Rusia Tak Perang Habis-habisan dengan NATO, tapi Bisa Menghancurkannya dari Dalam
loading...
A
A
A
Analis seperti Ingram percaya bahwa Putin menyadari bahwa menyerang NATO saat ini akan menimbulkan dampak yang sangat besar dan berat bagi Rusia.
Sebaliknya, Putin akan berusaha melemahkan NATO dari dalam untuk menciptakan titik lemah yang bisa dia serang di masa depan jika dia mau.
Untuk melakukan hal ini, Putin kemungkinan akan mengintensifkan apa yang disebut “perang hibrida” Rusia terhadap negara-negara NATO.
Seperti yang dikatakan NATO, peperangan hibrida “sering terjadi di zona abu-abu di bawah ambang batas perang konvensional.”
“Instrumen atau peralatan yang digunakan dan digabungkan untuk melancarkan peperangan hibrida sering kali sulit untuk dibedakan, diatribusikan, dan dikuatkan," kata aliansi tersebut.
Hal ini dapat mencakup penyebaran teori konspirasi dan disinformasi, mendukung partai-partai ekstremis di negara-negara tertentu, memicu ancaman teror, dan melancarkan serangan siber untuk melemahkan fondasi masyarakat Barat.
“Ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia terhadap NATO tidak mungkin berupa invasi, namun kemungkinan besar datang dari serangkaian ancaman militer dan non-militer lainnya--yang sering disebut ancaman hibrida,” kata Ruth Deyermond, pakar militer Rusia di King's College London kepada Business Insider.
Tujuan utamanya adalah untuk menjauhkan AS dari komitmennya membela sekutu-sekutunya di Eropa, baik dengan berharap AS terlibat dalam kampanye militer yang memakan banyak biaya di tempat lain, atau bosan dengan proyek NATO.
“Oleh karena itu, saya perkirakan kita akan melihat Rusia menggunakan semua trik dan kemampuannya untuk melemahkan persatuan Barat di tahun-tahun mendatang,” kata Bryden Spurling, analis RAND Corporation, kepada Business Insider.
Rusia, menurut beberapa pihak, sudah terlibat dalam perang dengan NATO, meski secara sembunyi-sembunyi.
Beberapa hari yang lalu, sekelompok pria di Inggris dituduh melakukan serangan pembakaran terhadap bisnis yang terkait dengan Ukraina atas nama intelijen Rusia. Ini hanyalah salah satu contoh taktik “perang hibrida”.
Sebaliknya, Putin akan berusaha melemahkan NATO dari dalam untuk menciptakan titik lemah yang bisa dia serang di masa depan jika dia mau.
Untuk melakukan hal ini, Putin kemungkinan akan mengintensifkan apa yang disebut “perang hibrida” Rusia terhadap negara-negara NATO.
Seperti yang dikatakan NATO, peperangan hibrida “sering terjadi di zona abu-abu di bawah ambang batas perang konvensional.”
“Instrumen atau peralatan yang digunakan dan digabungkan untuk melancarkan peperangan hibrida sering kali sulit untuk dibedakan, diatribusikan, dan dikuatkan," kata aliansi tersebut.
Hal ini dapat mencakup penyebaran teori konspirasi dan disinformasi, mendukung partai-partai ekstremis di negara-negara tertentu, memicu ancaman teror, dan melancarkan serangan siber untuk melemahkan fondasi masyarakat Barat.
“Ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia terhadap NATO tidak mungkin berupa invasi, namun kemungkinan besar datang dari serangkaian ancaman militer dan non-militer lainnya--yang sering disebut ancaman hibrida,” kata Ruth Deyermond, pakar militer Rusia di King's College London kepada Business Insider.
Tujuan utamanya adalah untuk menjauhkan AS dari komitmennya membela sekutu-sekutunya di Eropa, baik dengan berharap AS terlibat dalam kampanye militer yang memakan banyak biaya di tempat lain, atau bosan dengan proyek NATO.
“Oleh karena itu, saya perkirakan kita akan melihat Rusia menggunakan semua trik dan kemampuannya untuk melemahkan persatuan Barat di tahun-tahun mendatang,” kata Bryden Spurling, analis RAND Corporation, kepada Business Insider.
Perang Rahasia Sedang Berlangsung
Rusia, menurut beberapa pihak, sudah terlibat dalam perang dengan NATO, meski secara sembunyi-sembunyi.
Beberapa hari yang lalu, sekelompok pria di Inggris dituduh melakukan serangan pembakaran terhadap bisnis yang terkait dengan Ukraina atas nama intelijen Rusia. Ini hanyalah salah satu contoh taktik “perang hibrida”.