Hamas: Israel Gagal Memenuhi Tuntutan dalam Perundingan Idulfitri

Rabu, 10 April 2024 - 13:13 WIB
loading...
A A A
Di Washington, Wakil Presiden AS Kamala Harris bertemu dengan anggota keluarga beberapa sandera Gaza, yang mengatakan kepada wartawan bahwa mereka senang diberi tahu bahwa ada kemajuan yang dicapai namun mereka ingin melihat tindakan segera.

Jonathan Dekel-Chen, ayah dari sandera Amerika Sagui Dekel-Chen, mendesak Hamas untuk datang ke meja perundingan untuk mencapai kesepakatan penyanderaan. “Kami menunggu sekarang dan dunia menunggu Hamas untuk menyetujuinya. Itu ada di tangan mereka,” kata Dekel-Chen.

Anggota kelompok lainnya, Jonathan Polin, mengatakan dia berharap kesepakatan bisa dicapai. “Kami tidak punya pilihan selain tetap berharap,” katanya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan 400 truk bantuan telah diizinkan memasuki Gaza pada hari sebelumnya, dan menggambarkannya sebagai jumlah terbesar sejak perang dimulai enam bulan lalu. Dia mengatakan tawaran gencatan senjata yang baik telah diajukan kepada Hamas, dan Hamas harus menerimanya.

Israel mengatakan bantuan mengalir ke Gaza lebih cepat setelah adanya tekanan internasional untuk meningkatkan akses, namun jumlah tersebut masih diperdebatkan dan PBB mengatakan jumlah tersebut masih jauh di bawah jumlah minimum untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan.



Israel menarik kembali sebagian besar pasukan daratnya dari Gaza selatan minggu ini setelah berbulan-bulan pertempuran, namun masih mengatakan pihaknya berencana melancarkan serangan terhadap Rafah, di perbatasan selatan Gaza dengan Mesir, tempat lebih dari separuh warga Gaza kini berlindung.

Sebagai salah satu tanda pertama persiapan nyata untuk serangan darat, media Israel melaporkan pada hari Selasa bahwa kementerian pertahanan Israel membeli 40.000 tenda menjelang evakuasi kota tersebut.

Amerika Serikat telah memperingatkan Israel untuk tidak menyerbu Rafah karena tingginya risiko jatuhnya korban sipil dan para pejabat AS dan Israel akan bertemu langsung dalam beberapa minggu untuk membahas masalah tersebut, kata Gedung Putih pada hari Selasa.

"Saya tidak mengantisipasi adanya tindakan apa pun yang akan diambil sebelum perundingan tersebut, dan dalam hal ini saya tidak melihat adanya tindakan apa pun akan segera terjadi... Kami tetap yakin bahwa operasi militer besar-besaran di Rafah akan sangat berbahaya bagi warga sipil yang akan berada dalam bahaya," kata Blinken kepada wartawan di Washington.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1171 seconds (0.1#10.140)