Keluarga Penumpang MH370: 10 Tahun Kekecewaan, Frustrasi, dan Kemarahan
loading...
A
A
A
“Sampai kita memecahkan MH370, tidak ada yang bisa mengatakan bahwa Anda atau salah satu orang yang Anda cintai akan terbang ke angkasa suatu hari dan menghilang begitu saja.”
Suami Anne, Nathan Velayudham, yang menunggunya di bandara Beijing saat itu, mengatakan dia “takut akan hal terburuk”.
Kini sebuah film dokumenter baru; "Why Planes Vanish: The Hunt For MH370", mengkaji teori bahwa kapten Zaharie (53)—yang bekerja untuk maskapai tersebut selama sekitar 30 tahun—berada di balik rencana pembunuhan massal-bunuh diri terkait tragedi lenyapnya pesawat tersebut.
Diperkirakan dia mungkin terbang selama tujuh jam setelah memutuskan kontak dengan pihak berwenang.
Para pakar yakin Zaharie sengaja menurunkan tekanan kabin untuk “menetralisir” penumpang dan awak, yang mungkin sudah meninggal setelah 20 menit.
Sementara itu, profesor psikologi Kapten Paul Cullen, dari Trinity College Dublin, mengungkapkan bahwa sejumlah pilot mungkin menderita penyakit mental.
"Dda orang yang terbang padahal seharusnya tidak terbang," katanya.
Dia menambahkan bahwa survei terhadap lebih dari 1.000 pilot komersial menemukan: “17 persen memenuhi ambang batas depresi sedang dan 35 persen memenuhi ambang batas kelelahan."
“Tidak satu pun dari mereka yang boleh berada di kokpit pesawat,” ujarnya.
Suami Anne, Nathan Velayudham, yang menunggunya di bandara Beijing saat itu, mengatakan dia “takut akan hal terburuk”.
Kini sebuah film dokumenter baru; "Why Planes Vanish: The Hunt For MH370", mengkaji teori bahwa kapten Zaharie (53)—yang bekerja untuk maskapai tersebut selama sekitar 30 tahun—berada di balik rencana pembunuhan massal-bunuh diri terkait tragedi lenyapnya pesawat tersebut.
Diperkirakan dia mungkin terbang selama tujuh jam setelah memutuskan kontak dengan pihak berwenang.
Para pakar yakin Zaharie sengaja menurunkan tekanan kabin untuk “menetralisir” penumpang dan awak, yang mungkin sudah meninggal setelah 20 menit.
Sementara itu, profesor psikologi Kapten Paul Cullen, dari Trinity College Dublin, mengungkapkan bahwa sejumlah pilot mungkin menderita penyakit mental.
"Dda orang yang terbang padahal seharusnya tidak terbang," katanya.
Dia menambahkan bahwa survei terhadap lebih dari 1.000 pilot komersial menemukan: “17 persen memenuhi ambang batas depresi sedang dan 35 persen memenuhi ambang batas kelelahan."
“Tidak satu pun dari mereka yang boleh berada di kokpit pesawat,” ujarnya.