10 Tahun Misteri Lenyapnya MH370, Ini Klaim Mengerikan tentang Pilotnya
loading...
A
A
A
KUALA LUMPUR - Hanya 40 menit setelah Malaysia Airlines Penerbangan 370 (MH370) melesat menuju Beijing pada 8 Maret 2014, kapten pilot Zaharie Ahmad Shah mengucapkan “goodnight" yang ceria kepada pengatur lalu lintas udara di Malaysia—sebelum pesawatnya lenyap misterius “ke udara”.
Sepuluh tahun kemudian, meskipun dilakukan pencarian dan penyelidikan ekstensif hingga kini, hilangnya pesawat MH370 beserta 239 penumpang dan awaknya masih menjadi misteri.
Kini sebuah film dokumenter baru; "Why Planes Vanish: The Hunt For MH370", mengkaji teori bahwa kapten Zaharie (53)—yang bekerja untuk maskapai tersebut selama sekitar 30 tahun—berada di balik rencana pembunuhan massal-bunuh diri.
Diperkirakan dia mungkin terbang selama tujuh jam setelah memutuskan kontak dengan pihak berwenang.
Para pakar yakin Zaharie sengaja menurunkan tekanan kabin untuk “menetralisir” penumpang dan awak, yang mungkin sudah meninggal setelah 20 menit.
Sementara itu, profesor psikologi Kapten Paul Cullen, dari Trinity College Dublin, mengungkapkan bahwa sejumlah pilot mungkin menderita penyakit mental.
"Dda orang yang terbang padahal seharusnya tidak terbang," katanya, seperti dikutip The Sun, Kamis (7/3/2024).
Dan dia menambahkan bahwa survei terhadap lebih dari 1.000 pilot komersial menemukan: “17 persen memenuhi ambang batas depresi sedang dan 35 persen memenuhi ambang batas kelelahan."
“Tidak satu pun dari mereka yang boleh berada di kokpit pesawat,” ujarnya.
Sepuluh tahun kemudian, meskipun dilakukan pencarian dan penyelidikan ekstensif hingga kini, hilangnya pesawat MH370 beserta 239 penumpang dan awaknya masih menjadi misteri.
Kini sebuah film dokumenter baru; "Why Planes Vanish: The Hunt For MH370", mengkaji teori bahwa kapten Zaharie (53)—yang bekerja untuk maskapai tersebut selama sekitar 30 tahun—berada di balik rencana pembunuhan massal-bunuh diri.
Diperkirakan dia mungkin terbang selama tujuh jam setelah memutuskan kontak dengan pihak berwenang.
Para pakar yakin Zaharie sengaja menurunkan tekanan kabin untuk “menetralisir” penumpang dan awak, yang mungkin sudah meninggal setelah 20 menit.
Sementara itu, profesor psikologi Kapten Paul Cullen, dari Trinity College Dublin, mengungkapkan bahwa sejumlah pilot mungkin menderita penyakit mental.
"Dda orang yang terbang padahal seharusnya tidak terbang," katanya, seperti dikutip The Sun, Kamis (7/3/2024).
Dan dia menambahkan bahwa survei terhadap lebih dari 1.000 pilot komersial menemukan: “17 persen memenuhi ambang batas depresi sedang dan 35 persen memenuhi ambang batas kelelahan."
“Tidak satu pun dari mereka yang boleh berada di kokpit pesawat,” ujarnya.