5 Fakta Negara Transnistria, Negara Kecil yang Meminta Dukungan dari Rusia
loading...
A
A
A
Ditambah lagi dengan ditetapkannya undang-undang tahun 1989 yang menjadikan bahasa Moldova sebagai bahasa resmi menambah ketegangan dan wilayah tersebut memisahkan diri pada bulan September 1990.
Pasukan paramiliter wilayah yang memisahkan diri mengambil alih lembaga-lembaga publik Moldova di wilayah tersebut pada tahun 1991.
Pertempuran semakin intensif, yang berpuncak pada pertempuran di tepi kanan sungai Dniester pada bulan Juni 1992. Hingga 700 orang tewas dalam konflik tersebut.
Pada akhirnya konflik ini terhenti usai penandatanganan gencatan senjata pada bulan Juli 1992, dibarengi dengan pembentukan zona keamanan demiliterisasi.
Keterkaitan Rusia dengan negara kecil ini sebenarnya sudah mulai terlihat di tahun 2001, ketika Moskow selalu menjadi batu sandungan dalam perundingan damai antara Transnistria dengan Moldova.
Tidak hanya itu, Rusia juga menopang kawasan ini dengan bantuan keuangan. Negara ini mempunyai reputasi korupsi, kejahatan terorganisir dan penyelundupan, dan membantah tuduhan penjualan senjata ilegal dan pencucian uang.
Dilansir dari Al Jazeera, Rusia diperkirakan memiliki 1.500 tentara di Transnistria, yang disebut Moskow sebagai pasukan “penjaga perdamaian”. Kyiv khawatir pasukan tersebut dapat digunakan untuk menyerang Ukraina dari barat.
Bahkan Rusia telah melakukan latihan militer di wilayah tersebut baru-baru ini pada tanggal 2 Februari, dan mengatakan kehadiran mereka disitu adalah untuk melindungi wilayah mereka dari Moldova.
Presiden Transnistria saat ini yakni Vadim Krasnoselsky yang memenangkan pemilu 2021 lalu, menyatakan dukungannya agar Transnistria menjadi bagian dari Rusia dalam berbagai kesempatan.
Vadim Krasnoselsky sendiri merupakan tokoh politik yang terkemuka di negara itu, karena sebelumnya dia sempat menjabat sebagai menteri dalam negeri dari tahun 2007 hingga 2012, dan merupakan anggota parlemen pada tahun 2015.
Pasukan paramiliter wilayah yang memisahkan diri mengambil alih lembaga-lembaga publik Moldova di wilayah tersebut pada tahun 1991.
Pertempuran semakin intensif, yang berpuncak pada pertempuran di tepi kanan sungai Dniester pada bulan Juni 1992. Hingga 700 orang tewas dalam konflik tersebut.
Pada akhirnya konflik ini terhenti usai penandatanganan gencatan senjata pada bulan Juli 1992, dibarengi dengan pembentukan zona keamanan demiliterisasi.
3. Hubungan Rusia dengan Transnistria
Keterkaitan Rusia dengan negara kecil ini sebenarnya sudah mulai terlihat di tahun 2001, ketika Moskow selalu menjadi batu sandungan dalam perundingan damai antara Transnistria dengan Moldova.
Tidak hanya itu, Rusia juga menopang kawasan ini dengan bantuan keuangan. Negara ini mempunyai reputasi korupsi, kejahatan terorganisir dan penyelundupan, dan membantah tuduhan penjualan senjata ilegal dan pencucian uang.
4. Kaitan Transnistria dengan Perang Ukraina
Dilansir dari Al Jazeera, Rusia diperkirakan memiliki 1.500 tentara di Transnistria, yang disebut Moskow sebagai pasukan “penjaga perdamaian”. Kyiv khawatir pasukan tersebut dapat digunakan untuk menyerang Ukraina dari barat.
Bahkan Rusia telah melakukan latihan militer di wilayah tersebut baru-baru ini pada tanggal 2 Februari, dan mengatakan kehadiran mereka disitu adalah untuk melindungi wilayah mereka dari Moldova.
5. Presiden Transnistria Mendukung Langkah Bergabung dengan Rusia
Presiden Transnistria saat ini yakni Vadim Krasnoselsky yang memenangkan pemilu 2021 lalu, menyatakan dukungannya agar Transnistria menjadi bagian dari Rusia dalam berbagai kesempatan.
Vadim Krasnoselsky sendiri merupakan tokoh politik yang terkemuka di negara itu, karena sebelumnya dia sempat menjabat sebagai menteri dalam negeri dari tahun 2007 hingga 2012, dan merupakan anggota parlemen pada tahun 2015.