dan untuk keduanya, terlibat "berbalas pantun" kemungkinan akan terlihat baik di mata para pendukungnya.
Ardern telah dipaksa untuk menunda pemilu selama sebulan karena wabah terbaru, menempatkan keunggulannya yang cukup besar dalam pemungutan suara dalam bahaya. (Baca: Infeksi Covid-19 Meningkat, Selandia Baru Tunda Pemilu )
Sedangkan Presiden Trump membuntuti calon asal Partai Demokrat Joe Biden dalam pemungutan suara dan menghadapi kritik keras atas penanganannya terhadap pandemi.
Amerika Serikat, di sisi lain, adalah negara yang paling terpukul di dunia dengan lebih dari lima juta kasus dan lebih dari 170.000 kematian dalam populasi 328 juta.
Ini bukan pertama kalinya Trump dan Ardern - pemimpin kiri-tengah yang relatif lebih muda - terlibat perselisihan.
Tak lama setelah kemenangan pemilunya yang menakjubkan pada tahun 2017, Presiden Trump bertemu dengan Ardern di pertemuan puncak di Vietnam dan bercanda bahwa dia telah menyebabkan banyak kekecewaan di negaranya.
"Anda tahu, tidak ada yang berbaris ketika saya terpilih," balasnya, mengacu pada aksi protes yang mengikuti kemenangan Trump pada tahun 2016.
Kedua pemimpin sedang menuju pemilu dalam beberapa minggu mendatang, dan untuk keduanya, terlibat "berbalas pantun" kemungkinan akan terlihat baik di mata para pendukungnya.
Ardern telah dipaksa untuk menunda pemilu selama sebulan karena wabah terbaru, menempatkan keunggulannya yang cukup besar dalam pemungutan suara dalam bahaya. (Baca: Infeksi Covid-19 Meningkat, Selandia Baru Tunda Pemilu )
Sedangkan Presiden Trump membuntuti calon asal Partai Demokrat Joe Biden dalam pemungutan suara dan menghadapi kritik keras atas penanganannya terhadap pandemi.
(ber)