6 Kegagalan Strategi Laut Merah AS dalam Membendung Perlawanan Houthi
loading...
A
A
A
Hal ini menunjukkan tindakan mereka sebagai solidaritas terhadap Palestina dan sebagai bentuk ‘sanksi’ terhadap Israel di tengah perang terhadap wilayah kantong yang terkepung tersebut.
Foto/Reuters
Pada tingkat tertentu, hal ini telah memberikan tekanan pada Israel. Pada tanggal 20 Maret, manajemen pelabuhan Eilat Israel mengatakan akan memberhentikan sekitar 50 persen stafnya setelah aktivitas komersial pelabuhan Laut Merah turun sekitar 85 persen.
Jika gencatan senjata akhirnya tercapai, Houthi mungkin akan mengklaim hal tersebut sebagai “kemenangan” karena telah memberikan tekanan terhadap Israel dan negara-negara Barat yang mendukungnya, sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak dukungan publik di Yaman.
Namun, dampaknya semakin luas dan berdampak signifikan pada perdagangan internasional. Lalu lintas kargo melalui Laut Merah bagian selatan telah menurun sekitar 70 persen sejak awal Desember, sementara pengiriman peti kemas mengalami penurunan sekitar 90 persen, dan transit kapal tanker gas hampir berhenti sama sekali.
Kelompok Houthi meyakinkan Tiongkok dan Rusia bahwa kargo mereka akan aman, sebagian besar karena aliansi mereka dengan Iran. Namun, ada beberapa ‘kesalahan tembak’ yang mengakibatkan kapal komersial dari kedua negara terkena serangan. Beberapa kargo yang ditujukan ke dan dari negara-negara tersebut juga terpaksa diubah rutenya.
Foto/Reuters
Dengan masa depan yang tidak pasti mengenai stabilitas Laut Merah, Houthi telah mengembangkan kemampuan senjata mereka sendiri.
Pada bulan Maret, faksi tersebut mengklaim telah membeli rudal hipersonik yang mampu “mencapai kecepatan hingga Mach 8 [yaitu. delapan kali kecepatan suara] dan menggunakan bahan bakar padat”.
Karena kecepatannya yang ekstrem, rudal semacam itu sulit dicegat. Persenjataannya juga mencakup Rudal Tankil darat ke laut, rudal jelajah Quds Z-0, dan rudal Toofan buatan Iran.
Kemampuan Houthi yang kini canggih menyoroti dukungan berkelanjutan dari Iran, sesuatu yang telah berulang kali dilaporkan oleh PBB, serta badan intelijen AS dan Barat. Dukungan berkelanjutan dari Teheran juga memungkinkan pengisian kembali pasokan Houthi, termasuk yang hancur akibat serangan udara.
Nabil Al-Bukiri, seorang peneliti Yaman yang berbasis di Istanbul, mengatakan kepada The New Arab bahwa serangan udara dan pencegahan bukanlah jawabannya.
4. Ekonomi Israel Turun hingga 50%
Foto/Reuters
Pada tingkat tertentu, hal ini telah memberikan tekanan pada Israel. Pada tanggal 20 Maret, manajemen pelabuhan Eilat Israel mengatakan akan memberhentikan sekitar 50 persen stafnya setelah aktivitas komersial pelabuhan Laut Merah turun sekitar 85 persen.
Jika gencatan senjata akhirnya tercapai, Houthi mungkin akan mengklaim hal tersebut sebagai “kemenangan” karena telah memberikan tekanan terhadap Israel dan negara-negara Barat yang mendukungnya, sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak dukungan publik di Yaman.
Namun, dampaknya semakin luas dan berdampak signifikan pada perdagangan internasional. Lalu lintas kargo melalui Laut Merah bagian selatan telah menurun sekitar 70 persen sejak awal Desember, sementara pengiriman peti kemas mengalami penurunan sekitar 90 persen, dan transit kapal tanker gas hampir berhenti sama sekali.
Kelompok Houthi meyakinkan Tiongkok dan Rusia bahwa kargo mereka akan aman, sebagian besar karena aliansi mereka dengan Iran. Namun, ada beberapa ‘kesalahan tembak’ yang mengakibatkan kapal komersial dari kedua negara terkena serangan. Beberapa kargo yang ditujukan ke dan dari negara-negara tersebut juga terpaksa diubah rutenya.
5. Iran Makin Berpengaruh
Foto/Reuters
Dengan masa depan yang tidak pasti mengenai stabilitas Laut Merah, Houthi telah mengembangkan kemampuan senjata mereka sendiri.
Pada bulan Maret, faksi tersebut mengklaim telah membeli rudal hipersonik yang mampu “mencapai kecepatan hingga Mach 8 [yaitu. delapan kali kecepatan suara] dan menggunakan bahan bakar padat”.
Karena kecepatannya yang ekstrem, rudal semacam itu sulit dicegat. Persenjataannya juga mencakup Rudal Tankil darat ke laut, rudal jelajah Quds Z-0, dan rudal Toofan buatan Iran.
Kemampuan Houthi yang kini canggih menyoroti dukungan berkelanjutan dari Iran, sesuatu yang telah berulang kali dilaporkan oleh PBB, serta badan intelijen AS dan Barat. Dukungan berkelanjutan dari Teheran juga memungkinkan pengisian kembali pasokan Houthi, termasuk yang hancur akibat serangan udara.
Nabil Al-Bukiri, seorang peneliti Yaman yang berbasis di Istanbul, mengatakan kepada The New Arab bahwa serangan udara dan pencegahan bukanlah jawabannya.